Industri perbankan mulai mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga kredit konsumer setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke level 5,75 persen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan mulai mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga kredit konsumer setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke level 5,75 persen. Penurunan suku bunga diyakini tetap akan menopang kinerja pertumbuhan penyaluran kredit di sisa tahun 2019.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengungkapkan peluang BCA untuk menurunkan suku bunga kredit konsumer menyusul penurunan tingkat suku bunga deposito yang dilakukan sejak 1 Juli 2019.
”Bulan Juli, bunga deposito sudah turun 0,25 persen, mungkin bunga kredit konsumer bisa turun bulan Agustus,” ujarnya saat dihubungi Kompas pada Jumat (2/8/2019).
Jahja belum bisa menyebutkan besaran suku bunga kredit yang akan diturunkan, tetapi dia memastikan penurunan suku bunga bergantung pada penurunan biaya dana. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II-2019, BCA mencatat biaya dana meningkat pada semester I-2019 sebesar 2,03 persen dibandingkan Juni 2018 sebesar 1,73 persen.
Pada paruh pertama 2019, BCA juga telah membukukan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 24,6 triliun atau naik 13,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun pertumbuhan kredit konsumer pada semester I-2019 tercatat hanya tumbuh 6,4 persen dibandingkan semester I-2018 menjadi Rp 152 triliun.
Pada portofolio kredit konsumer, penyaluran kredit properti sepanjang semester I-2019 tercatat tumbuh 11,2 persen dibandingkan semester I-2018 menjadi Rp 90,7 triliun. Sementara di periode yang sama, penyaluran kredit kendaraan bermotor tercatat turun 1,5 persen menjadi Rp 48,2 triliun.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, penurunan suku bunga BI bisa berdampak pada penurunan tingkat biaya dana. Pengurangan beban biaya dana bisa berimbas pada penurunan harga produk pinjaman, baik ritel maupun nonritel.
”Begitu suku bunga BI turun, kami akan sesuaikan dengan cost of fund, lalu kalau suku bunga SBI (sertifikat BI) turun, otomatis bunga kredit khususnya KPR akan bisa turun,” ujarnya.
CIMB Niaga membuka peluang untuk segera melakukan penyesuaian suku bunga konsumer khususnya kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kepemilikan mobil yang berkaitan langsung dengan kebutuhan ritel masyarakat.
Namun, sama seperti Jahja, Lani belum memastikan besaran penurunan suku bunga kredit. Menurut dia, hal itu akan bergantung pada penurunan tingkat suku bunga sertifikat BI. Dari penurunan suku bunga kredit, CIMB Niaga membidik pertumbuhan kredit dan pendanaan pada semester II-2019.
Lani mengatakan, pembiayaan KPR CIMB Niaga pada semester I-2019 mencatatkan pertumbuhan 14 persen dibandingkan semester I-2018. Kredit kepemilikan mobil secara penjualan meningkat 50 persen. Sementara bisnis kartu kredit dan unsecured loan tumbuh 10 persen.
”Kami harapkan bisnis perbankan tetap positif sampai akhir tahun, sampai sekarang sudah masuk triwulan III-2019 dan kami lihat sejauh ini pasar sangat positif, terutama ritel dan usaha mikro,” ujar Lani.
Di tengah kondisi pengetatan likuiditas, hingga akhir Juni 2019, rasio pendanaan terhadap kredit (loan to deposit ratio/LDR) tercatat sekitar 95 persen. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat juga meningkat ditopang oleh dana murah (CASA), khususnya tabungan.
”DPK masih tumbuh positif, terutama CASA, khususnya tabungan yang tumbuh 7 persen secara tahunan, sisanya ada time deposit yang secara overall masih di bawah 10 persen, tetapi tumbuh positif,” ujar Lani.
Sementara itu, Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Budi Satria mengatakan, peninjauan kembali suku bunga baru akan dilakukan pertengahan Agustus 2019. Namun, dia menilai, suku bunga kredit berpeluang turun, setidaknya memiliki waktu transmisi 2-3 bulan dari penurunan suku bunga acuan BI.
”Penurunan suku bunga belum bisa ditentukan dalam waktu dekat. Kami akan lakukan review pada pertemuan asset and liability committee bulan Agustus ini,” ujarnya.
Sebagai bank yang fokus pada pembiayaan perumahan, BTN mencatatkan pertumbuhan penyaluran KPR di semester I-209 sebesar 19,72 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya menjadi Rp 173,61 triliun.
Kontribusi pertumbuhan KPR didorong oleh segmen subsidi yang tercatat sebesar Rp 90,74 triliun atau meningkat 27,55 persen secara tahunan. Adapun segmen nonsubsidi tercatat tumbuh 13,08 persen dibandingkan semester I-2018 menjadi Rp 74,39 triliun.