YOGYAKARTA, KOMPAS — Kemah Budaya Kaum Muda 2019 yang digelar pada 21-24 Juli 2019 di Bumi Perkemahan Candi Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil menelorkan 12 kelompok dengan gagasan-gagasan terbaik. Mereka terpilih dari total 132 kelompok dari 28 provinsi.
Sebanyak 12 kelompok terbaik tersebut terpilih dari empat kategori, meliputi Purwarupa Aplikasi (46 kelompok), Purwarupa Fisik (31 kelompok), Aktivasi Kajian (25 kelompok), dan Aktivasi Kegiatan (31 kelompok). Kelompok-kelompok terbaik ini disaring dari total 561 peserta Kemah Budaya Kaum Muda 2019 berusia 18-28 tahun.
Dewan juri kategori Purwarupa Aplikasi, yaitu Dani Firmansyah, Mario Nurcahyanto, dan Nazim Machresa, memilih tiga kelompok terbaik, meliputi Warawaraproject (nilai 258), Permata (nilai 253), dan Ken Arok (nilai 252). Adapun, pada kategori Purwarupa Fisik, Dewan juri Yurry Razy, Adrian Adioetomo, dan Henny Dwi Vidiarina menetapkan tiga kelompok sebagai juara, yakni Kosikopat (nilai 282), Lasinrang Youth (nilai 280,5), dan Storia Karacitra (nilai 280).
Pada kategori Aktivasi Kajian, dewan juri yang terdiri dari Afrizal Malna, Novi Anoegra Jekti, dan Dian Herdiany memilih tiga kelompok sebagai juara, yaitu Soengai Kita (nilai 271), Kata Kerja (nilai 258), dan Sitasimattaoi (nilai 253). Sementara itu, pada kategori Aktivasi Kegiatan, dewan juri Sutanto, Nungki Kusumastuti, dan Hafiz Rancajale memilih tiga kelompok sebagai juara, yaitu Sanggar Rojolele (nilai 272), Tinung Rimbu (269), dan Garudeya (nilai 264).
Mekanisme penjurian dibagi menjadi persiapan (5 menit), presentasi (10 menit), dan tanya-jawab (5 menit). Dalam melakukan penjurian, dewan juri mengacu pada sejumlah kriteria, meliputi sejauh mana gagasan kelompok menjawab tantangan pemajuan kebudayaan secara aktif, sejauh mana kelompok memiliki kapasitas teknis untuk mewujudkan gagasan, sejauh mana kelompok dapat mempresentasikan gagasannya secara jelas dan memikat, dan hasil evaluasi dari fasilitator kelompok selama kegiatan KBKM 2019 berlangsung.
“Ke depan, kita akan fasilitasi pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok ini dengan para pemangku kepentingan. Paling tidak memastikan ide-ide mereka dipromosikan dengan benar,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid saat penutupan Kemah Budaya Kaum Muda 2019, Rabu (24/7/2019), di Bumi Perkemahan Candi Prambanan.
Menurut Hilmar, purwarupa-purwarupa potensial ini akan difasilitasi untuk dikembangkan menjadi purwarupa versi beta dan akan dipamerkan pada acara puncak Pekan Kebudayaan Nasional 2019 pada Oktober 2019. Pekan Kebudayaan Nasional 2019 merupakan wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2019. Kongres tersebut menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang inklusif.
Purwarupa-purwarupa potensial ini akan difasilitasi untuk dikembangkan menjadi purwarupa versi beta dan akan dipamerkan pada acara puncak Pekan Kebudayaan Nasional 2019 pada Oktober 2019
Didampingi fasilitator
Penyelenggaraan Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2019 dimulai dengan kegiatan kelas paralel yang terbagi menjadi 35 kelas. Setiap kelas didampingi oleh 1 orang fasilitator. Selama mengikuti sesi ini para peserta mendapatkan masukan dan pengembangan dalam mempresentasikan ide mereka kepada khalayak. Para peserta dituntun oleh para fasilitator untuk menyampaikan ide mereka dengan cara yang berbeda dengan peserta lainnya.
Untuk menginspirasi para peserta dalam mengembangkan ide-ide mereka di KBKM 2019, sore hingga malam harinya diselenggarakan Forum Inspirasi oleh Irendra Radjawali (Akademi Drone Indonesia), Ananda Sukarlan (pianis dan composer), hingga Biyanto Rebin dari Wikimedia. Dalam forum ini para peserta diajak untuk mengeksplorasi lebih jauh kearifan-kearifan yang berada di daerahnya masing-masing, guna dikembangkan dan menjadi sumbangsih dari Indonesia kepada dunia.
Di sela KBKM, para peserta juga diajak untuk mengikuti “Historical Trail” menyusuri Kawasan Candi Prambanan dengan didampingi tim edukator untuk mengenal lebih jauh mengenai candi, sejarah, hingga berbagai tindakan penyelematan benda cagar budaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.
KBKM merupakan inisiatif dan upaya yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk mendorong dan sekaligus memperkuat upaya pemajuan kebudayaan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017, melalui generasi muda. Sebagai generasi penerus dan pelaku kebudayaan di masa mendatang, para peserta ditantang untuk mengeksplorasi kreativitas dan kearifan-kearifan di sekitarnya untuk memajukan kebudayaan dengan cara-cara yang berorientasi dengan era kekinian.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berharap agar KBKM dapat diselenggarakan secara rutin dan terus dievaluasi. KBKM disebutnya menjadi salah satu upaya pemerintah untuk membudayakan STEAM khususnya di kalangan kaum muda, generasi penerus bangsa. "Mendarahdagingkan STEAM (sains, teknologi, rekayasa, seni, dan matematika) kepada masyarakat kita merupakan bagian dari gerakan budaya," ujarnya.