Warga Ingatkan Program Antisipasi Banjir
Setiap kali hujan dengan intensitas tinggi, beberapa wilayah di Jakarta selalu dilanda banjir. Meskipun kini masih musim kemarau, warga mengingatkan agar proyek normalisasi dan revitalisasi waduk segera diselesaikan.
JAKARTA, KOMPAS – Setiap kali hujan dengan intensitas tinggi, beberapa wilayah di Jakarta selalu dilanda banjir. Meskipun kini masih musim kemarau, warga mengingatkan agar proyek normalisasi dan revitalisasi waduk segera diselesaikan.
Salah satu kawasan yang sering dilanda banjir berada di sekitar Kali Cipinang, Jakarta Timur yang membelah Kelurahan Ciracas dan Kelapa Dua Wetan. Dua kampung ini merupakan kawasan langganan banjir jika musim hujan tiba. Warga yang tinggal di kawasan ini berharap normalisasi dan revitalisasi Waduk Rambutan dan Kaja segera diselesaikan.
Mulyono (54), warga Kelapa Dua Wetan mengatakan, pengerukan Waduk Rambutan sejak 2014 awalnya berjalan lancar. Namun kemudian terhenti pada 2017. “Sejak pergantian gubernur, pengerjaan waduk sempat terhenti, kemudian dilanjutkan lagi. Pemerintah katanya mau melanjutkan proyek Waduk Rambutan, tetapi sempat lama tidak dikerjakan. Sementara di Waduk Kaja baru terlihat petugas bekerja pada Januari kemarin,” kata Mulyono yang mempertanyakan lambatnya penyelesaian waduk.
Akibat lambatnya revitalisasi waduk, kali Cipinang kerap meluap. Daryanto (62), warga Kelurahan Ciracas mengatakan, sebelum zaman pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) setiap hujan deras dipastikan banjir. Kemudian ketika BTP memerintah, dibuat tanggul dan saluran alir pembuangan ke kali. Tidak hanya itu saja, Waduk Rambutan pun dibuat agar tidak terjadi banjir lagi.
Baca juga : Stop Berwacana, Saatnya Bekerja Tuntas
“Tidak parah lagi seperti dulu, saat banjir cepat surut. Namun tetap kami merasa khawatir jika hujan deras karena ketinggian air bisa sampai 1,5 meter. Semoga pembangunan Waduk Rambutan dan Waduk Kaja cepat selesai,” katanya.
Pantauan Kompas, beberapa petugas Suku Dinas Air DKI Jakarta masih bekerja menyedot air dari waduk Kaja dibuang ke Kali Cipinang. Selain itu, sebagian dinding waduk sudah di cor semen. Terlihat waduk hampir selesai dikerjakan.
Di Jakarta Utara, warga berharap Pemprov DKI Jakarta menata aliran sungai di kawasan permukiman warga yang rawan banjir. Salah satu penataan yang diharapkan warga adalah aliran kali yang sudah mendangkal. Salah satu wilayah yang langanan banjir, yaitu wilayah di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan. Januari lalu, ribuan rumah di tempat itu banjir lebih dari satu hari dengan kedalaman mencapai 40 centimeter.
Solikin (40), warga setempat mengatakan, kompleks permukiman mereka masih beropotensi untuk kembali tergenang banjir saat musim hujan. Hal itu karena salah satu kali kecil yang disebut warga dengan nama Kali Asin, yang mengalir tak jauh dari tempat itu kian dangkal.
Baca juga : Program Naturalisasi di DKI Jakarta Diharapkan Segera Selesa
"Kali ini, muaranya di Waduk Muara Angke. Kalau hujan besar dan waduk penuh, otomatis air meluap ke pemukiman warga,"katanya.
Pengamatan Kompas, sebagian rumah warga dibangun tepat di bibir kali itu. Kedalaman kali itu hanya sekitar satu meter. Di sejumlah titik, tampak air kali mengalir memenuhi saluran air pembuangan dari perumahan warga.
Harapan agar sungai dibersihkan dan dikeruk juga disampaikan warga Mura Baru, wilayah RW 017, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan. Kepala Seksi Humas RW 017 Arifin Maka, mengatakan, terdapat pemurkiman warga di tiga RT yang terancam terendam banjir saat musim hujan.
