Antisipasi kebakaran juga ditingkatkan para pihak, termasuk pengelola konsesi lahan dan hutan. Itu mutlak karena titik api dan titik panas selalu ditemukan di lahan konsesi.
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi puncak musim kemarau tahun 2019 terjadi Agustus-September. Secara khusus, Presiden Joko Widodo meminta semua jajaran dari kementerian, lembaga negara, hingga pemerintah daerah turun tangan mengantisipasi dampak kekeringan.
Sejumlah wilayah memasuki kemarau, hampir di seluruh provinsi di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Risiko kebakaran hutan dan lahan pun kian besar.
Di Pontianak, Gubernur Kalbar Sutarmidji memimpin Apel Siaga Darurat Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan, Selasa (23/7/2019). Apel diikuti TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, serta pemadam swasta. Dibentuk satuan tugas gabungan beranggotakan 1.515 personel.
”Mereka akan jadi bagian dari masyarakat, tinggal bersama masyarakat, sambil mengedukasi dan patroli. Seusai pengarahan, mereka ditempatkan di 100 desa,” ujar Sutarmidji, kemarin.
Antisipasi kebakaran juga ditingkatkan para pihak, termasuk pengelola konsesi lahan dan hutan. Itu mutlak karena titik api dan titik panas selalu ditemukan di lahan konsesi.
Di Jakarta, Direktur Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas Suhendra Wiriadinata menyatakan, pelaku usaha sebagai pengelola konsesi menjadi bagian dari upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Beberapa inisiatif dilakukan dan terus ditingkatkan.
”Upaya yang berjalan, kami menurunkan dampak kebakaran di area konsesi kami jadi 0,07 persen akhir 2018. Target tahun ini area terdampak bisa 0 persen,” katanya.
Dua program utama dikerjakan APP Sinar Mas dalam lima tahun terakhir, yakni Manajemen Kebakaran Terintegrasi dan Desa Makmur Peduli Api. Keduanya dikerjakan holistik dan terintegrasi lintas sektor, terutama masyarakat, selain bersama pemerintah daerah dan TNI/Polri.
Menurut Manajer Teknologi dan Manajemen Data Kebakaran APP Sinar Mas Gustaf Rantung, untuk mendukung manajemen kebakaran terintegrasi, disiapkan 3.180 anggota regu pemadam kebakaran, 126 anggota tim respons cepat, 102 menara api, 506 pos pantau, 10 helikopter water-bombing, serta 552 kamera termal dan kamera pemantau.
Masyarakat sekitar konsesi punya peran strategis, terutama untuk melaporkan titik api sejak dini dan mencegah kebakaran. ”Pemicu utama kebakaran justru dari aspek manusia, bukan cuaca,” katanya. (ESA/TAN)