Lebih dari 350 peserta dari 13 negara menampilkan tarian tradisional daerah dalam pembukaan Surabaya Cross Culture International Folk and Art Festival 2019 yang diselenggarakan di Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (21/7/2019).
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Lebih dari 350 peserta dari 13 negara menampilkan tarian tradisional daerah dalam pembukaan Surabaya Cross Culture International Folk and Art Festival 2019 yang diselenggarakan di Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (21/7/2019). Festival rutin tahunan ini menjadi salah satu upaya untuk mencapai target kunjungan wisatawan ke Surabaya sebanyak 21,7 juta orang.
Surabaya Cross Culture International Folk and Art Festival 2019 berlangsung sejak Minggu-Kamis (21-25/7/2019), di sejumlah ruang publik di Surabaya, antara lain di Jalan Tunjungan, Balai Pemuda, Taman Bungkul, dan sejumlah pusat perbelanjaan di Surabaya. Festival ini menampilkan tarian dari dalam dan luar negeri.
Ada 13 negara yang berpartisipasi dalam ajang tahunan yang memasuki tahun ke-11 ini, antara lain dari Indonesia, Thailand, India, Jepang, Polandia, Rusia, Italia, dan Meksiko. Peserta dari Indonesia diwakili oleh enam daerah, yakni Surabaya, Pacitan, Bali, Solok, Pangkalpinang, dan Banggai.
“Surabaya Cross Culture International Folk and Art Festival sudah dikenal dunia, banyak yang berminat ikut acara ini namun terpaksa kami batasi karena keterbatasan tempat,” kata Presiden International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk Arts Indonesia Said Rachmat.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, festival budaya bertaraf internasional menjadi salah satu upaya mempromosikan Surabaya ke wisatawan domestik dan mancanegara. Delegasi yang datang diharapkan bisa mengenalkan budaya dan pariwisata Surabaya, kemudian mempromosikannya ke daerahnya masing-masing setelah acara berakhir.
“Wisatawan yang melihat Surabaya Cross Culture tidak hanya bisa menikmati sajian budaya dari negara tetangga, namun juga dari daerah-daerah lain di nusantara. Delegasi yang ikut akan diajak berkeliling Kota Surabaya,” katanya.
Risma menuturkan, kepercayaan negara lain kepada Surabaya dalam mengadakan festival budaya bertaraf internasional terus meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan partisipasi dari kontingen luar negeri yang terus bertambah.
Jika tahun lalu ada 10 negara tetangga yang ikut, kali ini bertambah menjadi 12 negara. Peserta dari daerah lain dari Indonesia juga bertambah dari empat kota menjadi lima kota.
Menurut Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik (UCLG-ASPAC) tersebut, Surabaya masih menjadi tempat favorit bagi wisatawan, meskipun tidak memiliki keindahan alam yang bisa dijual ke wisatawan.
Surabaya memiliki berbagai budaya, destinasi wisata buatan, gedung yang memadai untuk pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE/Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Selain itu juga keramahan penduduk sehingga wisatawan selalu berkesan usai berkunjung ke Surabaya.
Akses menuju “Kota Pahlawan” pun sangat memadai, bisa dicapai melalui transportasi kereta api, kendaraan umum dan pribadi, pesawat terbang, serta kapal laut.
“Kami selalu berusaha membuat destinasi wisata baru setiap tahun agar wisatawan tidak bosan kembali mengunjungi Surabaya,” kata Risma.
Wisman naik
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti menambahkan, tahun ini Surabaya menargetkan 21,7 juta wisatawan, naik dibandingkan target tahun lalu sebanyak 20,7 juta.
“Selama tiga tahun terakhir, realisasi kunjungan wisatawan ke Surabaya selalu mencapai 140 persen dari target yang diharapkan,” ucapnya.
Pada tahun 2018 wisatawan yang berkunjung ke Surabaya sebanyak 29,3 juta. Angka ini lebih tinggi dari jumlah kunjungan wisatawan ke Surabaya tahun 2017 sebanyak 24,2 juta orang.
Delegasi dari Jepang tampil di hadapan penonton saat Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival 2019 di Jalan Tunjungan, Surabaya, Minggu (21/7/2019).Target 21,7 juta wisatawan tahun ini dinilai masih bisa dicapai di tengah berkurangnya wisatawan yang datang menggunakan pesawat terbang karena harga tiket dinilai mahal. Sebab wisatawan kini beralih moda transportasi menggunakan kereta api karena harga tiketnya lebih murah hingga 50 persen dibandingkan pesawat terbang,
Data Dinas Kebudayaan dan Paririsata Kota Surabaya mencatat, pada 2018 wisatawan yang ke Surabaya melalui Bandar Udara Internasional Juanda mencapai sekitar 8,6 juta orang pada 2018, turun dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 10 juta orang. Namun wisatawan yang menggunakan kereta api justru meningkat hingga 89 persen, yakni 4,7 juta pada 2017 menjadi 9 juta di 2018.
“Wisatawan kapal pesiar turut meningkat dari 18.509 orang pada 2017 menjadi 37.442 pada 2018,” kata Antiek.
Atas capaian tersebut, Surabaya pernah dinobatkan sebagai Kota Terbaik Yokatta Wonderful Indonesia Tourism Awards 2018 yang digelar Kementerian Pariwisata. Penghargaan ini diberikan kepada kabupaten atau kota yang memiliki komitmen, performa, inovasi, kreasi, dan kepemimpinan dalam membangun pariwisata daerah.