Rekor Rantai Manusia Terpanjang di Bawah Air Milik Indonesia
Indonesia resmi memegang rekor rantai manusia terpanjang di bawah permukaan laut lewat aksi anggota Wanita Selam Indonesia beserta ratusan relawan, Kamis (1/8/2019), di Teluk Manado, Sulawesi Utara. Sebanyak 578 peserta pemecahan rekor berhasil bergandengan tangan di bawah air selama 9 menit dan 51 detik.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Indonesia resmi memegang rekor rantai manusia terpanjang di bawah permukaan laut lewat aksi anggota Wanita Selam Indonesia beserta ratusan relawan, Kamis (1/8/2019), di Teluk Manado, Sulawesi Utara. Sebanyak 578 peserta pemecahan rekor berhasil bergandengan tangan di bawah air selama 9 menit dan 51 detik.
Para peserta pemecahan Guinness World Record (GWR) ini adalah perempuan dan laki-laki dari kalangan warga sipil serta anggota Polri, TNI, dan Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas). Hasil ini mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat Amerika Serikat oleh 386 orang pada tahun 2017.
“Selamat atas kerja keras kita selama setahun terakhir. Setiap orang di sini adalah pelaku sejarah, pemecah rekor dunia yang akan tercatat di buku Guinness World Record di London. Acara ini mungkin hanya sekali seumur hidup, jadi para peserta harus bangga,” kata Ketua Umum Wanita Selam Indonesia (Wasi) Tri Suswati, istri Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian.
Kegiatan ini untuk merayakan kemerdekaan Indonesia ke-74, dua pekan mendatang. Menurut Tri, pemecahan rekor dunia adalah salah satu cara warga membuat negara bangga.
Rekor rantai manusia terpanjang ini dipecahkan di perairan Teluk Manado, di tepi kawasan bisnis Megamas. Sekitar pukul 08.30 Wita, ke-578 peserta yang dibagi dalam kelompok beranggotakan 15 orang menceburkan diri ke air setelah dilengkapi peralatan selam seperti kacamata, timah pemberat selam, sepatu kaki katak, dan tabung oksigen.
Mereka berenang menuju posisi masing-masing yang ditandai dengan bendera kelompok hingga terbentuk bujur sangkar besar. Lalu, sirine pertama dibunyikan sebagai tanda persiapan. Sesaat kemudian, para peserta membenamkan diri ke air dan bergandengan tangan setelah mendengar sirine kedua.
Kalau ada yang tidak kuat dan harus kembali ke atas, teman di kanan-kirinya harus langsung tanggap menyambung rantai
Kepala divisi penyelaman panitia pemecahan rekor, Frans Rattu mengatakan, para peserta berada di bawah air selama 17 menit. Selama itu, dua orang kembali ke permukaan dan diangkut tim polisi air dan udara. Satu orang lainnya muncul ke permukaan untuk memperbaiki tabung oksigennya, lalu kembali ke bawah permukaan air.
“Peserta harus berpegangan tangan tanpa terlepas. Ada empat kamera yang merekam video bukti untuk menentukan pemecahan rekor kita. Kalau ada yang tidak kuat dan harus kembali ke atas, teman di kanan-kirinya harus langsung tanggap menyambung rantai,” kata Frans.
Setelah keempat kamera selesai mengelilingi para peserta, peluit panjang dibunyikan di darat. Para peserta pun kembali ke permukaan, lalu mengibarkan bendera Merah Putih sambil berseru-seru “Merdeka!”
Penghargaan dalam bentuk piagam diberikan kepada Tri oleh juri GWR dari Australia, Solvej Malouf, setelah ia mengecek video bukti. Jumlah peserta dibuktikan dengan daftar hadir setiap kelompok. Ia mengatakan, persyaratan pemecahan rekor adalah orang banyak harus bergandengan tangan selama minimal satu menit.
Tri mengatakan, kegiatan ini murni milik Wasi dan didanai sponsor, seperti BRI dan Pertamina. Bantuan paling banyak diberikan dalam bentuk barang, seperti tangga kayu bagi peserta untuk turun ke laut serta tenda-tenda. Bahkan KRI Semarang 594 disiapkan untuk keperluan medis, beberapa mil laut dari lokasi acara
Sebagian besar tenda peserta adalah milik satuan kepolisian di bawah Polda Sulut. Para anggota kepolisian juga menjaga ketat pelaksanaan dengan memasang barikade dan menugaskan brigadir mobil. Namun, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulut Komisaris Besar Ibrahim Tompo mengatakan, pihaknya tidak terlibat dalam panitia acara ini.
“Semua dana dari Wasi. Polri tidak ikut mendanai, hanya ikut mengamankan,” katanya.
Jaga laut
Sebagian peserta dalam acara ini adalah polisi wanita. Brigadir Satu Rina dari Polres Manado, misalnya, ikut memecahkan rekor karena sudah pernah berpartisipasi pada pemecahan rekor Muri pada 2018, yaitu scuba diving massal oleh 1.000 wanita serta pembentangan bendera terpanjang.
“Ini juga untuk membuktikan bahwa menyelam itu menyenangkan,” katanya.
Sementara itu, Brigadir Dua Ida Agus dari Polda Sulut mengatakan, pengalaman tahun lalu membuatnya tenang saat menyelam kali ini. Ia bahkan tidak menyangka bertahan di air hingga 17 menit. “Sudah biasa, jadi tidak tegang sama sekali,” katanya.
Sebaliknya, siswi SMA Negeri 7 Manado, Jessica (17), sempat gugup dan tegang sebelum sirine kedua dibunyikan. Namun, ia merasa bangga setelah kembali ke permukaan. Ia berharap pengalamannya ini bisa membantunya masuk ke akademi polisi setelah lulus SMA.
Tri Suswati berharap, semakin banyak warga Manado yang terlibat dalam kegiatan Wasi. Sebab, pemecahan rekor Muri 2018 serta penyelaman massal oleh 2.500 penyelam pada 2009 juga diadakan di Manado.
Pemecahan rekor ini juga bertujuan menyadarkan warga negara untuk menjaga kelestarian laut. “Laut adalah harta untuk anak dan cucu kita. Saya harap semakin banyak warga sadar untuk berhenti membuang sampah ke laut serta mendaur ulang sampah plastik. Sebab, kita sudah jadi pencemar laut terbesar kedua di dunia,” katanya.