Jalan Sempit Industri Gim
Di mata produsen gim internasional, Indonesia menjadi lahan basah untuk menumbuhkan pasar gim berbasis multiplatform. Pasar pengguna dan pemain gim di Indonesia kian tumbuh dan menjanjikan. Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan pengembang gim lokal sudah saatnya melebarkan sayap lebih jauh ke pasar luar negeri.
Menurut laporan Newzoo, Indonesia memiliki catatan menggiurkan sebagai salah satu negara pengguna gim terbesar. Pada 2014, Indonesia memiliki 34 juta pengguna gim dengan total konsumsi sebanyak 181 juta dollar AS di tahun yang sama. Jumlah ini kian naik tiap tahunnya dan di 2018 meningkat menjadi 82 juta pengguna dengan konsumsi 1,13 miliar dollar AS.
Indonesia memiliki catatan menggiurkan sebagai salah satu negara pengguna gim terbesar.
Penghitungan total konsumsi tersebut berdasarkan beberapa variabel. Proporsi konsumsi terbesar diperoleh dari transaksi uang berupa pembelian gim atau fitur di dalam gim yang dilakukan pengguna di tiap negara. Padahal, penghitungan ini belum memasukkan pembelian perangkat keras khusus gim.
Berkaca dari temuan di atas, atmosfer dan ekosistem para pengguna gim di Indonesia sesungguhnya sudah tumbuh dan akan terus berkembang ke depannya. Lantas, ke manakah arah pertumbuhan gim Indonesia saat ini dan ke depannya? Apakah ke arah konsumtif semata atau produktif?
Pada 6-7 Februari 2019 lalu, hasil jajak pendapat Kompas menemukan gap antara potensi jumlah pemain gim dan minat. Dari 161 responden yang berusia milenial tahun ini (19-39 tahun), lebih dari setengah responden tidak bermain gim di gawai sebagai salah satu contoh perilaku bermain gim saat ini.
Saat diajukan pertanyaan mengenai alasan tidak bermain gim, jawaban yang paling banyak dipilih responden adalah tidak menyukai gim dan tidak ada waktu untuk bermain gim. Jika dilihat latar belakang pekerjaan responden, sebagian besar responden sudah bekerja dan memiliki rutinitas yang padat sehingga bermain gim tidak menjadi suatu hobi tersendiri.
Dari responden yang tergolong aktif bermain gim tersebut, hanya 23,61 persen responden saja yang memanfaatkan gim untuk hal yang produktif.
Bagi responden yang bermain gim di gawai, intensitas bermain tergolong cukup aktif. Sebanyak 44,4 persen responden mengaku bermain setiap hari, sementara ada juga yang bermain 1-3 hari dalam minggu (52,8 persen) dan 4-6 hari dalam seminggu (2,8 persen).
Dari responden yang tergolong aktif bermain gim tersebut, hanya 23,61 persen responden saja yang memanfaatkan gim untuk hal yang produktif. Jawaban “tidak sama sekali” paling banyak dipilih oleh responden. Artinya, bagi responden bermain gim hanyalah sekadar bermain, hiburan, ataupun kegiatan rekreasi. Setidaknya, dari sekian banyak pemain gim, hanya sedikit sekali pemain yang memanfaatkan gim sebagai sarana untuk produktivitas, misalnya dengan mencari uang melalui gim.
Dapat disimpulkan, terdapat gap antara jumlah pemain gim (potensi pengguna) dengan pemanfaatan gim yang produktif. Tidak dapat dimungkiri, motivasi setiap pemain gim tentu berbeda-beda sesuai kebutuhannya. Padahal, gim menawarkan peluang tersendiri bagi para pemain yang dapat memanfaatkannya secara tepat.
Baca Juga: Gim Bukan Sekadar Permainan
Kendati begitu, cukup banyak pula pemain gim yang memanfaatkan peluang ini dengan cara yang produktif, entah sebagai pemain profesional atau membuat video dengan konten gim. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Imannuel Danang dengan kanalnya di Youtube bernama “BANG ALEX”.
Berdasarkan laporan socialblade.com (per 30 Juli 2019), youtuber ini dapat meraup pendapatan sekurang-kurangnya 218 dollar AS atau sekitar Rp 3 juta dalam sehari. Pundi-pundi uang ini dihasilkan dari jumlah penonton dan durasi video yang ada di dalam kanalnya. Perolehan tertinggi dalam sebulan pun diprediksikan sekitar Rp 1,4 miliar.
Di tingkat dunia, Hansel Ferdinand menempati peringkat 992 pemain Esport terkaya.
