Cahaya dari Raka Cahyana
Penyerang tim LKG-SKF Indonesia Raka Cahyana Rizky (15) menjadi pahlawan bagi timnya pada persaingan grup di kategori Boys 15 Piala Gothia 2019 di Gothenburg, Swedia. Penyerang kelahiran Banyumas, 24 Februari 2004 itu, dua kali mencetak gol kemenangan saat laga tinggal satu detik sebelum usai.
Dua momen krusial itu terjadi saat tim LKG-SKF Indonesia memastikan kemenangan 2-1 atas tim Portugas AF Alcoitao di laga kedua grup 4, Selasa (16/7), dan kemenangan 3-2 atas tim tuan rumah IFK Eskilstuna 2 di babak 128 besar pada Rabu (17/7).
Gol dramatis Raka saat melawan AF Alcoitao tercipta setelah terjadi kemelut di muka gawang lawan. Terhitung ada tiga kali sepakan tim Indonesia yang mentah oleh kaki dan tubuh pemain lawan yang menumpuk di depan gawang.
Setelah berulang kali pemain Indonesia mencoba menembak, bola muntah jatuh di kaki Raka. Tanpa pikir panjang, penyerang didikan SSB Bekasi Raya itu melakukan tembakan pelan tetapi mengarah tajam ke gawang lawan. Kiper lawan tak bisa menjangkau bola itu sehingga tercipta gol.
Pemain Indonesia bersorak gembira saat gol tercipta, di lapangan maupun di bangku cadangan. Mereka semakin larut dalam kegembiraan kala wasit meniup tanda pertandingan usai setelah gol tersebut. Kegembiraan di kubu Indonesia semakin pecah, termasuk dirasakan pendukung Indonesia yang duduk di bangku penonton.
Kemenangan dramatis itu kembali terjadi saat Indonesia melawan tim Swedia IFK Eskilstuna 2 pada babak 128 besar. Dan, aktor utama kemenangan Indonesia kembali diperankan oleh Raka.
Laga itu berlangsung sengit. Indonesia tertinggal lebih dahulu lewat gol tendangan bebas gelandang IFK Eskilstuna 2 Andy Quach di menit ke-15. Karena gol itu, tim Indonesia menjadi panik sehingga pola permainan amburadul.
Pemain Indonesia juga terbawa pola permainan lawan yang keras. Apalagi, setelah bek sayap kanan andalan Indonesia Muhammad Adlin Cahya Prastya mengalami cidera lutut kiri. Adlin harus ditandu keluar lapangan saat laga barlangsung seperempat waktu dari total waktu pertandingan 2x30 menit.
Beruntung Indonesia mendapatkan hadiah tendangan penalti di menit ke-21. Gelandang Indonesia Muhammad Cahya Gumilang yang menjadi algojo tendangan 12 pas itu melesatkan bola dengan dingin ke sudut kanan gawang lawan.
Tapi, skor 1-1 tidak berlangsung lama. Penyerang IFK Eskilstuna 2 Simon Wigren kembali membuat timnya unggul setelah tandukan kerasnya di menit ke-22 menembus pengawalan kiper LKG-SKF Indonesia. Dengan keunggulan postur tubuh yang menjulang, Wigren tidak sulit untuk menyambut umpan silang dari rekannya.
Lagi-lagi karena tertinggal, tim LKG-SKF Indonesia panik. Permainan kembali kocar-kacir. Mereka bermain tanpa pola, terburu-buru, dan ceroboh. Ketika mendapat bola, setiap pemain maunya membawa sendiri bola itu sampai ke arah gawang musuh.
Menjelang akhir babak pertama, tim LKG-SKF Indonesia memanfaatkan kelengahan pertahanan lawan. Penyerang Indonesia Muhammad Faiz Mualana yang mendapat bola berhasil menusuk hingga ke depan gawang lawan. Setelah menekuk bola dari kanan ke kiri, Faiz menempatkan bola ke sudut kiri gawang lawan. Tendangan itu tak bisa dijangkau kiper sehingga tercipta gol di menit ke-25.
