Hutan Kota Kalsel Lestarikan Pohon Ulin dan Meranti
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membangun hutan kota seluas 90 hektar di Kota Banjarbaru. Hutan kota tersebut menjadi tempat pelestarian tanaman khas hutan Kalimantan yang sudah terancam punah, yakni kayu ulin dan meranti.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membangun hutan kota seluas 90 hektar di Kota Banjarbaru. Hutan kota tersebut menjadi tempat pelestarian tanaman khas hutan Kalimantan yang sudah terancam punah, yakni kayu ulin dan meranti.
Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi dan menangani lahan kritis. Luas lahan kritis di Kalsel lebih kurang 511.000 hektar (ha) dan sekitar 200.000 ha di antaranya ada di luar kawasan hutan.
”Salah satu upaya nyata dengan menghadirkan miniatur hutan hujan tropika di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel di Banjarbaru. Ini untuk mempertahankan keberadaan hutan hujan tropis, khususnya jenis-jenis endemik yang telah lama dikenal sebagai tanaman khas hutan Kalsel,” kata Hanif di Banjarbaru, Selasa (30/7/2019).
Pembangunan miniatur hutan hujan tropika berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalsel Nomor 188.44/058/Kum/2018 pada 29 Januari 2018 tentang penunjukan miniatur hutan hujan tropika dengan luas 90 ha.
”Di sini, kami menanam beberapa jenis tanaman endemik Kalsel yang sudah semakin jarang ditemukan, bahkan terancam punah, seperti jenis ulin dan beberapa jenis meranti,” katanya.
Pada akhir 2017, Dinas Kehutanan Kalsel mengawali pembangunan miniatur hutan hujan tropika dengan menanam beberapa jenis tanaman yang cepat tumbuh, yakni sengon dan jabon. Hingga akhir triwulan I 2019 telah tertanam seluas 55 ha. Lahan yang masih tersisa sekitar 35 ha akan diselesaikan penanamannya pada 2020.
Hanif mengatakan, tanaman yang mengisi hutan kota saat ini masih didominasi peneduh atau penaung bagi tanaman yang akan ditanam sebagai tanaman pokok. Tanaman peneduh itu diharapkan mampu berfungsi sebagai pohon inang bagi tanaman pokok, yaitu ulin dan meranti.
”Pada akhir 2018 sampai awal 2019 telah ditanam pohon ulin sebanyak 750 batang dan pohon meranti sebanyak 2.810 batang di bawah naungan tegakan jabon dan sengon. Jumlah tanaman pokok tersebut akan terus ditambah,” ujarnya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, miniatur hutan hujan tropika dibagi menjadi dua blok utama, yaitu ulin dan meranti. Pohon ulin yang dikenal dengan sebutan kayu besi termasuk pohon kayu endemik khas Kalsel dari hutan hujan tropika basah. Pohon itu tergolong langka karena lambatnya pertumbuhan dan kecilnya tingkat keberhasilan perkecambahan.
”Jika tidak segera dilestarikan, dikhawatirkan pohon ulin ataupun meranti akan punah. Karena ancaman kepunahan itulah, kami gencar melakukan penanaman pohon ulin dan meranti di areal miniatur hutan hujan tropika,” katanya.
Jika tidak segera dilestarikan, dikhawatirkan pohon ulin ataupun meranti akan punah.
Dalam pengembangan miniatur hutan hujan tropika, Pemprov Kalsel membangun kerja sama dengan berbagai pihak, terutama perusahaan yang memegang izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH). ”Mereka juga diajak untuk memelihara tanaman di sini,” ujar Sahbirin.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam acara serah terima hutan kota seluas 25 ha dari Kementerian LHK kepada Pemprov Kalsel di Banjarbaru mengapresiasi keberadaan hutan kota di Kalsel yang dibangun untuk melestarikan kayu rimba yang mulai langka.
”Miniatur hutan hujan tropika di Kalsel ini sangat bagus. Saya akan tugaskan bagian penelitian dan pengembangan (litbang) kementerian untuk mendampingi. Jangan berhenti di sini saja, tetapi harus lebih diperkaya supaya bisa jadi wahana edukasi dan wisata,” kata Siti Nurbaya.