Dalam Kejurnas Atletik 2019 di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, 1-7 Agustus, hampir semua pelari nomor 100 meter dan 200 meter berhasil mempertajam catatan waktunya. Bahkan, pada hari keempat ajang itu, rekornas baru lahir dari nomor 200 meter putra yunior dan putri senior.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Dunia atletik Indonesia mendapatkan angin segar dari nomor sprint 100 meter dan 200 meter. Dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, 1-7 Agustus, hampir semua pelari nomor 100 meter dan 200 meter berhasil mempertajam catatan waktunya. Bahkan, pada hari keempat ajang itu, rekor nasional baru lahir dari nomor 200 meter putra yunior dan putri senior.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini menyampaikan, ini sinyal positif untuk nomor sprint Indonesia menjelang SEA Games 2019 di Filipina. Indonesia berpeluang meraih medali dari nomor sprint, baik putra maupun putri, khususnya di nomor 100 meter dan 200 meter.
”Karena best time hampir semua atlet membaik, ini juga jadi keuntungan untuk tim estafet kita, terutama estafet 4 x 100 meter putra. Sekarang, kita berusaha menjaga fisik mereka agar tetap optimal. Apalagi, SEA Games sudah enggak lama lagi, November nanti,” tutur Eni.
Pada final 200 meter putra yunior di Stadion Pakansari, Minggu (4/8/2019), pelari andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, berhasil mempertajam rekornas yunior di nomor tersebut. Pelari asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu sudah memecahkan rekornas milik pelari Papua, Franklin Burumi, 21,27 detik menjadi 21,14 detik pada babak penyisihan nomor 200 meter putra yunior, Sabtu.
Kemudian, pelari berusia 19 tahun itu mempertajam lagi rekornas itu menjadi 20,81 detik atau yang terbaik pada final nomor tersebut. Waktu yang dibukukan Zohri itu hanya terpaut 0,05 detik dari rekornas senior 200 meter milik Suryo Agung Wibowo, yakni 20,76 detik, yang dibuat pada 11 Desember 2007.
Menurut Zohri, hasil yang dibuatnya itu sudah sangat baik. Sebab, ia sudah sekitar dua tahun tidak berlatih dan berlomba di nomor 200 meter. Selain itu, oleh tim pelatih dan medis, ia hanya dibolehkan lari 90-95 persen.
”Saya lari di sini disuruh santai saja. Sebab, saya masih jaga kebugaran pascacedera ringan lutut kiri di GP Asia di China pada Juni. Saya juga jaga kondisi untuk persiapan Kejuaraan Dunia Atletik 2019 pada September nanti. Jadi, kejuaraan ini untuk saya melatih daya tahan dan juga merasakan suasana perlombaan untuk pemanasan sebelum Kejuaraan Dunia,” ujar Zohri, sprinter tercepat Asia Tenggara, dengan catatan waktu 10,03 detik di 100 meter itu.
Penampilan menjanjikan juga ditunjukkan sprinter Alvin Tehupeiory pada final 200 meter putri senior. Pelari asal Maluku itu memecahkan rekornas saat meraih emas nomor tersebut dengan waktu 23,76 detik. Alvin mempertajam rekornas milik pelari legendaris Maluku, Irene Joseph, 23,86 detik, yang bertahan 20 tahun (dibuat pada 17 Juli 1999).
Hasil tersebut meneruskan performa bagus pelari berusia 24 tahun itu, yang sebelumnya menjadi juara nomor 100 meter senior dengan waktu 11,64 detik. Catatan waktu tersebut hanya terpaut 8 detik dari rekornas 100 meter putri senior milik Irene Joseph yang dibuat pada 20 Oktober 1999.
”Saya puas sekali dengan capaian saya di 100 meter dan 200 meter sekarang. Setelah ini, saya mungkin masih latihan peningkatan kecepatan dan akselerasi serta menjaga fisik agar tetap optimal saat SEA Games 2019 nanti,” kata Alvin.
Di luar capaian Zohri dan Alvin, secara keseluruhan, para sprinter 100 meter dan 200 meter nasional tampil baik pada Kejurnas Atletik kali ini. Salah satu yang paling menonjol adalah pelari pelatnas asal Jawa Timur, Mochammad Bisma Diwa, dengan mempertajam catatan waktu terbaiknya.
Pelari berusia 24 tahun itu bisa mempertajam catatan waktunya di nomor 100 meter dan 200 meter. Pada 2018, catatan waktu terbaiknya di 100 meter adalah 10,700 detik dan kini 10,581 detik. Pada nomor 200 meter, waktu terbaiknya membaik dari 21,57 detik (2017) menjadi 21,38 detik atau yang terbaik saat semifinal 200 meter senior Kejurnas Atletik. Pada final 200 meter senior, kemarin, Bisma gagal mempertajam waktu terbaiknya. Dia finis dengan waktu 21,56 detik.
Rekor nyaris pecah
Di nomor lapangan, atlet lompat jauh andalan Indonesia, Maria Natalia Londa, terus mendekati performa terbaiknya. Kemarin, Maria nyaris memecahkan rekornya sendiri pada final lompat jauh putri senior. Pada lompatan ketiga, atlet yang membela Provinsi Bali itu membuat lompatan 6,68 meter. Lompatan tersebut hanya terpaut 0,02 meter dari rekornas yang dia buat empat tahun lalu di SEA Games Singapura.
Namun, setelah mencetak rekornas 6,70 meter itu, Maria belum bisa lagi membuat lompatan lebih baik. Kendati demikian, lompatan itu tidak bisa disaingi oleh pelompat lain sehingga Maria meraih emas. Peraih perak adalah atlet asal NTB, Rohani, dengan lompatan 5,82 meter dan peraih perunggu oleh atlet asal Yogyakarta, Nica Beta Ayu, dengan lompatan 5,54 meter.
Maria mengutarakan, itu adalah lompatan terbaiknya setelah mencetak rekor pada empat tahun silam. Setelah rekor itu, lompatan terbaiknya adalah 6,55 meter pada kejuaraan yang menjadi rangkaian pemusatan latihan di Amerika Serikat menjelang Asian Games 2018.
Atlet berusia 28 tahun itu sangat bangga dengan hasil kali ini. Sebab, dirinya juga belum benar-benar pulih dari cedera engkel kanan yang dirasakannya pertama kali saat latihan lima hari menjelang Asian Games 2018.
”Dengan fisik yang belum pulih 100 persen, hasil saya ini sangat baik,” ujar Maria.
Menjelang SEA Games 2019, Maria berusaha untuk menjaga fisiknya agar tidak cedera. Untuk program latihan, semuanya sudah sesuai target. ”Sekarang, saya tinggal jaga fisik saja supaya tidak kenapa-kenapa sampai SEA Games 2019. Saya trauma sekali dengan cedera jelang Asian Games lalu,” ucap peraih emas Asian Games Incheon 2014 itu.