Setelah berada di kamar operasi sekitar empat jam, tim dokter RSUP H Adam Malik, Medan berhasil memisahkan si kembar siam, Adam Silitonga dan Malik Silitonga, bertepatan dengan peringatan hari Anak Nasional, Selasa (23/7/2019).
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·5 menit baca
Setelah berada di kamar operasi sekitar empat jam, tim dokter RSUP H Adam Malik, Medan berhasil memisahkan si kembar siam, Adam Silitonga dan Malik Silitonga, bertepatan dengan peringatan hari Anak Nasional, Selasa (23/7/2019). Keberhasilan itu disambut dengan penuh kegembiraan keluarga kedua bocah berikut jajaran RSUP H Adam Malik.
“Senang sekali rasanya. Terima kasih yang luar biasa pada pemerintah, tim dokter. Banyak berkat untuk bapak semuanya dan anak itu semoga jadi anak yang baik,” kata Juliadi Silitonga (29) ayah si kembar saat hadir dalam konferensi pers bersama tim dokter dengan terbata-bata.
Ketua Tim Pemisahan Adam-Malik RSUP H Adam Malik, Prof dr Guslihan D Tjipta SpA(K) mengatakan operasi yang berlangsung empat jam itu berjalan lancar. Operasi dimulai sekitar pukul 08.00, saat anestesi mulai dilakukan. "Jam 11.52 WIB tadi resmilah bayi itu tersebut terpisah," kata Guslihan.
Setelah itu bayi 1 dan bayi 2 dipindahkan ke ruang operasi masing-masing untuk ditutup rongga perutnya. "Kami pastikan organ dalamnya tidak cidera," kata Guslihan. Setelah itu bayi dirawat di bagian Pediatric Intensive Care atau PICU untuk dipertahankan kestabilannya.
Kondisi Adam dan Malik saat ini stabil. Pihaknya masih terus memantau intensif masa kritis bayi tiga hari ini. Meskipun kesehatan keduanya bagus, lanjut Guslihan, pihaknya masih tetap merawat kedua bayi di rumah sakit beberapa bulan ke depan. “Takutnya kalau dibawa ke kampung, perawatannya kurang baik, nanti akan timbul infeksi.” tutur Guslihan.
Untuk memisahkan Adam dan Malik, Guslihan mengatakan ada sekitar 50 orang yang terlibat dalam tim, termasuk dokter anak, dokter bedah anak, dokter anestesi, hingga ahli gizi yang memantau perkembangan anak.
Adam Silitonga dan Malik Silitonga lahir dari pasangan orang tua Juliadi Silitonga-Nurida Sihombing (28), warga Desa Amanalu Purba, Kecamatan Parmonangan, Tapanuli Utara. Adam dan Malik merupakan anak ke-3 dan ke-4. Abang dan kakaknya masing-masing berumur 5 tahun dan 2,5 tahun.
Mereka lahir di RSUD Sibolga pada 22 November 2018 melalui operasi sesar. Bagian perut keduanya menempel satu sama lain. Kembar siam itu kemudian dirujuk ke RSUP H Adam Malik dan mulai dirawat di rumah sakit pemerintah itu pada 27 November 2018. Setelah terus dipantau kondisinya, tim dokter memutuskan mengoperasinya setelah si bocah berumur delapan bulan.
Anggota tim pemisahan Adam-Malik dr Erjan Fikri SpBA mengatakan kesulitan terberat dalam operasi ini adalah memisahkan hati kedua bocah yang lengket. Namun berkat peralatan kedokteran yang dimiliki RSUH Adam Malik yang kini semakin canggih, kedua hati bisa dipisahkan.
"Sebelum tindakan pemisahan tim telah melakukan observasi. Ada pembuluh menyilang di antara bayi 1 dan 2," kata Erjan. Pihaknya sudah menyiapkan berbagai peralatan untuk mengantisipasi pendarahan saat proses pemisahan berlangsung. Namun saat pemisahan, semuanya lancar tidak ada masalah berarti.
Dilakukan sendiri
Anggota tim dari bagian bedah plastik dr Utama Tarigan SpBA mengatakan pihaknya tidak memerlukan bahan tambahan untuk menutup dinding perut bayi. Perut bayi akan menutup sendiri. Ini lah alasan mengapa menunggu bayi berumur tujuh bulan untuk melakukan operasi, agar kulit perutnya bisa berkembang sendiri. Selain itu dukungan peralatan yang bagus sangat mempermudah proses operasi.
Menurut Direktur Medis RSUP H Adam Malik dr Zainal Safri, SpPD SpJP, dengan pemisahan Adam dan Malik, RSUP H Adam Malik telah berhasil melakukan tiga kali pemisahan bayi kembar siam. Berbeda dengan pemisahan sebelumnya yang masih dibantu tim dari Jakarta, Bandung, atau Surabaya, pemisahan kali ini murni dilakukan anggota tim dari RSUP H Adam Malik.
"Ini adalah prestasi sumber daya manusia RSUP H Adam Malik. Yang mengerjakan hampir semuanya sub spesialis. Kami akan mempertahankan tim ini, tim yang sudah mumpuni,” kata Zainal.
Adapun perangkat operasi yang dimiliki rumah sakit juga sudah lulus standar Joint Commission International (JCI), standar akreditasi rumah sakit internasional.
Buat RSUP H Adam Malik, lanjut Zainal, ini adalah sumbangsih untuk pelayanan masyarakat juga dalam rangka ulang tahun RSUP H Adam Malik ke-26 yang jatuh pada 21 Juli lalu.
Ini adalah prestasi sumber daya manusia RSUP H Adam Malik (Zainal Safri)
Karena sejak lahir dirawat di RSUP H Adam Malik, Juliadi pun memboyong keluarganya ke Medan. Ia tinggal di rumah kontrakan di belakang RSUP H Adam Malik.
Untuk membiayai hidup, pria lulusan Sekolah Menengah Pertama itu bekerja sebagai juru kebersihan di sebuah kantor di Medan. Jika malam ia bekerja menjadi tukang tambal ban di Jalan Abdullah Lubis, Medan.
Juliadi mengatakan setelah bayinya sehat dan boleh dibawa pulang, ia akan tetap tinggal di Medan dan bekerja di Medan agar anak-anaknya mendapat pendidikan yang baik. Untuk operasasi pemisahan itu, ia mengatakan tidak mengeluarkan biaya apapun, semua ditanggung pemerintah.
Adapun biaya operasi kedua bayi ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan RSUP H Adam Malik.
Kenapa anaknya diberi nama Adam dan Malik? Juliadi mengatakan setelah anaknya lahir dan mengetahui mereka kembar siam, ia mengaku pusing, bingung, hingga belum memberi nama anaknya.
Sesampainya di RSUP H Adam Malik, anaknya itu belum diberi nama. Sejumlah petugas medis di rumah sakit menjuluki si anak Adam dan Malik, sehingga ia pun memberikan nama keduanya Adam dan Malik sesuai nama rumah sakit yang mengacu pada nama Wakil Presiden RI ke-3, Adam Malik yang lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara itu.
Tim dokter pun meminta doa dan dukungan semua pihak agar pemulihan Adam dan Malik berjalan lancar. Dengan demikian mereka bisa tumbuh dan berlari bergembira seperti anak-anak lainnya.