Kehadiran Jet Rusia di Laut Jepang Peruncing Konflik Korsel-Jepang
Korea Selatan mengklaim, jet-jet tempurnya telah melepaskan 360 tembakan peringatan ke pesawat militer Rusia karena memasuki wilayah udaranya di Laut Jepang, Selasa (23/7/2019). Moskwa justru membantah adanya pelanggaran itu dan menuding pilot Korea Selatan bertindak ceroboh.
Oleh
Elsa Emiria Leba/Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
SEOUL, SELASA — Korea Selatan mengklaim, jet-jet tempurnya telah melepaskan 360 tembakan peringatan ke sebuah pesawat militer Rusia karena memasuki wilayah udaranya di Laut Jepang, Selasa (23/7/2019). Moskwa justru membantah adanya pelanggaran itu dan menuding pilot Korea Selatan bertindak ceroboh.
Pelanggaran wilayah udara yang memicu tembakan peringatan oleh jet-jet tempur Korsel terjadi di atas Pulau Dokdo di Laut Jepang, pulau yang dikuasai Korsel. Jepang pun memprotes insiden tersebut karena juga memiliki klaim yang sama atas pulau tersebut, yang oleh Jepang disebut Pulau Takeshima.
Insiden tersebut dapat memperuncing konflik Korsel-Jepang. Sengketa atas pulau di Laut Jepang atau Laut Timur yang melibatkan dua negara itu terjadi sejak lama. Kehadiran pesawat Rusia kali ini di sana, yang memicu respons militer Korsel, memperdalam konflik Jepang-Korsel yang kini tersandera perang dagang.
Jepang-Korsel sedang berseteru mengenai kewajiban pemberian kompensasi oleh perusahaan Jepang kepada pekerja paksa asal Korsel di masa Perang Dunia II. Jepang juga mengetatkan ekspor material penting untuk perangkat elektronik ke Korsel sehingga dapat memengaruhi produksi barang elektronik Korsel.
Terkait pelanggaran udara Korsel oleh pesawat militer Rusia, Seoul mengatakan bahwa insiden itu baru pertama kali dilakukan Rusia. Insiden itu dapat meningkatkan ketegangan di kawasan yang telah dibayangi oleh permusuhan bertahun-tahun antara Amerika Serikat dan Korea Utara.
Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan, dua pesawat pengebom Tupolev 95 (Tu-95) Rusia dan dua pesawat pengebom H-6 China telah memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Korea (KADIZ) pada Selasa pagi.
Yonhap menyebutkan, KADIZ adalah wilayah udara yang diklaim Korsel sebagai wilayah untuk mengidentifikasi pesawat asing yang mendekati udaranya. Namun, Rusia dan China tidak mengakui klaim Jepang tersebut.
Sebuah pesawat peringatan dini dan kontrol udara Rusia, Beriev A-50, kemudian juga dua kali memasuki udara Korsel, tepatnya di atas Pulau Dokdo atau Pulau Takeshima menurut Jepang. Insiden itu terjadi pukul 09.00 waktu setempat.
Menurut Seoul, Korsel mengerahkan jet tempur F-15 dan F-16 untuk menghampiri pesawat A-50 itu. Kedua jet tersebut menembakkan 10 suar dan 80 butir peluru sebagai peringatan. Pesawat A-50 akhirnya meninggalkan wilayah tersebut setelah empat menit berada di KADIZ.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah adanya pelanggaran dan tidak mengakui KADIZ Korsel itu. Moskwa mengatakan, dua pesawat pengebom strategis Tu-95 Rusia itu justru sedang melakukan penerbangan di wilayah udara bebas dan penerbangan itu sudah direncanakan sebelumnya.
Moskwa juga mengatakan, tidak ada tembakan peringatan apa pun dari pesawat-pesawat militer Korsel seperti yang diklaim Seoul itu. Dua pesawat tempur F-16 Korsel justru melakukan ”manuver tidak profesional” dengan melintasi jalur yang dilalui pesawat pengebom Rusia tanpa adanya komunikasi dengan mereka.
”Itu bukan untuk pertama kalinya pilot Korsel gagal mencegah pesawat Rusia terbang di udara perairan umum Laut Jepang,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel tidak secara langsung menanggapi tuduhan Rusia yang menyebut adanya tindakan ceroboh dari pilot-pilot Korsel tersebut. Namun, disebutkan, Korsel tidak pernah mengatakan pesawat pengebom Tu-95 telah melanggar wilayah udaranya.
Kementerian Luar Negeri China pun nimbrung dengan mengatakan, KADIZ Korsel hanyalah klaim sepihak Seoul. Wilayah tersebut bukan wilayah udara teritorial Korsel sehingga semua negara boleh menikmati kebebasan menjelajahi wilayah udara tersebut.
Penasihat Senior Keamanan Korsel Chung Eui-yong mengajukan keberatan keras kepada Nikolai Patrushev, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia. ”Ia meminta dewan untuk menilai insiden itu dan mengambil tindakan yang tepat,” kata Gedung Biru, Kantor Kepresidenan Korsel.
Tindakan anarkistis
Kementerian Luar Negeri Korsel telah memanggil Wakil Kepala Misi Rusia Maxim Volkov dan Duta Besar China Qiu Guohong di Seoul.
”Kami mengajukan protes keras dan mendesak mereka untuk mencegah agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korsel Kim In-chul.
Secara terpisah, Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menegaskan, Tokyo telah mengajukan pengaduan kepada Seoul dan Rusia atas insiden itu yang terjadi di atas wilayah udara Takeshima.
Di tengah insiden yang terjadi antara Korsel dan Rusia, Pemerintah Jepang mengajukan protes terhadap Korsel karena melancarkan tembakan peringatan di atas pulau yang menjadi wilayah sengketa antara Korsel dan Jepang.
”Mengingat sikap Jepang mengenai kedaulatan atas Takeshima, pesawat militer Korsel yang melakukan tembakan peringatan sama sekali tidak dapat diterima dan sangat disesalkan,” kata Suga di Tokyo.
Seoul membela diri dengan mengatakan, pengerahan jet tempur F-15 dan F-16 dilakukan untuk menanggapi adanya pelanggaran udara oleh Rusia. Jet-jet itu menembakkan seluruhnya sekitar 360 butir peluru selama insiden itu, kata pejabat di Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS).
”Militer Korsel telah mengambil tindakan taktis termasuk menjatuhkan suar dan melepaskan tembakan peringatan,” kata Kementerian Pertahanan Korsel.
Seorang pejabat Pertahanan Korsel mengatakan, pesawat Rusia tidak merespons dengan cara yang mengancam jet Korsel. Pesawat Rusia lalu meninggalkan wilayah udara Korsel, tetapi 20 menit kemudian masuk lagi. Hal itu mendorong jet tempur Korsel melepaskan lebih banyak tembakan peringatan.
Kementerian Pertahanan mengatakan, pesawat tempur Korsel ”melakukan respons normal” terhadap pelanggaran itu tanpa memberikan penjelasan detail. (REUTERS/AFP/AP)