Lain lagi dengan pemain gim Esport asal Indonesia bernama Hansel Ferdinand yang kini bergabung dalam tim Esport China bernama Tyloo. Berdasarkan laporan pendapatan pemain Esport di Esports Earnings, melalui 41 turnamen Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO), Hansel berhasil mengumpulkan 105.893 dollar AS atau sekitar Rp 1,5 miliar.
Hasil ini menempatkan Hanselbe sebagai atlet Esport dengan penghasilan murni dari turnamen terbanyak dibandingkan atlet Esport asal Indonesia lainnya. Di tingkat dunia, Hansel Ferdinand menempati peringkat 992 pemain Esport terkaya.
Baik Imanuel Danang ataupun Hansel Ferdinand, keduanya merupakan contoh pemain gim yang mampu melihat peluang dan menjadikan gim sebagai profesi utama. Masih ada banyak contoh pemain gim, komunitas, serta tim Esport Indonesia lainnya yang bergumul di tanah basah ini. Lantas, bagaimana dengan pengembang gim lokal tanah air?
Modal ke Pasar Global
Di Indonesia, beberapa studio pengembang (developer) gim sudah mulai tumbuh. Merujuk pada Peta Industri Game Indonesia 2015 yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) ada 51 perusahaan pengembang gim di Indonesia. Mayoritas perusahaan tersebut masih tercatat sebagai perusahaan rintisan (startup).
Dalam laporan tersebut, dituliskan bahwa gim merupakan sektor yang penting untuk mendorong terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
Di pasar gim global, pencapaian para pengembang gim asal Indonesia masih sangat kurang. Bila merujuk pada laman IGRS (Internet Game Rating Indonesia) atau Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik, terdapat 765 gim buatan lokal yang sudah resmi terdaftar dan mendapat rating klasifikasi dari Kemkominfo hingga akhir Juli 2019. Jumlah ini masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan 7 hingga 10 gim asal Indonesia yang dapat menembus pasar internasional.
Untuk menyiasatinya, tahun ini BEKRAF bekerja sama dengan INSIDEA Network dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) menggelar BEKRAF Game Prime 2019, atau pameran gim lokal untuk keempat kalinya sejak 2016. Pameran yang dimulai 12 Juli 2019 dan digelar selama tiga hari ini berupaya untuk mempertemukan para pengembang gim, publisher, investor, dan pengguna gim.
Selain memperkenalkan gim lokal pada masyarakat, diharapkan juga para pengembang gim lokal mendapatkan kepercayaan dari para investor dalam bentuk modal sehingga dapat bersaing di pasar global.
Selain itu, AGI dan BEKRAF turut menjembatani 10 gim lokal untuk memasarkan karya mereka di Gamescom 2019. Ajang para pengembang gim tingkat Eropa itu nantinya diselenggarakan di Cologne, Jerman. Sebelumnya, AGI dan BEKRAF membuka kesempatan seleksi bagi para pengembang gim. Sepuluh perusahaan gim lokal yang terpilih kemudian mewakili Indonesia untuk memamerkan karyanya kepada para pemodal.
Meskipun peluang cukup terbuka, namun permasalahan kualitas gim juga menjadi tugas bagi gim lokal. Manager Operasional AGI, Jan Faris Majd, mengatakan bahwa tantangan bagi mayoritas pengembang tanah air ini karena banyak yang belum berbadan hukum dan belum matang dalam produk hasil gimnya (Kompas, 17 September 2018). Padahal, kualitas gim menjadi kunci lain agar gim tersebut diterima oleh pasar dan memikat investor menanamkan modal.
Peluang bisnis gim pun bukan hanya terbuka bagi pengembang gim saja, melainkan juga bagi penyedia aplikasi teknologi finansial (tekfin) untuk menggarap penjualan uang virtual, fitur, atau voucher digital yang berlaku pada gim-gim tertentu. Laman Codashop, Itemku, Digicodes, dan Unipin, menjadi beberapa contoh dari laman penyedia tekfin khusus gim. Dalam sistem penjualannya, mereka bekerjasama dengan beberapa gerai pembayaran resmi seperti minimarket, operator seluler, dan bank.
Kembali pada peluang gim di Indonesia, sudah semestinya pemerintah menaruh kepercayaan dan menggarap serius bidang ini untuk mendorong industri kreatif anak bangsa. Jika menengok kembali ke visi misi presiden terpilih, Joko Widodo, industri kreatif dan ruang kreasi pemuda diberikan perhatian khusus dan tertuang dalam beberapa poin. Bahkan pada subtema “Meningkatkan Kepeloporan Pemuda dalam Pemajuan Kebudayaan”, profesi Youtuber dan gamer dituliskan secara eksplisit sebagai bidang yang dijanjikan akan difasilitasi oleh pemerintah. (Litbang Kompas/Yohanes Mega Hendarto)