China Akan Balas jika AS Tempatkan Rudal
Langkah Amerika Serikat menarik diri dari Pakta Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) bersama Rusia, juga keinginan untuk menempatkan rudal-rudal balistiknya di Asia, membuat China berang.
BEIJING, SELASA— Pemerintah China kemarin memberi peringatan keras kepada Amerika Serikat. China tidak akan tinggal diam dan akan melakukan langkah balasan jika AS sampai menempatkan rudal-rudal balistik darat jarak menengah di wilayah Asia Pasifik.
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Direktur Pengawasan Persenjataan China Fu Cong, Selasa (6/8/2019), menanggapi langkah AS yang menarik diri dari Pakta Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditengarai akan menimbulkan dampak negatif terhadap stabilitas keamanan global.
Namun, Fu tidak merinci langkah balasan apa yang akan dipertimbangkan China. ”Semua opsi mungkin,” ujarnya.
Dalam sepekan terakhir, AS telah mengambil serangkaian langkah kontroversial yang telah menimbulkan ketegangan di kawasan, tidak saja di Asia Pasifik, tetapi juga di Eropa.
Jumat (2/8) lalu, AS menarik diri dari Pakta INF yang ditandatangani oleh Presiden Rusia Mikhail Gorbachev dan Presiden AS Ronald Reagan pada Desember 1987 saat Perang Dingin. Pakta tersebut melarang kepemilikan rudal-rudal balistik darat yang memiliki jangkauan 500-1.000 kilometer dan 1.000-5.500 kilometer. Setelah AS menarik diri secara unilateral, Rusia juga mengumumkan meninggalkan pakta itu sehari sesudahnya.
Alasan penarikan diri AS karena Rusia dinilai sering melanggar pakta itu. Namun, itu dibantah Rusia, yang sebaliknya menuduh AS kerap melakukan pelanggaran. Namun, alasan sebenarnya AS adalah kekhawatiran melihat pembangunan persenjataan di China yang makin canggih, termasuk pengembangan rudal-rudal balistik jarak menengah.
Para penasihat keamanan AS mengkhawatirkan kekuatan persenjataan China kini mampu mengimbangi AS yang tidak mampu memperbarui rudal-rudal daratnya karena terbelenggu pakta dengan Rusia.
Untuk menekan China, Minggu (4/8) lalu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper di Australia mengatakan, dalam beberapa bulan ke depan AS akan melakukan uji coba rudal-rudal balistik jarak menengah. Bukan itu saja, AS juga menegaskan akan menempatkan rudal-rudal balistiknya di wilayah Asia.
Respons internasional
Pernyataan itu langsung mengundang reaksi dari dunia internasional. Australia kemarin secara diplomatis mengatakan bahwa pihaknya tidak ditawari AS untuk menjadi tempat penempatan rudal. Australia sendiri sampai saat ini tidak mempertimbangkan hal itu.
Para menteri luar negeri ASEAN dalam pertemuan di Bangkok menegaskan, berdasarkan Piagam ASEAN dan Traktat Bangkok 1995, Asia Tenggara merupakan kawasan bebas nuklir (SEANWFZ). Para menlu menekankan pentingnya penerapan traktat itu.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Choi Hyun-soo, juga menegaskan, Korsel tidak pernah berdiskusi dengan AS mengenai penempatan rudal-rudal jarak menengah. ”Secara internal, kami juga tidak pernah membahas isu ini dan tidak memiliki rencana untuk membahasnya.”
China meminta Korea Selatan, Jepang, dan Australia untuk berhati-hati dan tidak mengizinkan wilayahnya dijadikan tempat peluncuran rudal-rudal balistik darat.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak agar segera diadakan perundingan pengawasan persenjataan untuk mencegah terjadinya perlombaan senjata yang mengkhawatirkan.
Namun, Putin juga tetap menekankan, Rusia akan mengerahkan rudal-rudal jarak menengah baru jika AS melakukan langkah-langkah serupa.
Di sisi lain, terkait isu perlunya pakta baru, Fu Cong menegaskan, China tidak berniat bergabung dalam perundingan pengurangan senjata nuklir dengan AS dan Rusia. Alasannya, kekuatan persenjataan nuklir China tak sebanding dengan kekuatan AS dan Rusia.
Nuklir China
China diperkirakan memiliki 290 hulu ledak nuklir, sementara Rusia sekitar 1.600 hulu ledak dan AS sekitar 1.750 hulu ledak. ”Saya rasa ini tidak masuk akal dan tidak adil untuk berharap China berpartisipasi dalam pengurangan senjata saat ini,” kata Fu.
Selain tidak merinci langkah balasan yang akan dilakukan China, Fu juga tidak mengatakan apakah China akan membalas negara-negara yang mengizinkan penempatan rudal-rudal darat AS. Di masa lalu, China menggunakan pendekatan ekonomi untuk membalas Korea Selatan yang mengizinkan penempatan sistem pertahanan antirudal AS.
Fu juga tidak percaya bahwa AS keluar dari INF karena soal Rusia. Fu yakin Washington keluar dari INF karena ingin mengembangkan persenjataan baru. ”Kalau soalnya adalah Rusia membuat pelanggaran, seperti dikatakan Washington, ya, penyelesaiannya adalah perundingan, bukan menarik diri,” katanya. (AP/AFP/MYR)