Dingin-Hangat Air Pegunungan Bogor
Cantiknya sinar matahari tercurah, menyilakan kita untuk berendam di air dingin pada siang hari dan air hangat sehat di malam hari. Yang luar biasa, semua air itu dari pegunungan. Nah, mau coba, kan?
Ayolah kita ke Kecamatan Babakan Madang di Kabupaten Bogor, tepatnya ke Desa Karang Tengah. Arahkan kendaraan Anda ke Pasar Babakan Madang menuju desa tersebut.
Air terjun yang jernih sejuk atau kolam-kolam air hangat mineral semuanya bersumber dari mata air gunung di sana, setidaknya dari Gunung Pancar dan Gunung Paniisan.
Ada banyak pilihan lokasi untuk berendam ataupun mandi di bawah air terjun. Tentukan saja, mau di Curug Leuwi Hejo, Curug Barong, Leuwi Cepet, Leuwi Liyeuk, Curug Baliyung, Leuwi Ciyung, atau Curug Putri Bidadari. Jalan ke sana satu jalur, hanya beda belokan.
Begitu juga kolam-kolam air panas atau air hangat untuk berendam, pada umumnya menyertakan nama ”Kawah Merah” penanda menuju lokasi. Sebagian dikelola warga setempat. Ada juga yang dikelola lebih baik, sebut saja Villa Tirta Arsanta atau Tirta Giri.
Namun, sebelum menikmati air pegunungan ini, nikmati dulu panorama Desa Karang Tengah. Namun, kita harus hati-hati mengingat kita melintasi jalan pedesaan, bahkan jalan perkampungan di kawasan pegunungan. Jalan tidak terlalu lebar, tidak juga mulus bak tol. Tanjakan dan turunan yang lumayan ekstrem satu-dua kita temui. Di satu titik, ada jalan rusak berat, imbas longsor beberapa waktu lalu.
Di antara jalan berliku itu terselip alam desa nan indah, sawah berteras-teras, sungai yang berliku dengan bebatuan, dan tentu hutan produktif milik Perhutani Bogor. Beberapa sawah mengering seusai panen.
Tampak pula aktivitas warga membuat tepung singkong. Jika beruntung, kita bisa menyaksikan kesibukan warga menjemur cengkeh, penjemuran kopi, panen buah atep atau kelewek, panen pohon pandan atau sereh.
Kita pun bisa melihat warga yang sibuk menjemur bahan baku untuk membuat tepung tapioka, yang mengeluarkan aroma khas dan tak akan terlupakan. Di jalan menuju air terjun itu setidaknya ada satu industri rumahan pembuat tepung.
Kalau menggunakan motor, dari Jalan Raya Bogor, Jakarta, kita berbelok ke Citeureup di Cibinong, menuju Pasar Babakan Madang.
Berasa ribet, pakai lewat pasar segala? Tidak juga, asyik malah. Banyak yang bisa dilihat sepanjang perjalanan, tentang keunikan dan tingkah polah masyarakat, yang kehidupannya tengah berproses dari pedesaan untuk menjadi perkotaan.
Bayangkan, lewat pasar tradisional yang ramai, arena balap kendaraan kelas internasional, depo kereta ringan masa depan Jabodetabek, apartemen kelas wahid, lapak pedagang durian, dan batu kali mengokupasi pinggir jalan atau bantar kali. Ada juga angkot yang nyaris ”busuk”.
Kita juga bakal melihat berbagai rumah ibadah, termasuk kelenteng tua sampai poster pak camat yang memohon warga tidak buang sampah di lokasi tumpukan sampah di pinggir jalan. Penuh warna, kan?
Kalau ingin cepat menikmati alam pedesaan Karang Tengah, mau tidak mau pakai mobil dan keluar di Sentul Selatan. Menghemat waktu kalau lalu lintas tak terlalu padat di persimpangan muka gerbang tol karena ada penyempitan jalan pembangunan ramp Jagorawi-BORR.
Jadi, untuk menikmati air alami dingin sejuk atau hangat sehat, perjalanan ke sana memang penuh warna.
Curug Leuwi Hejo
Mari menuju Curug Leuwi Hejo, air terjun paling populer di desa itu. Lokasinya berbatasan dengan Desa Cibadak, Sukamakmur. Air terjun ini berundak-undak dengan cekungan kolam. Airnya jernih, dingin, dan segar, seperti halnya curug lain yang airnya dingin.
Pengunjung yang tidak bisa berenang dan ingin berendam diwajibkan menyewa pelampung Rp 15.000 per buah.
Godaan untuk berendam dan bermain air sangat besar di sini, apalagi sembari menikmati panorama indah. Jika tidak membawa baju ganti, tak usah khawatir karena ada Teh Ayu, warga setempat yang menjual pakaian. Siapkan saja uang minimal Rp 100.000 untuk kaus, celana, dan pakaian dalam.
Masuk ke kawasan ini dikenakan biaya Rp 15.000 per orang pada hari biasa dan Rp 20.000 saat akhir pekan. Tarif parkir mobil Rp 15.000 dan motor Rp 8.000 seharian.
