Sosok Arswendo Atmowiloto yang kini berpulang dikenal baik oleh kerabat sebagai pribadi yang gemar bercanda. Hampir di setiap candaannya ada pesan moral yang ingin disampaikan.
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
Sosok Arswendo Atmowiloto yang kini berpulang dikenal baik oleh kerabat sebagai pribadi yang gemar bercanda. Beberapa kerabat yang melawat ke rumah duka masih mengingat kekhasan canda Arswendo. Hampir di setiap candaannya ada pesan moral yang ingin disampaikan.
Penulis dan mantan wartawan Kompas itu meninggal karena kanker kandung kemih yang diidapnya selama satu tahun terakhir. Ia mengembuskan napas terakhir pada Jumat (19/7/2019) pukul 17.38 di Jakarta.
Hingga Jumat tengah malam, rumah duka tempat persemayaman Arswendo di Kompleks Kompas, Jalan Damai, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, terus ramai dikunjungi hingga hampir larut malam. Satu demi satu kerabat terus berdatangan. Malam itu, mereka hanya mengingat canda yang selalu melekat pada diri Arswendo.
Aktor kawakan Slamet Rahardjo, misalnya, selalu mengingat omongan Arswendo yang ceplas-ceplos. Gaya omongan seperti itulah yang sering kali memantik bahan candaan.
”Siapa yang enggak kenal Wendo, apalagi mulutnya yang ceplas-ceplos itu. Kami yang sudah kenal dekat dengannya tidak akan sakit hati dengan canda yang selalu dia lontarkan. Justru hal itu menunjukkan bahwa Wendo memiliki kedekatan emosional dengan kita,” ucap Slamet.
Indro, pelawak dari grup Warkop DKI, mengatakan, dirinya selalu sepemikiran dengan Arswendo. Pernah pada suatu masa, dia dan Wendo beberapa kali menjadi juri lomba lawak. Indro selalu ingat, Wendo tidak suka apabila bercanda dengan meniru gaya orang cacat.
”Saya selalu ingat cerita lucu waktu menjuri bersama Mas Wendo. Kalau enggak salah di Ancol, belasan tahun lalu, kami bergantian menjuri dengan prinsip kalau bercanda jangan meniru gaya orang cacat. Ternyata di suatu pentas ada kontestan yang mencadel-cadelkan cara berbicara. Waktu saya tegur bersama Mas Wendo, ternyata memang kontestan tersebut cadel betulan,” tutur Indro.
”Lalu, karena saya sudah telanjur malu, saya ngeles ke orang-orang, siapa sih yang tadi cadel begitu, kan, gue udah bilang kalau bercanda jangan niru orang cacat,” ungkap Indro lagi sambil tertawa.
Dalam setiap candaan, Indro meyakini, selalu ada pesan moral yang ingin Arswendo sampaikan. Dalam prinsip bercanda dengan tidak meniru orang cacat, contohnya, hal itu selalu konsisten dilakukan oleh Arswendo.
Dalam setiap candaan selalu ada pesan moral yang ingin Arswendo sampaikan.
Selalu riang
Sebagian kerabat mengatakan jarang sekali melihat Arswendo bersedih. Bahkan, saat mengidap kanker prostat sejak setahun lalu, citra Arswendo yang gemar bercanda itu juga tak pernah hilang. Ia selalu tampak riang.
Ratna Riantiarno, aktris teater kerabat dekat Arswendo, sama sekali tidak merasakan hawa orang sakit saat menjenguk Arswendo sebulan lalu. Menurut Ratna, kunjungan dari teman-teman membuat Arswendo jadi tampak lebih semringah.
”Sepulang dia dari perawatan rumah sakit sebulan lalu, saya bersama suami datang menjenguknya. Dia langsung bilang ke saya dan suami, ’Ratna, Nano, kamu datang ke sini mau nengok aku, kan?’ Biarpun sedang sakit, dia tidak berhenti bercanda,” kata Ratna.
Harry Tjahjono, kerabat Arswendo yang berkontribusi mengerjakan lagu tema serial Keluarga Cemara pada tahun 1990-an, juga mengatakan, sifat santai Arswendo itu sudah ada sejak dulu. Sifat ini yang membuat dirinya suka bekerja bersama Arswendo.
”Hubungan pertemanan kami tidak hanya terjalin di produksi lagu tema untuk serial televisi, tetapi juga saat mengurusi majalah. Kami kerap bekerja bersama, terutama waktu itu ketika mengurusi majalah bernama Zaman,” kata Harry.
Ikhlas
Agnes Sri Hartini, istri Arswendo, telah mengikhlaskan kepergian sang suami. ”Saya ikhlas, bahkan sejak suami mengalami sakit yang berkelanjutan,” ujarnya seusai persemayaman di rumah duka, tadi malam.
Caecilia Tiara, anak ketiga Arswendo, juga mengatakan, keputusan untuk merawat Arswendo di rumah saat itu menjadi pilihan keluarga. Pertimbangannya karena Bapak merasa paling bahagia saat sedang berada di rumah,” ungkapnya.
Arswendo dikenal sebagai penulis skenario, novel, cerpen, dan naskah drama. Ia juga aktif dalam bidang film dan pertelevisian dengan membawa sejumlah karya, yakni Jendela Rumah Kita dan Keluarga Cemara di tahun 1995.
Serial Keluarga Cemara berasal dari buku yang ditulis Arswendo sendiri. Ia juga dikenal karena menulis novel berjudul Senopati Pamungkas. Selain aktivitas sebagai penulis, dia pun merupakan wartawan yang aktif mengkritisi dunia pertelevisian nasional pada masanya.
Sabtu (20/7/2019) pagi ini, Arswendo akan dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Terlepas dari citra sebagai penulis, jurnalis, dan budayawan, sosok Arswendo Atmowiloto yang gemar bercanda akan selalu melekat di ingatan kerabat. Kini, dirinya telah berpulang dengan damai, tepat di kediamannya di Jalan Damai. Selamat jalan, Arswendo.