Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto ditetapkan sebagai warisan budaya dunia UNESCO, 6 Juli 2019, di Baku, Azerbaijan. Peluang sekaligus tantangan yang harus dijawab.
Kamsri Benty (65), pemilik Cendana Homestay, gembira mendengar kabar itu. Status warisan dunia menjadi oase di tengah penurunan kunjungan wisatawan sejak 2016. ”Wisatawan, khususnya mancanegara, akan semakin banyak berkunjung. Ini peluang sekaligus tantangan bagi kami pemilik homestay. Kami harus welcome,” kata Kamsri, Ketua Asosiasi Homestay Sawahlunto, Rabu (10/7/2019).
Homestay salah satu penunjang sektor pariwisata Sawahlunto di tengah minimnya hotel. Setidaknya ada 56 homestay yang dikelola swadaya berkapasitas 500 tamu. Konsep rumah keluarga, seolah tamu tinggal di rumah bersama ibu angkat, menjadi daya tarik.
Bagi Kamsri, pelayanan terhadap tamu bukan tantangan berat bagi dirinya dan anggota asosiasi di tengah potensi peningkatan wisatawan. Dari segi pelayanan, sebagian besar homestay di Sawahlunto teruji dan menjadi rujukan daerah lain. Oma Homestay, misalnya. Anggota asosiasi di Sawahlunto itu mendapat penghargaan homestay terbaik se-Sumatera Barat (2014), tiga terbaik nasional (2015), dan lima terbaik Asia Tenggara (2015).
”Tantangan sebenarnya adalah promosi. Belum banyak homestay tertarik membuka pemesanan kamar melalui aplikasi daring,” ujar Kamsri. Harapan juga digantungkan pengusaha songket silungkang khas Sawahlunto.
Anita Dona Asri (33), pengusaha songket yang juga pemberdaya banyak perempuan muda di Desa Lunto Timur, Kecamatan Lembah Segar, misalnya, berharap songket silungkang kian eksis. ”Songket kini menjadi sumber penghasilan utama 19 perajin di sini,” ujar Anita.
Keunikan Sawahlunto
Kota Sawahlunto, yang berjarak sekitar 95 kilometer dari Kota Padang, memang unik. Salah satu keunikannya adalah situs industri pertambangan batubara tertua di Asia Tenggara yang masih terpelihara dengan baik meski sudah berusia sekitar satu abad. Selain itu juga jaringan kereta api pengangkut batubara ke Padang dan berbagai bangunan tua yang masih terpelihara dengan baik hingga kini.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar Nurmatias mengatakan, Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto layak menjadi warisan dunia karena menyimpan nilai sejarah yang tinggi. Terlepas dari cerita kelam perbudakan dan buruh batubara yang dirantai kakinya, batubara kalori tinggi di tambang batubara Ombilin merupakan salah satu yang terbaik di dunia. ”Sistem distribusi batubara dengan kereta api termasuk canggih pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20,” tutur Nurmatias.
Kecanggihan jaringan kereta api untuk distribusi batubara terlihat dari penggunaan rel bergerigi yang langka di Indonesia. Rel bergerigi digunakan karena sesuai dengan kawasannya yang berbukit-bukit. Jaringan kereta ini juga memiliki banyak terowongan dan jembatan dengan kerumitan konstruksi tinggi.
Warisan yang tak kalah penting dari situs tambang batubara Ombilin adalah masyarakat multikultural dan agama yang bermukim di Sawahlunto. ”Kota Lama Sawahlunto dapat dikatakan sebagai kota megapolitan pada masa akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Daerahnya sudah multikultur,” ujar Nurmatias.
Selain menyaksikan sisa areal pertambangan, wisatawan yang ke Sawahlunto juga bisa menikmati suasana kota tua tambang zaman kolonial. Selain itu juga ada puluhan cagar budaya, seperti kantor operasional tambang, silo batubara, lubang tambang bawah tanah, stasiun kereta api, kereta api uap pengangkut batubara, makam Belanda, dan gudang ransum.
Wakil Wali Kota Sawahlunto Zohirin Sayuti mengatakan, untuk memaksimalkan potensi wisata di Sawahlunto, pemerintah kota akan segera merevitalisasi museum, seperti Museum Gudang Ransum dan Penjara Orang Rantai.