Beberapa peristiwa yang juga dihadiri Kompas, lima tahun lalu, memperlihatkan sosok Mbah Moen sebagai salah satu tokoh sentral, magnet bagi kekuatan-kekuatan politik di Republik ini.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
Tubuh renta KH Maimoen Zubair (85), Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan, seolah tidak pernah beristirahat. Sepulang dari ibadah haji, Selasa (14/10/2014), Mbah Moen, begitu sapaannya, hanya singgah di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, kemudian mengikuti beragam kegiatan yang padat.
Dalam rapat tertutup Pengurus Harian PPP, Kamis (16/10/2014) siang, Mbah Moen mengisahkan, selama di Mekkah, dirinya sudah ditunggu Majelis Partai di Jakarta untuk membantu penyelesaian konflik antara kubu Suryadharma Ali dan Romahurmuziy. Karena itu pula, Mbah Moen tidak langsung kembali ke rumahnya di Rembang, Jawa Tengah.
Dalam rapat pengurus bersama Mahkamah Partai di sebuah hotel, Mbah Moen melihat sendiri suasana duka akibat perpecahan di PPP. ”Banyak yang bercucuran air mata berharap penyelesaian,” katanya.
Sebelumnya, salah satu keputusan Majelis Syariah adalah muktamar digelar sebelum 20 Oktober 2014. Namun, ternyata setelah menimbang berbagai hal, termasuk masukan pengurus harian, Majelis Syariah memutuskan Muktamar VIII PPP harus digelar sesudah pelantikan presiden (24-26 Oktober).
”Terserah, apa itu disebut muktamar luar biasa atau muktamar islah. Saya serahkan sepenuhnya penyelenggaraannya kepada Ketua Umum PPP Suryadharma sebagai penanggung jawab,” kata Mbah Moen.
Suryadharma berkata terbata-bata, menangis, menanggapi putusan Mbah Moen. ”Saya patuh, saya taat dengan keputusan Majelis Syariah. Konflik bukan kehendak saya. Bukan pula kehendak semua,” katanya sambil mengusap air mata.
”Selesai” dengan keputusan internal partai, bukan berarti bisa santai-santai. Sejumlah tugas lain menanti. Rabu sekitar pukul 20.00, Mbah Moen sudah bertemu presiden terpilih, Joko Widodo.
Mbah Moen menemui Joko Widodo di kediamannya di Jalan Samsul Rizal, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam kunjungan ke rumah Joko Widodo tersebut, KH Maimoen didampingi Ketua DPP PPP Achmad Farial. Tampak juga di sana Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Seusai pertemuan sekitar 1 jam tersebut, Joko Widodo tampak menuntun KH Maimoen masuk ke dalam mobil Alphard B 1065 RFY, menutupkan pintu mobil, dan mengucapkan salam. Baik KH Maimoen maupun Achmad Farial tidak memberikan keterangan kepada pers.
Sementara itu, Joko Widodo, saat ditanya pers, mengungkapkan, kedatangan Mbah Moen tersebut pada awalnya hanya ingin menanyakan jadwal pelantikan dirinya. Selanjutnya, KH Maimoen juga menceritakan soal muktamar versi Romahurmuziy dan Suryadharma Ali. Namun, Jokowi mengatakan tidak mau ikut campur urusan internal PPP.
Saat ditanya apakah kedatangan KH Maimoen tersebut bermakna PPP akan merapat ke Koalisi Indonesia Hebat, Jokowi tidak menjawab lugas. ”Iya, insya Allah, sinyal kedekatan saya dengan PPP semakin kuat,” ujar Joko Widodo.
Selanjutnya, Mbah Moen bertemu Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Hampir setengah jam Mbah Moen bertemu Hatta dan belakangan Suryadharma ikut masuk ke ruangan itu.
”Ah, ini hanya silaturahmi saja. Saya yang lebih muda berkunjung karena hormat kepada yang lebih tua. Tidak ada hubungan sama sekali dengan partai, tidak ada, lho,” ujar Hatta yang meninggalkan hotel melalui lift khusus.
Begitulah Mbah Moen. Beberapa peristiwa yang juga dihadiri Kompas, lima tahun lalu, memperlihatkan sosok Mbah Moen sebagai salah satu tokoh sentral, magnet bagi kekuatan-kekuatan politik di Republik ini.