Bersaing dengan Teman Sendiri
JAKARTA, KOMPAS - Tampil di Olimpiade dan mendapat medali dari pesta olahraga terbesar itu menjadi cita-cita semua atlet. Selain dengan atlet negara lain, persaingan mendapat tiket Olimpiade Tokyo 2020 juga terjadi dengan teman sendiri.
Atlet-atlet bulu tangkis Jepang, yang akan tampil di hadapan pubik sendiri pada 24 Juli-9 Agustus 2020, bersaing dengan banyak teman mereka untuk mewakili negara. Ini karena Jepang memiliki banyak pebulu tangkis top di semua nomor.
Tahun ini kami temotivasi karena mau ikut Olimpiade 2020
Kecuali pada ganda campuran, yang hanya memiliki satu wakil pada peringkat 10 besar dunia, Jepang memiliki dua wakil, masing-masing, pada nomor tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra. Ganda putri, bahkan, memiliki empat pasangan di 10 besar dunia. Padahal, jatah maksimal setiap negara pada setiap nomor adalah dua wakil.
Penentuan kuota itu akan didasarkan pada daftar peringkat yang dikeluarkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), 30 April 2020, berdasarkan perburuan nilai pada 29 April 2019-26 April 2020. Jatah dua wakil pada nomor tunggal bisa didapat jika satu negara menempatkan minimal dua pemain pada peringkat 16 besar dunia, adapun nomor ganda mensyaratkan masuk peringkat delapan besar.
Dominasi Jepang pada ganda putri terlihat pada turnamen Blibli Indonesia Terbuka 2019 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, 16-21 Juli. Dalam final, Minggu (21/7/2019), gelar pada nomor tersebut diperebutkan dua pasangan Jepang, yaitu Yuki Fukushima/Sayaka Hirota dan Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo. Fukushima/Hirota mengalahkan senior mereka, 21-16, 21-18.
Dalam setiap pertandingan harus selalu dalam performa 100 persen. Sakit bukan menjadi alasan
Itu menjadi kemenangan keenam Fukushima/Hirota dari sembilan pertemuan dengan Takahashi/Matsutomo dan menjadi gelar ketiga ganda peringkat kedua dunia tersebut. Berhasil mempertahankan gelar juara, Fukushima mengatakan, gelar juara kali ini bermakna lain. Ini karena gelar itu didapat pada masa kualifikasi Olimpiade.
“Tahun ini kami termotivasi karena mau ikut Olimpiade 2020. Kami sebisa mungkin ingin memberi yang terbaik untuk negara. Sebisa mungkin kami ingin menang,” ujar Fukushima.
Persaingan tampil di Olimpiade tak hanya terjadi dengan atlet negara lain, seperti pemain China, Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia yang memiliki kekuatan di ganda putri. Hirota mengatakan, persaingan ketat terjadi di antara rekan-rekan mereka.
Saya baru sekali ini memiliki kesempatan, jadi sangat ingin ikut Olimpiade
Selain Takahashi/Matsutomo, peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Fukushima/Hirota juga harus bersaing dengan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (peringkat pertama dunia) dan Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto (10).
“Persaingan di Jepang sangat ketat, khususnya ganda putri, karena banyak yang berperingkat bagus. Sebisa mungkin, kami ingin memenangkan pertandingan ini agar bisa dapat poin. Senior saya sudah pernah di Olimpiade dan juara. Saya baru sekali ini memiliki kesempatan, jadi sangat ingin ikut Olimpiade,” tutur Hirota.
Telah meraih gelar ketiga pada tahun ini, Hirota bercerita tentang cara mereka menjaga konsistensi penampilan. “Dalam setiap pertandingan harus selalu dalam performa 100 persen. Sakit bukan menjadi alasan. Kami juga punya target harus memenangkan setiap pertandingan yang diikuti,” katanya.
Target lolos ke Olimpiade juga dipegang pemain Jepang lainnya, Akane Yamaguchi. Pemain berusia 22 tahun berperingkat keempat dunia itu menjuarai Indonesia Terbuka setelah di final mengalahkan Pusarla V Sindhu, 21-15, 21-16. Yamaguchi mengatakan, dia akan fokus untuk meraih hasil baik pada setiap turnamen untuk lolos ke Tokyo 2020.
Target medali
Harapan publik Jepang untuk melihat atlet bulu tangkis sukses di Olimpiade cukup besar, apalagi dengan banyaknya pemain top dunia. Namun, seperti dikatakan pelatih kepala tim nasional Jepang, Park Joo-bong, saat ini, mereka fokus untuk memperoleh poin sebanyak mungkin dalam masa kualifikasi.
Mantan pebulu tangkis Korea Selatan tersebut enggan menyebut jumlah emas yang menjadi target. “Kami ingin lebih baik dari Olimpiade sebelumnya, 1 emas dan 1 perunggu. Yang penting saat ini, kami bisa meraih kuota maksimal untuk Olimpiade nanti,” kata peraih emas ganda putra Olimpiade Barcelona 1992, bersama Kim Moon-soo, itu.
Saat Jepang mendominasi ganda putri, China menguasai ganda campuran. Final antara sesama pemain China dimenangi Zheng Siwei/Huang Yaqiong setelah mengalahkan Wang Yilyu/Huang Dongping, 21-13, 21-18.
Sementara, pemain Taiwan, Chou Tien Chen, meramaikan persaingan di tunggal putra untuk Olimpiade. Untuk pertama kalinya, pemain berusia 29 tahun itu meraih gelar juara dalam turnamen besar setelah mengalahkan Anders Antonsen (Denmark), 21-18, 24-26, 21-15.