Tanpa Pasokan Listrik, Pelaku Usaha di Karawang dan Purwakarta Merugi
Sejumlah pelaku usaha di Kabupaten Purwakarta dan Karawang, Jawa Barat, merugi akibat pemadaman listrik pada Minggu-Senin (4-5/8/2019). Kondisi ini berdampak pada berkurangnya omzet penjualan, melesetnya target produksi, dan potensi penurunan kualitas produk.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS— Sejumlah pelaku usaha di Kabupaten Purwakarta dan Karawang, Jawa Barat, merugi akibat pemadaman listrik pada Minggu-Senin (4-5/8/2019). Kondisi ini berdampak pada berkurangnya omzet penjualan, melesetnya target produksi, dan potensi penurunan kualitas produk.
Mereka yang terdampak, antara lain, pelaku usaha makanan beku (frozen food), roti dan kue, serta pengawetan ikan pindang. Pemadaman di Purwakarta dan Karawang terjadi dari Minggu, pukul 11.45 hingga 00.54, keesokan harinya.
Novi Arya, pemilik Keysha Frozen Mart, mengatakan tidak bisa tidur sejak semalam karena memikirkan nasib barang dagangannya. Alasannya, ia memiliki enam cabang di Purwakarta dan Karawang, yang terdampak pemadaman listrik. kinerja freezer dan kulkas menjadi urat nadinya dalam berbisnis.
Untuk mencegah produk yang rusak, ia akhirnya menutup toko lebih awal. Bila sebelumnya buka hingga pukul 21.00, ia memilih tutup pukul 17.30, atau saat jam ramai pengunjung. Dia beralasan, pintu freezer yang dibuka tutup terlalu sering, mudah mengundang udara panas dari luar masuk dan membuat produknya cepat mencair. Ia khawatir, jika produknya nanti mudah rusak, hancur, dan asam.
Setidaknya, ada 42 freezer dalam satu toko dan membutuhkan daya listrik hingga 50.000 watt. Ia pun menyewa genset berdaya 12.000 watt bertarif Rp 1 juta per 10 jam. “Omzet kami menurun hingga 50 persen, kerugiannya sekitar Rp 15 juta per toko. Belum lagi kami harus menunda pengiriman pesanan,” kata Novi, Senin (5/8/2019).
Omzet kami menurun hingga 50 persen, kerugiannya sekitar Rp 15 juta per toko. Belum lagi kami harus menunda pengiriman pesanan
Hal serupa juga dihadapi toko roti Anyelir Cake di Purwakarta yang memiliki enam cabang. Nicolaas Johannes Loen, pemilik toko, mengatakan, omzet tokonya menurun sekitar 25 persen dibandingkan akhir pekan biasanya. Penyebabnya, ia harus menutup semua tokonya lebih awal. “Padahal ini awal bulan, biasanya banyak pembeli yang datang.”
Menurut Nicolaas, dampak lain yang dirasakan adalah lemari es menjadi tidak berfungsi, sehingga membuat usia produk menjadi pendek dan berpengaruh terhadap kualitas kue.
Hal serupa juga dialami pengolahan ikan pindang Isra Food di Karawang. Pemiliknya Cain Nul Kalim mengatakan, pemadaman listrik menyebabkan freezer penyimpanan ikan pindang tidak berfungsi. Akibatnya, masa simpan ikan pindangnya menjadi lebih pendek, sehingga harus segera didistribusikan.
“Sekitar 400 kilogram ikan pindang langsung kami kirim pada pengolah. Untung tidak membusuk dan masih bisa diselamatkan,” katanya.
Executive Vice President Corporate Communication dan CSR PT PLN I Made Suprateka mengatakan, pemadaman listrik diatasi dengan pengaturan normal beban dari Unit Pelayanan Pengatur Beban (UP2B). Pengaturan normal juga untuk meminimalkan pemadaman listrik meluas.
PT PLN juga mengamankan kabel ground steel wire (GSW) yang putus, menghidupkan kembali gas turbin di Surabaya, maupun pemantauan kondisi GSW sejenis untuk perbaikan sistem agar segera normal.
”Kami mohon maaf sebesar-besarnya untuk pemadaman yang terjadi. Upaya penormalan terus kami lakukan, bahkan beberapa gardu induk sudah mulai dapat dilakukan penyalaan,” ujar Made.