JAKARTA, KOMPAS - Tersisa waktu setahun jelang Olimpiade Tokyo 2020, 24 Juli-9 Agustus, dan tim bulu tangkis Indonesia bisa berharap meraih prestasi tertinggi dari ganda putra. Nomor itu telah menyumbangkan gelar juara dari dua turnamen besar tahun ini, All England dan Blibli Indonesia Terbuka 2019. Para pemain ganda putra pun hanya perlu mempertahankan konsistensi.
Gelar terakhir didapat pasangan nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di Jakarta. Dalam final di Istora Gelora Bung Karno yang disesaki penonton, Minggu (21/7/2019), duo ”Minions” mengalahkan senior mereka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, 21-19, 21-16.
Ini menjadi gelar keenam ganda putra Indonesia dari 14 turnamen BWF World Tour Super 1000, 750, 500, dan 300, sejak awal tahun 2019. Keempatnya adalah adalah kategori turnamen yang banyak diikuti pemain bintang. Semakin tinggi level turnamen, semakin banyak pemain top yang ikut serta.
Indonesia mendapat empat gelar lainnya dari tunggal putra (2 gelar), tunggal putri (1), dan ganda putri (1). Ganda campuran baru menyumbangkan gelar dari Rusia Terbuka, turnamen Super 100, melalui Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso.
Dominasi nomor yang sering mengharumkan nama Indonesia sejak era Christian Hadinata/Ade Chandra pada 1970-an, membuka peluang Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di Tokyo 2020. Apalagi, dua gelar ganda putra diraih pada kejuaraan Super 1000, Indonesia Terbuka dan All England. Hendra/Ahsan menjadi juara All England, Maret.
”Di ganda putra cukup lengkap, ada nomor satu dunia, ada saya dan Ahsan, juga Fajar Alfian/Rian Ardianto. Semoga ke depan tetap stabil sampai menyumbang medali di Olimpiade,” kata Hendra (34), yang tampil di Olimpiade Beijing 2008 dan meraih emas bersama Markis Kido, serta di Rio de Janeiro 2016 bersama Ahsan.
Kevin, yang bersama Marcus tak tergeser dari puncak peringkat dunia sejak Oktober 2017, menilai, semua pemain berpeluang sama. Untuk itu, mereka harus tampil konsisten pada setiap turnamen. Meski menghadapi lawan yang sama pada setiap turnamen, persaingan pada masa kualifikasi olimpiade, 29 April 2019-26 April 2020, terasa lebih ketat.
”Yang penting banyak evaluasi. Kami di peringkat pertama dan semua orang mengincar posisi itu. Pasti mereka banyak belajar bagaimana caranya mengalahkan kami. Kami juga harus terus belajar,” tutur Marcus.
Ketatnya perlawanan yang dihadapi Kevin/Marcus terlihat dari perjalanan mereka pada 2019. Setelah juara dua turnamen awal, Malaysia dan Indonesia Masters, Januari, mereka tersisih pada babak pertama All England. Mereka kemudian dikalahkan tiga lawan berbeda pada tiga teurnamen berikutnya, yakni Malaysia dan Singapura Terbuka, serta Kejuaraan Asia. Indonesia Terbuka menjadi gelar ketiga mereka tahun ini.
Jika asa ganda putra bisa dijaga hingga setahun mendatang, nomor ini bisa membayar kegagalan meraih medali apda Olimpiade London 2012 dan Rio 2016. Padahal, nomor yang selalu menyajikan permainan atraktif dengan kecepatan gerak pemainnya ini menjadi kekuatan utama Indonesia. Ganda putra telah menyumbang tiga emas Olimpiade di Atlanta 1996 (Ricky Subagja/Rexy Mainaky), Sydney 2000 (Candra Wijaya/Tomy Gunawan), dan Beijing 2008 (Hendra/Kido).
Kevin berharap, emas bisa kembali diraih nomor yang membesarkan namanya. Namun, dia bersama Marcus harus tetap waspada sejak masa kualifikasi. “Karena saat ini banyak pemain yang ingin mengalahkan kami,” katanya.