Milenial Minati Wisata Kapal Pesiar
JAKARTA, KOMPAS - Kegiatan berlibur dengan kapal pesiar kerap dinilai mewah dan mahal. Namun, cara berwisata itu kini mulai diminati kalangan milenial di dalam negeri.
Tren tersebut ditangkap biro perjalanan wisata Dwidayatour. Menurut survei internal mereka di akhir 2018, pemesanan tur di kapal pesiar didominasi milenial atau generasi yang lahir antara 1981-1994 atau berusia sekitar 38-25 tahun.
Chief Operations Officer Dwidayatour Hendriyapto mengatakan, milenial mendominasi permintaan dengan persentase 56 persen, lebih tinggi dari permintaan oleh generasi di atasnya (generasi X) yang berusia sekitar 58-39 tahun yang hanya 54 persen.
"Kalau dulu, wisata kapal pesiar lebih banyak diminati generasi X yang punya daya beli tinggi. Tapi, survei menunjukkan jumlah mereka sekarang turun dan diminati oleh lebih banyak milenial atau generasi Y," kata Hendriyapto yang kerap disapa Hendri dalam media gathering di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Milenial yang memilih berwisata dengan kapal pesiar biasanya pasangan muda atau grup berjumlah 10-15 orang. Adapun, tujuan wisata yang didatangi umumnya sekitar Asia Tenggara, China, Taiwan, dan wilayah Asia Timur.
Paket wisata biasanya ditawarkan dengan harga mulai dari 3,7 juta per penumpang untuk lima hari perjalanan dari titik keberangkatan di Singapura.
"Tapi, kita juga mulai membuka paket tur kapal pesiar ke destinasi yang lebih jauh, seperti Alaska atau utara Eropa untuk perjalanan melihat Aurora. Bahkan, kami akan buka paket tur ke Disney Amerika Serikat karena sudah ada peminatnya," lanjutnya.
Kita juga mulai membuka paket tur kapal pesiar ke destinasi yang lebih jauh, seperti Alaska atau utara Eropa untuk perjalanan melihat Aurora. Bahkan, kami akan buka paket tur ke Disney Amerika Serikat karena sudah ada peminatnya.
Meski belum bisa menyebutkan jumlah turis dalam negeri yang memesan paket perjalanan kapal pesiar melalui mereka, Dwidayatour mencatat, ada kenaikan jumlah peminat sampai dua kali lipat secara tahunan.
Hendri menilai, pergeseran tren ini terjadi karena kalangan milenial kerap ingin mendapatkan pengalaman yang lebih dalam satu tempat. Beragam atraksi dan fasilitas hiburan biasanya ditawarkan di dalam kapal pesiar, sehingga penumpang tidak perlu capek bepergian.
Baca juga: Arief Yahya: Acara Pariwisata Mesti Sasar Milenial
Pengalaman yang sama juga ditawarkan paket berlibur di resor. Hal itu mendorong Dwidayatour untuk mengadakan pameran tur dan wisata berkonsep karnaval di sejumlah mal di Jakarta.
Pada 26-29 Juli 2019 ini, misalnya, Dwidayatour mengadakan pameran bersama perusahaan resor Club Med di Pondok Indah Mal I. Lalu, pada 2-4 Agustus 2019 di Senayan City, pameran yang khusus menjual paket perjalanan kapal pesiar diadakan untuk pertama kalinya.
Indonesia diminati
Tidak hanya destinasi di luar negeri, tur kapal pesiar di dalam negeri juga jadi fokus agen perjalanan tersebut karena diminati pasar mancanegara.
Hendri menyebut, destinasi seperti Semarang dan Bali menjadi tujuan mereka, utamanya untuk melakukan wisata susur sungai atau river cruise. Turis yang memesan perjalanan itu paling banyak berasal dari Eropa dan China.
"Tahun lalu, kami melayani 300-400 turis asing dengan paket river cruise tersebut. Jumlahnya memang belum sebanyak dari paket yang kita jual dari Singapura. Tapi permintaan itu ada," kata dia.
Namun demikian, kekurangan infrastruktur masih menjadi hambatan, menurut Hendri. Kondisi itu dapat dilihat setidaknya dari jumlah kapal pesiar yang dimiliki Indonesia.
Data Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyebut, Indonesia baru memiliki 150 kapal pesiar jenis Pinisi, yang masing-masing dapat menampung ribuan penumpang.
Ketua GIPI Didien Junaedi mengatakan, Indonesia harus memiliki lebih banyak kapal pesiar. "Dengan memiliki kapal pesiar yang lebih banyak, itu bisa menyumbang pergerakan wisatawan mancanegara maupun nusantara masing-masing 10 persen dari target kunjungan," katanya saat dihubungi.
Dengan memiliki kapal pesiar yang lebih banyak, itu bisa menyumbang pergerakan wisatawan mancanegara maupun nusantara masing-masing 10 persen dari target kunjungan.
Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, pariwisata kapal pesiar terkendala infrastruktur pelabuhan. Dalam lima tahun terakhir, hanya dua kapal pesiar berlabuh di Cirebon. Padahal, kota di pesisir utara Jawa ini kaya sejarah, seni, dan budaya, termasuk tiga keraton berusia ratusan tahun.
Pada Senin (15/7/2019) pagi, kapal Silver Discoverer yang membawa 98 turis tiba di Pelabuhan Cirebon sekitar sembilan jam. Turis itu berasal dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Portugal. Meski demikian, hanya 80 turis yang mengikuti tur keliling Cirebon.
Mereka menggunakan perahu karet untuk bersandar di pelabuhan karena kedalaman kolam pelabuhan minus 6 meter low water spring (LWS). Kapal berukuran 5.218 gros ton (GT) itu hanya melempar jangkar di tengah laut. Ketiadaan dermaga penumpang membuat turis menepi di antara perahu karet polisi (Kompas.id, 15 Juli 2019).
Baca juga: Wisata Kapal Pesiar ke Cirebon Terhambat Infrastruktur Pelabuhan
Pada tahun ini, Kementerian Pariwisata menargetkan kedatangan 400.000 wisatawan mancanegara menggunakan kapal pesiar. Target tersebut baru 2,2 persen dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang diproyeksikan mencapai 18 juta orang hingga akhir 2019.