Persaingan ketat, apalagi dalam turnamen berlevel tinggi seperti Blibli Indonesia Terbuka, bisa melahirkan kejutan di babak awal. Tersingkirnya Kento Momota (1), Shi Yuqi (2), dan Anthony Sinisuka Ginting (7) jadi kejutan di babak kedua tunggal putra.
Oleh
Yulia Sapthiani dan Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persaingan ketat, apalagi dalam turnamen berlevel tinggi seperti Blibli Indonesia Terbuka, bisa melahirkan kejutan pada babak-babak awal. Tersingkirnya pemain-pemain unggulan pada tunggal putra, Kento Momota (1), Shi Yuqi (2), dan Anthony Sinisuka Ginting (7), menjadi kejutan yang terjadi pada babak kedua tunggal putra.
Tersingkirnya Anthony dan Momota pun membatalkan salah satu persaingan tunggal putra yang dinanti. Keduanya telah melahirkan persaingan menarik tunggal putra sejak 2018.
Persaingan mereka sebenarnya dimulai pada 2015, yaitu di Indonesia dan Hong Kong Terbuka. Momota memenangi pertemuan pertama, dibalas Anthony pada persaingan di Hong Kong.
Setelah itu, tiga tahun lamanya mereka tak bertemu, apalagi Momota menghilang dari persaingan karena menjalani skors dari Asosiasi Bulu Tangkis Jepang, sejak April 2016 hingga Juni 2017, karena berjudi.
Dimulai lagi pada Malaysia Terbuka 2018, persaingan Anthony dan Momota intens pada tahun tersebut. Mereka enam kali bertemu, Momota menang empat kali. Penggemar bulu tangkis memberi julukan ”Momogi” (kependekan dari Momota dan Ginting) untuk persaingan tersebut.
Pada pertandingan tadi, saya memang banyak melakukan kesalahan.
Pada Indonesia Terbuka kali ini, Momogi seharusnya menghibur kembali penonton di perempat final, Jumat (18/7/2019). Akan tetapi, itu batal terjadi setelah Anthony kalah dari Kantaphon Wangcharoen (Thailand), 20-22, 21-11, 19-21. Menyusul kekalahan Anthony, Momota juga tersingkir setelah dikalahkan pemain China peringkat ke-29 dunia, Huang Yu Xiang, 16-21, 21-11, 18-21.
”Sebenarnya ingin juga, sih, bertemu Momota, apalagi di hadapan publik sendiri. Tetapi, saya tak langsung berpikir tentang pertemuan itu. Saya fokus pada setiap lawan yang akan dihadapi. Pada pertandingan tadi, saya memang banyak melakukan kesalahan dan lawan sulit dimatikan. Dia selalu bisa mengembalikan bola meski dalam posisi sulit,” tutur Anthony.
Pada sesi malam, kejutan pada tunggal putra terjadi lagi dengan tersingkirnya unggulan Shi Yuqi (China). Pemain peringkat kedua itu tak bisa menyelesaikan pertandingan karena cedera engkel kiri saat berhadapan dengan pemain Denmark, Anders Antonsen, pada skor 6-7.
Tersingkirnya tiga unggulan itu membuka persaingan memperebutkan gelar juara di tunggal putra. Berada di antara delapan pemain yang akan tampil pada perempat final, Jumat, adalah pemain Indonesia lainnya, Jonatan ”Jojo” Christie.
Setelah menang atas Hans-Kristian Solberg Vittinghus (Denmark), 22-20, 21-13, Jojo akan berhadapan dengan Chou Tien Chen (Taiwan). Chou mengalahkan lima kali juara Indonesia Terbuka, Lin Dan, 24-22, 17-21, 21-13.
”Kekalahan Anthony dan Momota tidak akan berpengaruh pada saya karena persaingan cukup ketat, apalagi ini turnamen level tinggi. Siapa pun yang main di sini ingin menang. Intinya, siapa pun yang paling siap pada saat bertanding, dia yang menang,” kata Jojo yang juga menyayangkan kekalahan Anthony, rekan latihannya di pelatnas bulu tangkis Cipayung.
Saya menghindari memikirkan peluang besar karena hasil pertemuan sebelumnya.
Setelah pemain-pemain China tak lagi mendominasi gelar juara sejak sekitar 2015, persaingan di arena bulu tangkis lebih terbuka. Pada masa kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 seperti saat ini, persaingan terasa lebih ketat meski lawan yang dihadapi dalam setiap turnamen tak banyak berubah. Pemain non-unggulan memiliki ambisi yang sama dengan pemain-pemain top dunia.
Seperti dikatakan pemain ganda putri Greysia Polii, bersaing dalam turnamen BWF World Tour Super 300 saat ini sama seperti bersaing dalam turnamen berlevel paling tinggi, yaitu Super 1000 seperti Indonesia Terbuka.
”Di ganda putri, pemain-pemain nomor 1-2 dunia bisa main juga di Super 300, padahal itu level rendah. Semua pemain memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih poin,” kata Greysia yang berperingkat kelima dunia bersama pasangannya, Apriyani Rahayu. Pada babak kedua, Kamis, Greysia/Apriyani kalah dari pasangan Korea Selatan, Kim So-yeong/Kong Hee-yong, 20-22, 21-18, 13-21.
Dukungan penonton
Untuk menghadapi Chou pada perempat final, Jumat, Jojo berharap bisa tampil lebih baik dibandingkan babak kedua. Dia tak terlalu terpaku dengan catatan kemenangan 6-1 pada pertemuan sebelumnya. ”Saya menghindari memikirkan peluang besar karena hasil pertemuan sebelumnya,” kata Jojo.
Pemain yang memiliki banyak penggemar remaja putri itu juga mengharapkan dukungan penonton dengan teriakan mereka di Istora yang selalu memekakkan telinga.
Kami sama-sama punya pendukung di Istora.
Sementara Chou mengatakan tak akan mudah untuk mengalahkan kepada Jojo di Istora. ”Saya harus mempersiapkan diri lebih baik karena dia punya banyak pendukung. Setelah ini, saya harus istirahat dengan baik dan diskusi dengan tim saya,” kata Chou.
Dalam ulangan final Asian Games Jakarta-Palembang 2018, yang dimenangi Jojo itu, Chou juga yakin bisa mengatasi tekanan dari penonton. ”Saya sudah sering main di sini dan saya juga punya banyak pendukung. Jadi, menurut saya tidak masalah, kami sama-sama punya pendukung di Istora,” katanya.
Dari ganda putra, Indonesia meloloskan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto ke perempat final.