Setiap kali berbicara tentang peluang juara dalam menghadapi turnamen, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti selalu mengatakan target minimal satu gelar juara dari nomor apapun. Susy ingin pemain dari semua nomor memiliki semangat untuk juara.
Itu pula yang terjadi pada turnamen Blibli Indonesia Terbuka 2019, 16-21 Juli. Dalam final di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (21/7/2019), penggemar bulu tangkis Indonesia akan menyaksikan didapatnya satu gelar juara itu, melalui ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon atau Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Mereka adalah dua wakil Indonesia tersisa sejak semifinal, Sabtu.
Kesempatan untuk semua pemain sama karena program latihan untuk mereka juga sama
Gelar yang akan didapat di Istora menjadi gelar keenam ganda putra, dari 10 gelar, pada turnamen BWF World Tour Super 300, 500, 750, dan 1000 pada 2019. Itu adalah turnamen yang sering diikuti pemain top dunia, termasuk peringkat 10 besar dunia.
Ini menjadi hasil bagus untuk ganda putra, sekaligus memprihatinkan. Nomor ini sebenarnya mengharapkan gebrakan pasangan lain, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, alih-alih mengandalkan Hendra/Ahsan yang masing-masing telah berusia 34 dan 31 tahun. Apalagi, Fajar/Rian, bersama Kevin/Marcus, telah dipilih PP PBSI sebagai pasangan prioritas ganda putra untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, Fajar/Rian tersingkir pada perempat final, kalah dari Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), pemain yang dikalahkan Hendra/Ahsan pada semifinal, Sabtu. Fajar/Rian, yang masing-masing berusia 23 tahun, juga tertinggal dari Hendra/Ahsan dalam posisi di daftar peringkat dunia. Berdasarkan daftar yang terakhir dikeluarkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada 16 Juli, Fajar/Rian berada di posisi ketujuh, tertinggal tiga tingkat dari Hendra/Ahsan.
Melihat kondisi hingga saat ini, pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis, Herry Iman Pierngadi, mengatakan, persaingan untuk Olimpiade terbuka bagi siapa pun, termasuk Hendra/Ahsan. Secara administratif, mereka tak lagi berstatus pemain pelatnas, namun, tetap diminta berlatih di pelatnas Cipayung untuk mendampingi pemain lain.
Saya memiliki tugas mencari penerus Owi/Butet setelah Butet pensiun, tetapi ternyata tak mudah
Meski demikian, Herry juga mengatakan, peluang Fajar/Rian lolos di Tokyo belum tertutup. Mereka masih memiliki waktu hingga batas akhir kualifikasi Olimpiade, 26 April 2020, untuk mengumpulkan poin. Jika ingin menempat dua wakil pada nomor ganda, minimal dua pasangan harus menempati peringkat delapan besar dunia pada 30 April 2020.
“Kesempatan untuk semua pemain sama karena program latihan untuk mereka juga sama. Sekarang, tinggal bagaimana caranya agar Fajar/Rian bisa bangkit. Semuanya tergantung pada motivasi masing-masing atlet,” kata Herry yang juga menggarisbawahi masih kurangnya kekuatan otot lengan mereka. Ini membuat finalis Asian Games Jakarta Palembang 2018 itu sulit konsisten sepanjang pertandingan.
Pada nomor lain, Indonesia juga memiliki pemain-pemain peringkat 10 besar dunia di tunggal putra, ganda putri, dan campuran yang seharusnya bisa memanfaatkan kesempatan tampil di hadapan pendukung, bahkan, keluarga.
Tunggal putra dan ganda campuran meraih perempat final sebagai hasil terbaik, masing-masing, melalui Jonatan Christie dan Tontowi “Owi” Ahmad/Winny Oktavina Kandow. Namun, Owi/Winny sebenarnya tak termasuk pemain prioritas untuk Tokyo 2020. Rekan mereka yang dipilih PBSI, yaitu Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, tersingkir pada babak pertama, adapun Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja kalah pada babak kedua.
“Ini menjadi tanggung jawab saya. Saya memiliki tugas mencari penerus Owi/Butet setelah Butet pensiun, tetapi ternyata tak mudah. Dengan penampilan Owi/Winny di Indonesia Terbuka, mereka juga memiliki kesempatan untuk lolos Olimpiade,” kata pelatih ganda campuran Richard Mainaky.
Hasil mengecewakan juga didapat ganda putri andalan juara, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Meski telah berusaha mengontrol ambisi juara, modal itu belum cukup untuk menjadikan mereka juara. Selain Jepang, yang menjadi tembok tebal Gresysia/Apriyani pada 2018, mereka juga berhadapan dengan pasangan-pasangan China dan Korea Selatan yang tak kalah sulit ditembus.
Dengan tak pernah menyebut nomor yang ditargetkan juara oleh PBSI, Susy mungkin memiliki maksud agar pemain nomor lain tak lengah. Mantan tunggal putri nomor satu dunia itu berharap, semua bisa meraih prestasi sama seperti ganda putra.
Namun, apa yang diinginkan Susy tampaknya masih sulit tercapai. Gelar juara didapat nomor itu lagi-itu lagi, yaitu ganda putra.