Asap Selimuti Kota Pekanbaru
PEKANBARU, KOMPAS—Kebakaran lahan dan hutan di sejumlah daerah meluas, termasuk cakupan gangguannya, Selasa (30/7/2019). Data dari situs SiPongi Karhutla Monitoring Sistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran di seluruh Indonesia mencapai 42.740,42 hektar.
Kebakaran terluas terjadi di Riau (27.683 ha), Kalimantan Timur (5.153 ha), Kepulauan Riau (4.969 ha), Kalimantan Barat (2.273 ha), Kalimantan Utara (792 ha), Sulawesi Selatan (441 ha), dan Sumatera Selatan (236 ha). Di Jawa, 40 hektar hutan di lereng Gunung Arjuno juga terbakar.
Di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa kemarin, asap tebal menyelimuti kota. Jarak pandang di Jembatan Siak IV sempat di bawah 1.000 meter.
Selasa pagi, pemandangan gedung-gedung tinggi dari atas jembatan itu hanya berupa bayang-bayang. Namun, aktivitas masyarakat berlangsung seperti biasa. Hampir semua pengendara sepeda motor tidak memakai masker.
Juru bicara Kantor Stasiun Meteorologi BMKG Pekanbaru, Marzuki, mengungkapkan, kabut di Kota Pekanbaru dipastikan dari sisa kebakaran lahan dan hutan.
”Semakin siang ada perbaikan kondisi cuaca. Massa udara membaik dan asapnya menipis karena ada pergerakan angin,” ujarnya. Pantauan satelit pengindera cuaca, terdapat 130 titik panas di seluruh Pulau Sumatera. Di Riau saja terdapat 60 titik.
Meski asap sudah memutihkan Pekanbaru, Executive General Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Pratyo Yogi mengatakan, jadwal kedatangan dan keberangkatan pesawat masih normal. Semua maskapai penerbangan beroperasi sesuai dengan jadwal.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengungkapkan, kabut asap di Pekanbaru berasal dari kebakaran lahan dan hutan di Desa Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. Lahan yang terbakar sudah sangat luas dan belum dapat dikendalikan.
Pihaknya kesulitan memantau kemunculan titik api akibat ketiadaan helikopter kecil patroli dan pemantau lapangan. Riau memiliki enam helikopter, tetapi semuanya dipakai untuk pengeboman air melalui udara.
Di Sumatera Selatan, dua hari terakhir titik panas meningkat seiring lahan kering. Data BPBD Sumsel, sepanjang Juli saja ada 204 titik panas. Peningkatan titik panas terjadi tiga hari terakhir.
Jajaran pemerintah daerah, TNI-Polri, dan perusahaan di Sumsel bersiap menghadapi dampak kekeringan. Menurut perkiraan BMKG, curah hujan berkurang hingga September mendatang.
”Secara nasional, Sinar Mas sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp 300 miliar untuk mencegah dan memitigasi kebakaran lahan,” kata Mares Prabadi, Kepala Operasi Manajemen Kebakaran Sinar Mas Forestry wilayah Palembang di Pabrik Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
Kondisi Kalimantan
Di Kalimantan Barat, kebakaran melanda sejumlah daerah. Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik mengatakan, kebakaran lahan gambut seluas 5 ha terjadi di Kabupaten Mempawah, tepatnya di Desa Sejegi, Mempawah Timur. Kebakaran di daerah itu sudah terjadi empat hari.
Pada Selasa pagi, satgas gabungan darat dan udara masih memadamkan kebakaran di lahan gambut tersebut.
”Penyebab kebakaran belum diketahui,” kata Sahat.
Angin kencang membuat kobaran api, baik di permukaan maupun di dalam lapisan gambut, terus menyala. Api cepat menjalar dan mempersulit tim di lapangan.
Kebakaran lahan juga terjadi di Kepulauan Maya, Kecamatan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar. Tim belum bisa memprediksi luas lahan terbakar. Helikopter pemadaman sudah dikerahkan.
Di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, lahan gambut lebih kurang 50 ha terbakar dua minggu terakhir. Kawasan itu berupa rawa gambut yang tebal.
Pantauan Kompas, tim gabungan bergantian memadamkan api. Bahkan, pemerintah menggunakan bom air dari helikopter Mi-17 dan Mi-8. Namun, asap masih mengepul.
”Kalaupun terbakar, tidak akan mencapai titik terendah. Bagian bawah masih lembab,” kata Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead di sela-sela Rapat Koordinasi Restorasi Gambut di Palangkaraya.
Di Kalteng, sedikitnya 980 ha lahan terbakar selama Juli. Di Pulang Pisau saja, kebakaran mencapai 295 ha lahan dengan jumlah 53 kejadian.
Di Banjarmasin, Kepala BPBD Kalsel Wahyuddin mengatakan, hampir setiap hari terpantau 10 titik panas. Kebakaran lahan juga mulai terjadi di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Hulu Sungai Selatan.
Di Jakarta, Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Dody Usodo mengatakan, hingga kemarin, lima provinsi, yakni Riau, Kalbar, Sumsel, Kalteng, dan Kalsel, menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Status serupa ditetapkan Kabupaten Dumai, Siak di Riau, dan Sambas di Kalbar.
Dalam waktu dekat, antisipasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan di Riau. Selanjutnya, di daerah lain seperti Kalteng. ”Saat ini meski tidak setiap hari, masih terdapat awan sehingga memungkinkan dilakukan TMC,” kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto.
(SAH/ESA/RAM/JUM/IDO/ITA/WER/AIK/ICH)