Dari gerbang masuk, kita harus berjalan kaki sekitar 150 meter. Jika bermotor, kita bisa lebih dekat ke lokasi air terjun. Jika malas berjalan kaki, bisa menyewa ojek Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000. Namun, lebih baik berjalan kaki karena sepanjang jalan menuju air terjun diteduhi pohon produktif yang ditanam pihak Perhutani atau warga. Berhentilah sejenak untuk mengamati pepohonan atau berfoto dengan latar sawah dan perbukitan di salah satu sisi jalan. Penggemar masakan rawon bisa melihat buah kluwek atau pucung atau kepayang, yang merupakan bumbu masakan itu.
Ada juga buah aren, salah satu pemanis alami yang dipakai untuk es campur atau kolak tanpa kolang-kaling. Di lokasi menuju air terjun banyak pohon aren yang rimbun dan berbuah lebat.
Untuk makan minum, bisa bawa bekal sendiri. Atau jajan di warung-warung warga di lokasi, kebanyakan menjual minuman kemasan, kopi saset, dan mi instan. Di dekat pos penjaga dekat jembatan di pinggir air terjun itu ada lapak Badri yang menjual bakso cuanki seharga Rp 10.000 semangkuk. Bisa pakai mi instan dengan harga tetap sama meski isi cuanki berbeda.
Kalau ingin menjelajah air terjun lainnya, tidak ada salahnya bermalam. Di seberang lapangan parkir ada penginapan yang dikelola warga. Sebaiknya reservasi di nomor telepon 085773364136 karena hanya ada tiga kamar sewa.
Vila dengan air hangat
Atau, menjelang Leuwi Hejo tutup pukul 17.00, cobalah menginap di vila yang menyediakan fasilitas kolam rendam air hangat bermineral. Salah satunya Villa Tirta Asanta yang tarif per malam Rp 1,8 juta saat akhir pekan atau Rp 1,5 juta pada hari biasa.
Ada lima vila yang setiap vilanya dapat diisi 4-6 orang. Penyewa mendapatkan makan pagi atau makan malam, selain minuman jus jambu sebagai ucapan selamat datang. Tersedia pula perlengkapan untuk berendam di kolam air hangat bermineral, berupa kemben atau celana tiga perempat. Kamar juga dilengkapi AC dan ada televisi.
Sambil berendam air hangat bermineral, kita bisa menikmati pemandangan alam pegunungan di sana.
Kalau datang hanya untuk berendam air hangat mineral, tanpa menyewa vila, bisa juga. Ada kolam tersendiri yang dilengkapi saung untuk istirahat dan makan. Biayanya Rp 350.000 per dua jam, maksimal empat orang.
Pengunjung mendapatkan jus jambu dan perlengkapan mandi untuk empat orang. Makan minum bisa bawa sendiri atau pesan di restoran yang menyediakan nasi goreng, nasi bakar ikan teri medan, nasi pecel madiun, ayam goreng, dan capcay. Harga per porsinya Rp 30.000 sampai dengan Rp 40.000. Minumannya, selain teh dan kopi, ada jus jambu dan jeruk sereh.
Kalau hanya ingin makan minum saja bisa di restoran atau di saung-saung di areal taman, yang berpanorama alam pegunungan, lengkap dengan Sungai Cikiruh dan sawahnya. Selewat pukul 21.00, hanya tersedia mi instan.
Kolam Parohi
Kalau mau berendam air hangat mineral yang murah meriah, ada kolam yang dikelola Parohi. Kolam ini berada sebelum vila dari Leuwi Hejo. Tiket masuknya Rp 15.000 per orang. Kalau mau lumuran lumpur belerang, tambah biaya lagi Rp 10.000. Waktu berendam tidak dibatasi.
Tersedia tiga balai-balai atau amben besar untuk istirahat. Dua kolam rendam dan amben-amben tersebut terbuka dan digunakan bersama sesama pengunjung. Peralatan mandi dan baju ganti bawa sendiri.
Warung yang ada di situ hanya menyediakan minuman ringan dan mi instan. Kalau tidak jaim, asyik juga berendam bersama dengan pengunjung lain, yang bukan hanya orang Bogor, melainkan juga anak-anak muda atau keluarga dari Jabodetabek. Ngobrol menjadi seru karena Parohi pandai bercerita dan paham lokasi-lokasi asyik di desa itu.
Jangan lupa mampir di Warung Kopi Tani, tempat Hamdan meracik kopi enak untuk kita. Karena ada di Desa Karang Tengah, mintalah kopi hitam yang diseduh manual dengan cara V60. Kopinya memakai kopi robusta Wangun alias biji kopi asli dari desa itu. Biji kopi dipilih, dikeringkan, digiling, dan diseduh sendiri oleh pekerja warung kopi ini, yang merupakan warung kedua.
Lengkaplah pengalaman berendam, menikmati alam, sembari menyeruput kopi di Warung Kopi Tani.