Diplomasi Masakan dari Megawati
Menghidangkan masakan yang dibuat sendiri, misalnya nasi goreng, menjadi salah satu cara diplomasi politik Megawati Soekarnoputri. Strategi yang di sejumlah kesempatan terbukti ampuh ini, juga dilakukan politisi lain.
Makan nasi goreng buatan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Itulah sebuah kerinduan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto, yang terbayarkan saat ia bertamu ke rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
“Tadi Ibu Mega memenuhi janjinya, memasak nasi goreng untuk kami. Luar biasa nasi gorengnya. Saya sampai nambah, padahal beliau sudah mengingatkan saya sudah terlalu gemuk,” ujar Prabowo, sambil menepuk perutnya dan tertawa lepas, usai bertemu dengan Megawati. Megawati yang berdiri di sebelah Prabowo, ikut tertawa.
Menanggapi pernyataan Prabowo ini, Megawati lalu mengatakan, “Untunglah, kalau seorang perempuan menjadi pemimpin dan politisi, punya bagian yang sangat meluluhkan hati laki-laki. Nah politik nasi goreng itu ternyata ampuh.” katanya.
Dalam acara "Bu Mega Bercerita" pada Januari 2019, Megawati bercerita, saat dia dan Prabowo menonton pertandingan pencak silat di Asian Games 2018, ada utusan Prabowo yang mendatanginya. Utusan itu bilang, Prabowo rindu dengan masakan nasi goreng buatan Megawati.
Sejarah mencatat, saat masa tenang menjelang Pemilu Presiden 2009, Megawati dan Prabowo pernah masak bersama di kediaman Megawati di Kebagusan, Jakarta Selatan. Saat itu, Megawati dan Prabowo maju bersama di Pemilihan Presiden sebagai pasangan capres-cawapres.
Setelah Pemilu 2009, Megawati dan Prabowo jarang terlihat bersama. Beberapa kali keduanya, bahkan punya posisi politik yang berseberangan. Hal ini misalnya terjadi saat Pemilihan Presiden 2014, Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017, dan Pemilihan Umum 2019.
Dalam pertemuan kemarin, Megawati tidak hanya menyuguhkan nasi goreng untuk Prabowo. Namun juga bakwan goreng, mie jawa, serta es kelapa muda.
Makanan tersebut, makin menambah cair suasana pertemuan Megawati dan Perabowo.
Cairnya suasana diantara keduanya, juga terlihat saat mereka memberikan pernyataan pers bersama-sama di akhir pertemuan. Megawati beberapa kali tertawa lebar saat Prabowo berbicara dengannya. Mereka juga beberapa kali saling bertukar pandang dan tersenyum hangat.
Gestur bersahabat yang ditunjukkan Megawati ini, dibalas Prabowo setelah pertemuan, dengan mengirimkan lukisan Bung Karno sedang naik kuda. Lukisan itu diantarkan sebuah truk bertuliskan ‘Logistic Gerindra’, tidak lama sesudah Prabowo meninggalkan kediaman Megawati.
Dalam pertemuan selama 1,5 jam, kemarin, Megawati dan Prabowo antara lain menjajaki peluang bekerja sama pasca pemilu. Meskipun keduanya rival politik saat pemilu 2019, serta ditengarai ada resistensi dari sejumlah partai lain anggota koalisi pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Megawati selaku pemimpin dari PDI-P memberi lampu hijau untuk bekerja sama dengan Prabowo dan Gerindra.
Simbol politik
Pertemuan kemarin bukan kali pertama Megawati menyiapkan masakan untuk politisi. Politisi lain yang pernah disuguhi masakan buatan Megawati, antara lain Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Presiden Jokowi. Sesuai perkataan Megawati, masakan itu menjadi bagian dari diplomasi politik atau mencairkan hubungan.
Sebagai pasangan presiden dan wakil presiden pada periode 1999-2001, hubungan Gus Dur dan Megawati sempat beberapa kali diwarnai silang pendapat. Dalam acara Halaqah Nasional Alim Ulama se-Indonesia yang digelar Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Jakarta, pada Juli 2017, Megawati sempat mengungkapkan pasang-surut hubungannya dengan Gus Dur.
Saat itu Megawati menuturkan, ‘pertengkaran’ antara dirinya dengan Gus Dur biasanya bisa dicairkan dengan nasi goreng buatannya. Saat Megawati ngambek dan tidak mau bertemu dengan Gus Dur, biasanya Gus Dur akan mencarinya dan minta dibuatkan nasi goreng.
“Saya tahu saya pasti yang menang, karena pasti nanti Gus Dur telepon, ‘Mba, lagi opo?’ ‘Di rumah, mas’. ‘Bikinkan saya nasi goreng, ya, saya sudah di depan pintu rumah’. Kalau baikan ya begitu, tentu terpaksa toh saya bikinkan nasi goreng,” tutur Megawati saat itu.
Megawati juga pernah memasakkan beberapa menu kesukaan Jokowi saat keduanya bertemu di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, medio 2017 dan 2018 lalu. Megawati biasanya menyuguhkan menu kesukaan Bung Karno, seperti sayur lodeh, serta masakan khas Indonesia lain seperti ayam goreng bumbu rujak, tempe goreng, dan bubur jagung.
Namun, nasi goreng tak hanya menjadi simbol diplomasi politik Megawati. Saat Jokowi mengunjungi Prabowo di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, pada akhir 2016, mereka berdua juga menyantap nasi goreng. Saat itu, mereka juga berkuda bersama.
Nasi goreng juga menjadi menu utama saat Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga ketua umum Partai Demokrat, menerima kedatangan Prabowo di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Juli 2017 Pertemuan saat itu untuk menyamakan sikap politik kedua partai itu terkait Rancangan Undang-Undang Pemilu, khususnya mengkritisi pasal syarat ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, nasi goreng dan gestur bersahabat antara Megawati dengan Prabowo menjadi simbol pernyataan sikap yang kuat dari PDI-P sebagai partai utama pengusung pemerintah, di tengah sepak terjang pascapemilu yang semakin dinamis.
Apalagi, setelah empat partai anggota koalisi Jokowi-Amin yang lain, yaitu Partai Nasdem, Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan, telah menyatakan bahwa partai politik anggota koalisi Jokowi-Amin tidak perlu ditambah.
“Ini sebuah pertunjukan politik, simbol kuat bahwa Megawati sedang membuka pintu lebar-lebar dan menerima Prabowo dalam koalisi pendukung pemerintahan, meskipun sebelumnya partai-partai lain menyatakan menolak Gerindra masuk dalam koalisi,” kata Hendri.
Meski seolah-olah sederhana, kemesraan Megawati dan Prabowo yang disimbolisasikan lewat nasi goreng dan bakwan goreng itu menunjukkan manuver politik dari dua kutub kekuatan politik besar saat ini, yang mungkin saja akan menentukan dinamika konstelasi politik ke depan serta nasib pemerintahan Jokowi-Amin hingga lima tahun mendatang.