Pertemuan Menlu ASEAN Resmi Dibuka, Isu Keamanan Kawasan Jadi Perhatian
Pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) secara resmi dimulai di Bangkok, Thailand, Rabu (31/7/2019). Upacara pembukaan, yang menandai dimulainya pertemuan itu, dihadiri Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha.
Oleh
MH SAMSUL HADI, DARI BANGKOK, THAILAND
·3 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) secara resmi dimulai di Bangkok, Thailand, Rabu (31/7/2019). Upacara pembukaan, yang menandai dimulainya pertemuan itu, dihadiri Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha.
Isu-isu keamanan kawasan, seperti sengketa Laut China Selatan, stabilitas Semenanjung Korea, dan kerja sama Indo-Pasifik, menjadi salah satu sorotan utama dalam Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) Ke-52 ini. Pertemuan itu juga berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan, termasuk rivalitas AS-China yang dalam setahun terakhir terlibat perang dagang.
Selain diikuti 10 menlu negara ASEAN, AMM juga dihadiri para menlu atau perwakilan dari 10 negara mitra dialog (Australia, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Rusia, dan AS) serta tujuh negara Asia Pasifik (Bangladesh, Korea Utara, Mongolia, Pakistan, Papua Niugini, Sri Lanka, dan Timor-Leste). Para menlu dari Norwegia, Swiss, dan Turki—mitra dialog sektoral ASEAN—serta Peru juga diundang sebagai tamu.
Dalam pidatonya, PM Prayut mengingatkan pentingnya memperkuat mekanisme-mekanisme yang dipimpin ASEAN guna mengimplementasikan hasil-hasil pertemuan dalam wujud konkret bagi warga ASEAN. Mekanisme yang dipimpin ASEAN itu antara lain mencakup KTT Asia Timur (East Asia Summit, EAS), Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional Forum, ARF), ASEAN Plus Tiga, dan kerja sama-kerja sama ASEAN dengan para mitra wicara.
”Kita juga datang ke sini untuk secara bersama-sama membahas beberapa pertanyaan penting: bagaimana kita bisa menciptakan komunitas yang stabil, sejahtera, dan berkelanjutan mengingat banyak tantangan regional dan global yang saat ini kita hadapi?” kata Prayut.
”Bagaimana kita bisa memajukan kemitraan dengan para mitra kita dari luar kawasan untuk mendorong maju keberlanjutan di semua dimensi, dan yang terpenting lagi, bagaimana kita bisa memastikan bahwa rakyat kita benar-benar mendapat manfaat dari upaya kita,” ujar Prayut.
Prayut juga mengangkat kembali komitmen para pendiri ASEAN—sekaligus mengingatkan Bangkok sebagai tempat kelahiran ASEAN—pada 1967 untuk membangun kawasan perdamaian, keamanan, dan kemakmuran. ”Hari ini kita datang lagi di tempat kelahiran ASEAN untuk membangun komitmen kita menciptakan Komunitas ASEAN yang berpusat kepada rakyat, yang tak seorang pun ditinggalkan dan memandang ke depan,” ucap Prayut.
Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai mengatakan, meningkatnya persaingan antarnegara-negara kekuatan utama dunia merupakan salah satu tantangan ASEAN saat ini. Sentralitas dan kesatuan ASEAN menjadi dua elemen penting bagi ASEAN untuk tetap diperhitungkan dan tampil efektif di panggung global.
”Ini langkah penyeimbangan yang sulit. Namun, kemampuan mengatasi kekhawatiran dan saling tidak percaya di antara kita, serta antara kita dan kekuatan-kekuatan lain, akan membuat ASEAN menjadi bagian integral dari perdamaian dunia yang berkelanjutan dan kemakmuran yang mampu mengangkat semua kapal,” kata Don dalam sambutannya.
Sebanyak 27 pertemuan dijadwalkan berlangsung selama AMM kali ini hingga Sabtu mendatang. Hari Rabu ini diagendakan tujuh pertemuan berikutnya, meliputi sidang plenary menlu ASEAN, sidang retreat menlu ASEAN, penandatanganan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity dan Cooperation, TAC) antara ASEAN dan Peru, peluncuran program ASEAN-China Young Leader Scholarship, serta tiga pertemuan ASEAN dengan mitra dialog (China, Rusia, dan Selandia Baru).
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi kepada wartawan mengatakan, Indonesia membawa dua isu utama dalam pertemuan kali ini, yakni visi Indo-Pasifik dan isu pengungsi Rohingya di Myanmar. Isu Indo-Pasifik telah diangkat Retno dalam pertemuan bilateral dengan Menlu China Wang Yi dan pertemuan makan malam para menlu ASEAN, Selasa kemarin. Retno menyebutkan, isu Rohingya mulai dibahas dalam pertemuan makan malam menlu ASEAN.