TOKYO, MINGGU - Final ganda putra sesama pemain Indonesia terjadi dalam dua turnamen bulu tangkis beruntun. Momen ini seharusnya menjadi motivasi bagi pemain lain untuk menjadi bagian dari kekuatan Indonesia yang muncul di tingkat dunia.
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mengulang laga final Indonesia Terbuka pada turnamen Jepang Terbuka. Di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Minggu (28/7/2019), Kevin/Marcus memenangi laga itu, 21-18, 23-21.
Ini menjadi gelar ketiga beruntun ”Minions” di Jepang Terbuka yang berlevel BWF World Tour Super 750. Pemain terakhir yang meraih hat-trick di Tokyo adalah Lee Chong Wei (Malaysia) pada 2012-2014.
Menciptakan final sesama pemain Indonesia dalam dua turnamen beruntun menjadi kebanggaan, termasuk bagi Hendra/Ahsan, meski kalah dalam dua final terakhir. Dalam final Indonesia Terbuka di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pekan lalu, mereka kalah, 19-21, 16-21, dari Kevin/Marcus.
”Yang pasti bagus bisa final sesama Indonesia di ganda putra dan dua kali berturut-turut seperti ini, mudah-mudahan bisa mendongkrak motivasi yang lain,” kata Hendra, yang bersama Ahsan telah enam kali tampil di final pada 2019. Dari enam final itu, dua gelar diraih, yaitu di All England dan Selandia Baru Terbuka.
Kevin juga bangga dengan dominasi ganda putra Indonesia pada dua final terakhir. Ini menandakan bahwa ganda putra Indonesia memiliki pasangan dengan kekuatan merata. Pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi menilai, ini membuka peluang nomor tersebut untuk meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, keberhasilan itu juga memperlihatkan jauhnya rentang prestasi dengan pemain lain. Pelatnas utama ganda putra memiliki empat pasangan lain, tetapi belum ada yang mendekati prestasi Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, keduanya berusia 23 tahun, seusia dengan Kevin, menunjukkan performa menurun sejak April. Padahal, mereka diproyeksikan lolos ke Tokyo 2020.
Mereka tersingkir pada babak kedua Kejuaraan Asia, babak pertama Australia Terbuka, perempat final Indonesia Terbuka, dan babak kedua Jepang Terbuka. Ini terjadi dalam masa kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, 29 April 2019-26 April 2020. Herry mengatakan, motivasi mereka yang akan menetukan mereka bisa bangkit.
Dari turnamen BWF level tertinggi, Super 1000 dan 750, yang telah berlangsung tahun ini, hanya ganda putra yang menghasilkan gelar juara. Hendra/Ahsan juara All England (1000). Adapun Kevin/Marcus menjadi yang terbaik di Indonesia (1000) dan Jepang (750).
Gelar juara dari empat nomor lain didapat dari turnamen berlevel lebih rendah, yaitu Super 500, 300, dan 100. Saat bersaing pada level lebih tinggi, tunggal putra dan putri, ganda putri dan campuran, kalah bersaing dengan China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Di Tokyo, ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti berkesempatan meraih gelar pertama dari final keempat pada 2019. Namun, mereka masih kalah bersaing dari Wang Yilyu/Huang Dongping (China), yang juga mengalahkan mereka pada final India dan Australia Terbuka. Praveen/Melati kalah 17-21, 16-21.
Semangat Praveen untuk membalas dua kekalahan dari Wang/Huang belum diimbangi kemampuan mengembangkan pola permainan yang cocok untuk mengalahkan lawan.
”Pola main kami harus matang, kemampuan individu juga. Kalau kalah pada gim pertama, semangat tidak boleh menurun. Saat akan masuk lapangan pun harus lebih percaya diri,” tutur Praveen.
Tunggal putra, Jonatan “Jojo” Christie, juga gagal memanfaatkan kesempatan pertama di final turnamen Super 750. Dia masih kesulitan mengimbangi keuletan pemain tuan rumah, Kento Momota. Jojo kalah dari pemain nomor satu dunia itu, 16-21, 13-21.
Jepang juga meraih gelar tunggal putri melalui Akane Yamaguchi yang menang atas seniornya, Nozomi Okuhara, 21-13, 21-15. Kejutan terjadi di ganda putri melalui kemenangan pemain Korea Selatan yang baru berpasangan pada tahun ini, Kim So-yeong/Kong Hee-yong. Mereka mengalahkan unggulan pertama asal Jepang, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, 21-12, 21-12.
Dua Gelar Untuk Leo
Dari Kejuaraan Asia Yunior di Suzhou, China, pemain Indonesia, Leo Rolly Carnando, meraih dua gelar juara dari nomor ganda campuran berpasangan dengan Indah Cahya Sari Jamil dan ganda putra bersama Daniel Marthin.
Pada final ganda campuran, Leo/Indah mengalahkan wakil tuan rumah, Feng Yan Zhen/Lin Fang Ling, 16-21, 22-20, 22-20.Pasangan China yang menjadi unggulan pertama, Di Zi Jian/Wang Chang, menjadi lawan yang dikalahkan Leo/Daniel pada ganda putra, 21-9, 15-21, 21-19.
Leo mengatakan, salah satu motivasinya adalah karena tampil di hadapan pendukung lawan. “Salah satu yang bikin kami semangat adalah faktor gengsi, main di kandang lawan. Jadi rasanya ingin memberikan yang terbaik,” kata Leo.
Sementaraitu, menurut Indah, gelar tersebut menjadi lebih berarti karena diraih pada penampilan terakhir mereka dalam Kejuaraan Asia Yunior. “Di senior nanti, kami akan dipisah,” ujar Indah.
Penampilan Leo, yang berusia 17 tahun, sangat konsisten sejak Mei. Lima final beruntun yang dijalani menghasilkan lima gelar juara. Sebelum menjadi juara Asia, Leo menjuarai ganda putra Malaysia International Series serta ganda putra dan campuran Pembangunan Jaya Grand Prix Yunior.
Saat dijumpai setelah menjuarai Pembangunan Jaya Grand Prix, Leo mengatakan, sangat menikmati tampil pada dua nomor meski dengan konsekuensi harus bermain lebih banyak dibandingkan pemain yang tampil dalam satu nomor. Nomor yang akan menjadi fokus ketika memasuki level senior, dikatakan Leo, dia serahkan pada pelatih yang bisa menilai potensinya.