Menjadi juara dunia adalah target utama ganda putra nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, pada 2019. Motivasi itu mereka jaga setelah gagal dalam dua tahun terakhir.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjadi juara dunia adalah target utama ganda putra nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, pada 2019. Motivasi itu mereka jaga setelah gagal dalam dua tahun terakhir.
Kevin/Marcus menjaga motivasi tersebut untuk tampil dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Basel, Swiss, 19-25 Agustus, setelah selalu tersingkir pada perempat final dalam dua tahun terakhir. Di Nanjing, China, 2018, ganda berjulukan ”Minions” itu dihentikan Takeshi kamura/Keigo Sonoda (Jepang). Setahun sebelumnya, di Glasgow, Skotlandia, mereka dikalahkan Chai Biao/Hong Wei (China).
”Kejuaraan Dunia menjadi target utama kami tahun ini. Keinginan itu pasti ada, tetapi harus tetap dikontrol,” ujar Marcus setelah sesi latihan pagi di Pelatnas Bulu Tangkis Cipayung, Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Marcus, yang bersama Kevin menjuarai Indonesia dan Jepang Terbuka dalam tiga turnamen terakhir, mengatakan, meski memendam keinginan yang belum pernah diwujudkan, dia dan Kevin harus mengontrolnya. ”Siapa sih yang tidak ingin menjadi juara dunia. Tetapi, punya keinginan berlebihan juga tidak bagus. Efeknya, saat main pasti terburu-buru, selalu ingin cepat menang. Jadi, kami harus bisa mengontrol keinginan itu,” ujarnya.
Berkaca pada pengalaman sebagai atlet, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengatakan hal serupa. ”Saat punya target juara, jangan langsung melihat final. Fokus harus tetap pada pertandingan demi pertandingan karena setiap lawan memiliki karakter permainan yang berbeda, persiapan pun harus beda. Itu yang namanya punya target, tetapi harus dikontrol,” kata Susy.
Marcus pun berusaha menjaga dan membagi fokusnya untuk setiap pertandingan yang akan dijalani. Dimulai dengan bye pada babak pertama, ”Minions” akan memulai laga pada babak kedua melawan Chung Yonny/Tam Chun Hei (Hong Kong) atau Choi Solgyu/Seo Seung Jae (Korea Selatan).
Jika bisa melewati salah satu dari pasangan itu, mereka harus siap menghadapi pemain-pemain unggulan, seperti Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan/11) pada babak ketiga, serta dua pasang rekan senegara: Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (7) di perempat final, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (4) pada semifinal.
Pada paruh bawah, persaingan menyajikan unggulan-unggulan asal Jepang dan China, yaitu Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (3), Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (5), Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (12), Han Chengkai/Zhou Haodong (6), He Jiting/Tan Qiang (10), serta juara dunia dalam dua tahun terakhir: Li Junhui/Liu Yuchen (2) dan Liu Cheng/Zhang Nan (16).
Di luar para unggulan, pasangan lain tak akan diremehkan Marcus. ”Semua lawan berat. Apalagi, dalam masa kualifikasi Olimpiade, semua saling mempelajari kekuatan dan kelemahan masing-masing,” ujarnya.
Masa transisi
Sementara nomor ganda campuran tak menetapkan target tinggi dalam masa transisi dari berakhirnya era Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir ke pasangan yang menjadi penerus mereka. Di Basel, ganda campuran Indonesia diwakili empat pasangan, yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Ronad/Annisa Saufika, dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.
Pelatih ganda campuran Richard Mainaky menilai, ada jenjang prestasi dari era Owi/Butet (juara dunia 2013 dan 2017) ke para penerusnya. Untuk itu, Richard pun hanya menetapkan semifinal sebagai target untuk Praveen dan kawan-kawan. Target lebih tinggi ditetapkan untuk Olimpiade Tokyo 2020, yaitu meraih medali.
”Dalam Kejuaraan Dunia, saya ingin melihat konsistensi mereka untuk mengalahkan pemain top dunia. Jangan sampai kemenangan yang didapat pada kejuaraan sebelumnya hanya kebetulan,” kata Richard mencontohkan kemenangan Hafiz/Gloria atas pasangan nomor satu dunia, Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), pada perempat final Jepang Terbuka, 23-28 Juli.
Di Basel, Hafiz/Gloria berkesempatan bertemu lagi dengan Zheng/Huang (juara dunia 2018) pada babak ketiga. Setelah mendapat bye pada laga awal, ganda Indonesia unggulan ke-10 tersebut harus melewati dulu Mathew Fogarty/Isabel Zhong (AS) atau Valeriy Atrashchenkov/Yelyzaveta Zharka (Ukraina). Adapun Praveen/Melati berada satu pul dengan pasangan China lainnya yang menjadi unggulan kedua, Wang Yilyu/Huang Dongping
Dalam Kejuaraan Dunia 2019, Indonesia mengirimkan 16 wakil. Mereka berangkat menuju Swiss pada 14 Agustus.