Upaya Komersialisasi Hak Kekayaan Intelektual Masih Terkendala
Upaya mengomersialkan hak kekayaan intelektual karya kreatif lokal menjadi bisnis berkelanjutan dinilai tidak mudah. Proses memonetisasinya memerlukan dukungan bersama lintas sektor industri.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya mengomersialkan hak kekayaan intelektual karya kreatif lokal menjadi bisnis berkelanjutan dinilai tidak mudah. Proses memonetisasinya memerlukan dukungan bersama lintas sektor industri.
Robby Wahyudi, CEO Danumaya Dipa, perusahaan konsultan hak kekayaan intelektual (HKI) karya kreatif, Senin (29/7/2019), di Jakarta, mengatakan, ada lima tantangan mengomersialkan HKI karya kreatif jadi bisnis berkelanjutan.
Kelimanya adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya HKI serta kekurangan akses permodalan, pengetahuan pelaku usaha terhadap hukum, tenaga ahli, dan kolaborasi dengan perusahaan dari sektor industri lain.
Unit usaha ekonomi kreatif umumnya belum berpikir untuk memonetisasi sertifikat hak kekayaan intelektual secara berkelanjutan.
Sejumlah unit usaha ekonomi kreatif yang sudah mengantongi sertifikat HKI masih fokus memproduksi karya, lalu menjualnya. Mereka umumnya belum berpikir untuk memonetisasi sertifikat HKI secara berkelanjutan. ”Pada saat bersamaan, konsumsi masyarakat Indonesia terhadap HKI karya kreatif buatan luar negeri cukup tinggi,” kata Robby.
HKI karakter tokoh Disney dan Marvel di salah satu produk kartu uang elektronik perbankan, misalnya, laris diburu warga.
Mengutip laporan survei industri lisensi yang diterbitkan Licensing International, secara global rata-rata pendapatan industri berbasis HKI karya kreatif sekitar 280,3 miliar dollar AS tahun 2018. Pada tahun yang sama, pendapatan industri di Asia Tenggara sekitar 10 miliar dollar AS dan 40-50 persennya diperkirakan dari Indonesia.
Di luar mengikuti pameran internasional, mengomersialkan HKI karya kreatif lebih aktif dilakukan dengan mendorong perusahaan lokal berkolaborasi dengan kreator. BRI, misalnya, membeli lisensi Tahilalats untuk dipakai penerbitan kartu uang elektronik Brizzi. Bank Mandiri dikabarkan telah membeli HKI karakter film Satria Dewa: Gathotkaca. HKI karakter ini nantinya digunakan untuk mengeluarkan kartu kredit.
Rumah film Falcon Pictures memproduksi film animasi Si Juki the Movie: Panitia Hari Akhir pada tahun 2017. Film animasi ini diambil dari HKI karakter komik Juki ciptaan Faza Ibnu Ubaidillah. ”Mengomersialkan HKI karya kreatif ke sektor industri barang-barang konsumen (consumer goods) menyimpan potensi pendapatan bisnis lebih besar,” kata Robby.
Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi Bekraf Ari Juliano Gema mengatakan, berdasarkan survei BPS dan Bekraf tahun 2016, baru sekitar 11 persen unit usaha ekonomi kreatif yang memiliki HKI terdaftar, seperti merek, paten, dan desain industri. Jumlah unit usaha ekonomi kreatif sesuai survei itu sekitar 8,2 juta unit usaha.
Mengomersialkan hak kekayaan intelektual karya kreatif ke industri barang-barang konsumen menyimpan potensi pendapatan bisnis lebih besar.
Sejak tahun itu, Bekraf menggelar program sosialisasi dan fasilitasi pendaftaran kepada pelaku usaha ekonomi kreatif di lebih dari 80 kabupaten/kota. Hingga akhir tahun 2018, total peserta program yang akhirnya mengajukan permohonan pendaftaran HKI mencapai 5.671 unit usaha.
Fasilitasi pendaftaran yang dilakukan Bekraf berupa bantuan teknis dan finansial untuk memenuhi persyaratan administrasi pendaftaran. Peserta program terbanyak berasal dari usaha kuliner, mode, dan kriya.
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjutak memandang perlunya lahir perusahaan manajemen HKI karya kreatif. Perannya adalah membantu mengelola, memasarkan, dan mengurus kontrak bisnis. Sementara kreator tetap fokus menciptakan karya. Sampai sekarang, di Indonesia, perusahaan seperti itu belum berkembang.
Dia mengatakan bahwa dirinya sempat mengusulkan pembentukan asosiasi perusahaan pemegang sertifikat HKI karya kreatif. Keberadaan asosiasi diharapkan bisa menjadi mitra pemerintah.
Bekraf membantu memfasilitasi monetisasi HKI karya kreatif lokal melalui beberapa pameran internasional. Salah satunya adalah Licensing Expo China 2019 di Shanghai, China, pada 24-26 Juli 2019. Fasilitas yang dimaksud adalah memberangkatkan sepuluh HKI terpilih ke pameran dengan harapan mereka dapat bertemu dengan investor ataupun pembeli.
Kesepuluh HKI karya kreatif lokal yang berangkat ke pameran itu adalah Hey Blo!, Komik Ga Jelas, Tahilalats, Garudayana, Educa Studio, Mintchan, Gugug!, Ghfosty’s Comic, Manguni Squad, dan Satria Dewa Gatotkaca. Mereka dipilih setelah mengikuti program Katapel.
Soal kesepakatan bisnis, kata Joshua, belum bisa diumumkan kepada publik. Proses menuju kesepakatan panjang. Pemegang sertifikat HKI dan investor ataupun pembeli harus mengadakan pertemuan berkali-kali.
”Setelah kami membawa pemegang sertifikat HKI ke pameran internasional, kami terus menanyakan sejauh mana kelanjutan kesepakatan. Pada saat bersamaan, kami sering mengamati eksposur perusahaan dalam negeri terhadap karya mereka meningkat. Dengan kata lain, perusahaan lokal menjadi tidak mau ketinggalan berinvestasi dan membeli lisensi,” lanjutnya.