Pembentukan Posisi Ketua Harian PDI-P Sulit Terealisasi
Penentuan posisi ketua harian dalam struktur partai diprediksi akan sulit terwujud dalam Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sejumlah kader menilai, posisi ketua harian masih belum diperlukan karena kekuatan partai mampu dijalankan para ketua bidang.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG/KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penentuan posisi ketua harian dalam struktur partai diprediksi akan sulit terwujud dalam Kongres V Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sejumlah kader menilai, posisi ketua harian masih belum diperlukan karena kekuatan partai mampu dijalankan para ketua bidang.
Politisi PDI-P, Aria Bima, Jumat (2/8/2019), di Jakarta, mengatakan, wacana pembentukan struktur ketua harian tentunya akan dibahas dalam kongres yang akan berlangsung pada 8-11 Agustus 2019 di Bali. Namun, ia menilai, posisi ketua harian masih belum dibutuhkan partai.
”Saya belum melihat pentingnya posisi ketua harian ini dibentuk karena saat ini kerja partai telah mampu dilakukan para ketua bidang. Pembentukan ketua harian tentunya akan dibahas, tetapi sulit terealisasi,” ucap Aria Bima dalam diskusi bertajuk ”Membaca Kongres PDI-P: Who Will be The Next” itu.
Dalam diskusi ini juga hadir sebagai narasumber, peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi, Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Marcellus Hernowo, dan Pemimpin Redaksi Harian Rakyat Merdeka Ricky Handayani. Sebelumnya, wacana pembentukan ketua harian ini muncul sebagai satu upaya PDI-P meregenerasi kepemimpinan partai. Berdasarkan dinamika yang berkembang, posisi tersebut akan diisi Puan Maharani atau Prananda Prabowo, anak Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Aria mengatakan, dalam kongres nanti, PDI-P tidak hanya fokus untuk membahas soal regenerasi di tingkat pusat, tetapi juga regenerasi di tingkat pengurus cabang dan daerah. Ia menjelaskan, Puan dan Prananda tentunya akan dipersiapkan sebagai figur untuk regenerasi partai.
”Bu Mega yang nantinya akan mempersiapkan Puan dan Prananda sebagai calon untuk regenerasi dalam tubuh PDI-P. Kami berharap, agar bisa terbentuk tokoh yang tidak hanya karismatik, tetapi juga visioner dan modern serta menjunjung ideologi partai yang telah terbangun,” ucapnya.
Hernowo menjelaskan, wacana pembentukan ketua harian tidak hanya muncul menjelang Kongres V PDI-P, tetapi juga pada kongres-kongres sebelumnya. Namun, hal itu belum pernah terealisasi.
”Pada Januari lalu, Megawati mengatakan, PDI-P akan fokus untuk meregenerasi partai. Sebaiknya regenerasi tersebut betul-betul terlaksana sebagai persiapan partai menuju Pemilu 2024,” ucapnya.
Kristiadi mengatakan, saat ini masih belum ada sosok yang mampu menggantikan figur karismatik Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P. Namun, bukan hal yang mustahil jika karakter Puan dan Prananda bisa dibentuk dalam waktu lima tahun ke depan.
”Untuk membentuk sosok yang karismatik memang diperlukan waktu yang panjang. Saya melihat, struktur ketua harian bisa menjadi salah satu upaya untuk membentuk Puan dan Prananda sebagai calon-calon pemimpin PDI-P berikutnya,” katanya.
Secara terpisah, Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga mengatakan, isu regenerasi juga dilontarkan melalui wacana pengangkatan ketua harian. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada pembahasan di tingkat dewan pimpinan pusat mengenai posisi setingkat wakil ketua umum tersebut.
”Jika gagasan tersebut kembali muncul di dalam kongres, mereka akan membahasnya dan menaati hasil yang disepakati kongres,” ujarnya.
Eriko mengatakan, berdasarkan hasil konferensi cabang dan konferensi daerah, seluruh pengurus partai masih ingin mengusung Megawati Soekarnoputri untuk menjadi ketua umum. Aspirasi tersebut nantinya akan diajukan dalam Kongres V PDI-P di Bali pekan depan.
Kepemimpinan Megawati dinilai masih diperlukan karena partai harus menghadapi tantangan zaman yang semakin berat. Pengalaman Megawati selama bertahun-tahun dalam dunia politik telah membentuknya sebagai pemimpin yang bijaksana dan visioner. Menurut Eriko, dengan kedua sifat itu, ia mampu memberikan arah yang tepat dan terbaik bagi partai dan seluruh kader.
”Apakah regenerasi itu hanya dilakukan dengan cara mengganti ketua umum? Tidak juga. Di tingkat dewan pimpinan pusat, daerah, dan cabang, sudah banyak generasi muda yang masuk dalam struktur,” kata Eriko.
Adapun penggantian ketua umum nantinya diserahkan kepada Megawati. Ia yakin, Presiden kelima Indonesia itu memiliki pertimbangan yang tepat untuk menentukan waktu regenerasi bagi posisinya.
Ia menambahkan, isu regenerasi sebelumnya juga dilontarkan melalui wacana pengangkatan ketua harian. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada pembahasan di tingkat dewan pimpinan pusat mengenai posisi setingkat wakil ketua umum tersebut.Jika gagasan tersebut kembali muncul di dalam kongres, mereka akan membahasnya dan menaati hasil yang disepakati kongres