Hal itu karena Kali Gendong yang mengalir melintasi sebagian permukiman warga di Muara Baru, kini dipenuhi sampah. Sampah itu sudah menyumbat aliran sungai Kali Gendong dan berpotensi terjadi luapan banjir saat musim hujan. "Warga siap untuk ditata, asalkan kali ini dibersihkan. Kalau dibiarkan terus juga membahayakan kesehatab warga kami," kata Arifin.
Baca juga : Pusat Ingin Samakan Persepsi dengan DKI Jakarta
Perhatian pemerintah
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juani Yusuf mengatakan, pemerintah DKI mulai mengeruk waduk untuk persiapan menghadapi musim penghujan. Penambahan beberapa alat berat pun sudah dilakukan di lokasi waduk yang akan dikeruk.
“Pengerukan di beberapa lokasi waduk dalam rangka pemeliharaan dan juga memperbesar kapasitas daya tampung waduk agar saat musim hujan nanti dapat berfungsi maksimal. Salah satunya yang sedang dikerjakan di Waduk Pluit saat ini,” ujar Juani.
Tidak hanya waduk saja yang dikerjakan, kata Juani, di beberapa wilayah kota perbaikan-perbaikan turap masih terus dikerjakan. Selain revitalisasi dan perbaikan infrastruktur saluran pemeliharaan pompa-pompa pengendali banjir juga terus dikerjakan.
Ia melanjutkan, pekerjaan di musim panas ini agak terbantu karena kondisi tanah lagi kering dan lokasi bisa terlihat kedalamannya. Hal itu, membuat pekerjaan revitalisasi lebih mudah dan diharapkan saat musim penghujan bisa selesai.
Namun, dalam pengerjaan tersebut, kata Kusno, ada tantangan yang dihadapi pemerintah. Untuk waduk ada berapa lokasi yang akses masuknya belum bebas atau dibebaskan. Hal tersebut, membuat pekerjaan agak lambat. Begitu pula dengan pemasangan turap yang berlokasi di lingkungan padat penduduk, sehingga untuk mobilisasi alat dan material perlu hati-hati.
“Terkait masalah pembebasan lahan yang belum tuntas, permasalahan sosial terkait bangunan rumah warga di bantaran kali, waduk, trace-trace kali belum ideal, dan juga kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan sampah di kali atau waduk perlu ditingkatkan. Dan yang tidak kalah penting ketersediaan rumah susun apabila ada relokasi warga yang harus dilakukan dalam rangka revitalisasi,” lanjutnya.
Untuk diketahui, berbagai program telah dilakukan untuk menanggulangi banjir di Ibu Kota. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama sejumlah instansi telah menjalankan antisipasi banjir lima tahun terakhir. Antisipasi itu antara lain program normalisasi sungai, waduk, serta saluran air yang diikuti dengan penertiban bangunan di bantaran sungai.
Beberapa program pembangunan yang dilakukan antara lain pembangunan saluran air di 32 titik rawan banjir di Jakarta Selatan, pengurasan dan pembersihan saluran penghubung di 10 kecamatan di Jakarta Timur, serta pengerukan sedimentasi di empat sungai (Sungai Krukut, Sungai Grogol, Sungai Sunter 1, dan Sungai Mookervaart) selama 16 Juli-26 Oktober 2018 bekerja sama dengan BBWSCC dan Kodam Jaya.
Sejalan dengan itu, lokasi banjir di Jakarta terus berkurang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI mencatat, pada 2013 banjir menggenangi 538 RW di 124 kelurahan. Tahun 2017 tinggal 201 RW di 57 kelurahan yang masih banjir.
Banjir merupakan salah satu masalah yang menjadi program pemerintahan Anies-Sandi. Berdasarkan Visi dan Misi Anies-Sandi ”Tuntas Ikhlas untuk Jakarta”, beberapa program disiapkan untuk mengatasi masalah banjir.
Program itu adalah revitalisasi tanggul dan pompa air, memberikan BLT untuk korban banjir, membangun sistem distribusi air dan lingkungan hijau, penerapan kebijakan zero run-off (nol limpahan) di bagian hilir, yang intinya adalah semua air dimaksimalkan untuk diserap lagi ke dalam tanah, bukan dialihkan ke saluran, serta komunikasi yang lebih efektif dalam urusan pembebasan lahan.