Restrukturisasi dan Efisiensi, Bakrie & Brothers Cetak Laba Rp 222,685 Miliar
PT Bakrie & Brothers Tbk berhasil mencetak laba Rp 222,685 miliar pada semester I-2019. Perusahaan itu artinya berhasil membalikkan keadaan setelah mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,065 triliun pada semester I-2018.
Oleh
*/RYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bakrie & Brothers Tbk berhasil mencetak laba Rp 222,685 miliar pada semester I-2019. Perusahaan itu artinya berhasil membalikkan keadaan setelah mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,065 triliun pada semester I-2018.
”Kerja keras beberapa tahun terakhir membuahkan hasil, BNBR kembali mencetak laba. Ini sangat menggembirakan bagi para pemangku kepentingan, terutama investor,” kata Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Anindya Novyan Bakrie, Rabu (31/7/2019), di Jakarta.
Selain laba bersih (net profit) sebesar Rp 222,685 miliar, BNBR pada periode ini juga menghimpun pendapatan (revenue) lebih besar, yakni Rp 1,712.546 triliun, naik 7,2 persen dibandingkan dengan pendapatan pada enam bulan pertama 2018 yang sebesar Rp 1,597.156 triliun.
Laba ini, kata Anin, adalah buah restrukturisasi sejak beberapa tahun belakangan. Utamanya, dengan restrukturisasi utang serta menjalankan program cost reduction dan efisiensi besar-besaran di tingkat operasional anak-anak usaha.
”Beban utang secara konsisten terus berkurang dan nilai aset meningkat. Tahun lalu kita juga melakukan konversi sebagian utang menjadi saham dan ini turut meringankan beban kita secara cukup signifikan,” kata Anin.
Tercatat dalam laporan keuangan, beban utang dan bunga perseroan berkurang dari Rp 304,6 miliar pada semester I-2018 menjadi Rp 82,383 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Pada semester I-2019 ini, PT Bakrie Pipe Industries (BPI), unit usaha perseroan yang memproduksi pipa baja, mencatatkan revenue Rp 978 miliar, naik 21 persen dibandingkan dengan tahun 2018. Ini terjadi karena ada sejumlah proyek berkesinambungan bersifat multiyears serta sejumlah proyek baru di sektor minyak dan gas.
Proyek baru BPI di antaranya pengadaan pipa untuk Saka Energy di wilayah Jawa Timur dan proyek Pembangkit Jawa I (IPP Jawa I). Kedua proyek ini semakin memperkuat proyek multiyears pengadaan pipa untuk bisnis Pertamina di sektor hilir yang bergulir sejak akhir 2017 dan tuntas pada semester I-2019.
Pengadaan tiang listrik
Tahun ini, BPI kembali memenangi tender PLN untuk pengadaan tiang listrik. ”Proyek pengadaan tiang listrik senilai Rp 400 miliar ini didapatkan kembali oleh perusahaan selama dua tahun berturut-turut. Semua disokong penjualan para distributor BPI di seluruh Indonesia, selain efisiensi bahan baku di dalam proses produksi pipa baja,” kata Anin.
PT Bakrie Autoparts, unit usaha lain perseroan yang memproduksi komponen otomotif, meraup pendapatan Rp 188 miliar pada semester I-2019. ”Saya melihat, dua tahun terakhir industri otomotif lebih banyak menahan diri terkait dengan kondisi politik di dalam negeri. Nah, ke depan mereka akan lebih ofensif mengembangkan bisnis. PT Bakrie Autoparts bisa mengambil manfaat dari situasi itu,” katanya.
Saya melihat, dua tahun terakhir industri otomotif lebih banyak menahan diri.
Anin menambahkan, PT Bakrie Autoparts terus melakukan uji coba dan sosialisasi dengan beberapa perusahaan transportasi umum terbesar di Indonesia, seperti Transjakarta dan PPD. Diharapkan, proses uji coba dapat rampung akhir tahun ini dan proses pengadaan dapat dimulai tahun depan.
Pasar bus listrik
”Melihat kesiapan dan reputasi mitra kami, yakni BYD sebagai produsen bus listrik terbesar di dunia, PT Bakrie Autoparts mempunyai posisi sangat baik untuk dapat menjadi pemimpin pasar bus listrik di Indonesia, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan PT Bakrie Autoparts secara signifikan,” kata Anin.
PT Bakrie Autoparts mempunyai posisi sangat baik untuk dapat menjadi pemimpin pasar bus listrik di Indonesia.
Sementara PT Bakrie Building Industries (BBI), unit usaha perseroan yang memproduksi aneka bahan bangunan, juga terus berbenah. PT BBI pada masa depan akan lebih fokus pada produk bahan bangunan ramah lingkungan dengan menawarkan ”solusi total” kepada pelanggan.
”Teknologi bangunan prefab (prefabrikasi) dan modular yang sudah ditekuni sejak 3-4 tahun lalu mulai bergulir dan membuahkan hasil berupa pengerjaan beberapa proyek walaupun belum dalam skala yang cukup besar. Ini juga untuk menjawab tantangan program satu juta rumah dari pemerintah,” kata Anindya.
PT BBI juga berinovasi menghasilkan solusi infrastruktur yang berorientasi pada perlindungan lingkungan, seperti sound-barrier (pelindung suara) dan breakwater (pemecah ombak) yang dikembangkan untuk kebutuhan keamanan dan kelestarian lingkungan.
Produk breakwater ”A-Jack” yang dikembangkan PT BBI bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi pemecah gelombang yang efektif dalam melindungi wilayah perairan dari ancaman abrasi. Produk ini memiliki kemampuan tiga kali lipat lebih baik dibandingkan dengan produk sejenis lainnya.
Sejumlah anak usaha tersebut, menurut Anindya Bakrie, juga terus mengembangkan kemampuan dengan mulai memanfaatkan sumber daya manusia dan teknologi digital. ”Orientasi kami adalah teknologi yang tepat guna dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital serta sumber daya manusia andal, tentunya yang muda,” ujar Anindya.
Lebih jauh, Anin juga menjelaskan tentang diakuisisinya PT Multi Kontrol Nusantara dalam kendali Perseroan, yaitu unit bisnis yang berfokus pada bisnis infrastruktur telekomunikasi dan technology solutions. ”Ini membuktikan komitmen kami untuk berinvestasi secara serius dibidang industri berbasis teknologi,” ucap Anin.