Kuota Pendakian Rinjani Tidak Ditambah pada Peringatan Hari Kemerdekaan RI
Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat diperkirakan kembali menjadi kawasan tujuan utama para pendaki untuk memperingati momen kemerdekaan Republik Indonesia pada Sabtu (17/8/2019).
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat diperkirakan kembali menjadi kawasan tujuan utama para pendaki untuk memperingati momen kemerdekaan Republik Indonesia pada Sabtu (17/8/2019). Namun, pengelola Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tidak akan menambah kuota pendakian dengan alasan menjaga keasrian kawasan dan kenyamanan pendakian.
Sejak dibuka pada 14 Juni 2019, wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang akan mendaki Rinjani harus mendaftar melalui aplikasi eRinjani. Aplikasi tersebut bisa diunduh dan digunakan pada perangkat berbasis Android.
Selain itu, mereka juga bisa mendaftar lewat laman erinjani.id. Melalui sistem pendaftaran dalam jaringan (daring) itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menetapkan kuota harian untuk empat jalur, yakni Senaru, Sembalun, Timbanuh, dan Aik Berik.
Kuota di Senaru di Lombok Utara dan Sembalun di Lombok Timur masing-masing 150 orang. Sementara Timbanuh (Lombok Timur) dan Aik Berik (Lombok Utara) masing-masing 100 orang. Biaya pendakian untuk wisatawan domestik Rp 5.000 per orang per hari. Sementara pendaki mancanegara ditetapkan Rp 150.000 per orang per hari.
”Kami tetap membuka jalur pendakian dengan kuota tetap dan tidak memberlakukan tambahan kuota pendakian,” kata Kepala Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono di Mataram, Senin (29/7/2019).
Sudiyono menambahkan, selain pertimbangan keamanan dan kenyamanan pendaki, penambahan kuota tidak dilakukan untuk menghindari dampak negatif terhadap ekosistem serta daya dukung lingkungan atau kawasan. Salah satu yang jadi perhatian adalah sampah dan kerusakan ekosistem di Rinjani.
Kami tetap membuka jalur pendakian dengan kuota tetap dan tidak memberlakukan tambahan kuota pendakian.
Sudiyono berharap para pendaki mematuhi standar operasional pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani. Termasuk tidak mendaki hingga puncak dan Danau Segara Anak. Kedua titik favorit pendaki itu hingga kini belum dinyatakan aman pascagempa mengguncang Lombok pada 2018.
”Terkait dengan hal itu, akan ada pengawasan. Saat ini sedang kami koordinasikan,” kata Sudiyono.
Selain itu, Sudiyono juga mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan layanan yang disediakan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani jika membutuhkan informasi, standar pendakian, serta data kondisi jalur pendakian dan manajemen pendakian. Layanan itu baik berupa pusat telpon di 0811283939 maupun media sosial, seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan laman resmi mereka.
Terkait dengan pemberlakuan kuota, Ketua Forum Citra Rinjani Lalu Ahmad Yani, yang membawahkan operator tur di empat jalur pendakian Rinjani, mengatakan, pihaknya akan secepatnya membahas itu dengan pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Menurut Ahmad Yani, meski memprediksikan tidak akan seramai tahun-tahun sebelumnya, pendakian pada momen peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia harus tetap diantisipasi.
”Kita akan kondisikan. Harapannya, jangan sampai ada pendaki yang tidak dikasih masuk. Misalnya sistem buka tutup,” kata Ahmad Yani.
Ahmad Yani menambahkan, standar yang sudah ditetapkan balai juga tetap akan mereka patuhi. ”Kami tidak mau bertindak di luar standar yang telah ditetapkan balai. Jadi, sejak awal pendakian, itu sudah menjadi bagian dari pembekalan dengan wisatawan, termasuk larangan mendaki ke puncak dan danau,” kata Ahmad Yani.
Menurut Ahmad Yani, standar pendakian memang harus dipatuhi agar tidak ada masalah yang terjadi. ”Sekarang, sejak pendakian dibuka lagi, kami bisa tersenyum kembali, tetapi ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan karena khawatir menimbulkan masalah baru. (Pendakian) menggeliat lagi bukan berarti melalaikan keselamatan dan kenyamanan. Itu tetap menjadi prioritas kami,” kata Ahmad Yani.