Memasuki babak dua, lawan sudah kelelahan karena terus diajak adu lari oleh pemain Indonesia. Apalagi petang itu, matahari sangat terik. Tapi, lawan yang sudah tak mampu membangun serangan itu berusaha agar skor 2-2 terus bertahan hingga akhir laga. Mereka sepertinya berharap pada babak adu penalti.
Tapi, pemain LKG-SKF Indonesia terus berusaha mencetak gol. Setelah berulang kali dapat peluang gol tetapi gagal dikonversi, Indonesia akhirnya dapat peluang emas di pengujung laga. Penyerang Indonesia Muhammad Faqih Azhar berhasil mencuri bola dari lawan.
Faqih membawa bola itu hingga ke depan gawang lawan. Kemudian, dia melakukan umpan tumit ke samping kiri. Dari belakang, Raka yang berlari kencang menghujamkan bola itu ke gawang dengan tendangan first time. Bola meluncur deras ke arah gawang lawan dan gol.
Pemain semuanya bersorak, di lapangan maupun di bangku candangan. Pendukung Indonesia juga bersorak. Dan tak lama, wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir. Seisi tim diselimuti keharuan. Indonesia menang sangat dramatis.
”Saya gak ada pikiran lain selain bagaimana caranya untuk mencuri gol ke gawang lawan. Alhamdulillah akhirnya dapat kesempatan dan ternyata itu di menit-menit paling terakhir pertandingan. Saya tidak menyangka, tapi yang jelas sangat bahagia,” ujar Raka.
Kemenangan itu membuat tim LKG-SKF Indonesia lolos ke babak 64 besar. Di babak tersebut, mereka bertemu tim tuan rumah lainnya, Stangebro United 2 di SKF Arena, Gothenburg, Kamis (18/7/2019) pukul 11.20 waktu setempat. Pada laga itu, tim LKG-SKF Indonesia kalah 1-4. Kekalahan itu mengakhiri perjuangan mereka untuk menjadi juara.
Cepat menonjol
Raka merupakan pemain yang menonjol. Ia baru latihan bola dengan serius di SSB Bekasi Raya sekitar dua tahun lalu. Sebelumnya, ia hanya bermain bola di sekolah dan di kampung, di mana dia tidak pernah mendapatkan latihan bola secara khusus.
Raka memiliki bakat alami bermain sepak bola. Baru sekitar setahun berlatih di SSB Bekasi Raya, kemampuannya terpantau oleh pelatih SSB Bina Taruna yang ikut berkompetisi di Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2018-2019. Raka pun dipinjam oleh Bina Taruna untuk ikut liga tersebut. Di tim itu, Raka jadi pemain utama. Ia bermain 28 kali dan mencetak 6 gol. Kontribusinya turut mengantar Bina Taruna menjadi juara Liga Kompas.
Setelah itu, Raka terpilih menjadi salah satu dari 24 pemain terbaik LKG U-14. Setelah ikut pelatihan selama sebulan, ia terpilih menjadi satu dari 18 tim di bawah naungan LKG-SKF Indonesia yang dipersiapkan untuk Piala Gothia 2019.
Ternyata, kemampuan Raka yang potensial itu terus menjadi andalan ketika tim bermain di Piala Gothia. Setidaknya, Raka menjadi pencetak gol terbanyak kedua buat tim dengan 4 gol. Ia hanya kalah dari rekannya di lini depan, Muhammad Faiz Maulana yang membuat 8 gol.
Sayangnya, cahaya dari Raka tak berlanjut ketika tim Indonesia menghadapi tim tuan rumah, Stangebro United 2 di babak 64 besar. Raka tidak mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya di laga itu. Tim pun kalah telah 1-4 dari tim Swedia tersebut. Kekalahan itu membuat Indonesia tersingkir di Piala Dunia remaja yang sudah digelar sejak 1975 itu.
Namun, itu bukan berarti langkah kaki Raka dan teman-temannya tidak berakhir di Piala Gothia. Usia mereka masih muda, dan perjalanan mereka untuk menjadi pemain sepak bola profesional masih panjang. Masa depan mereka masih terbentang lebar dan panjang. Jika mereka bisa terus menjaga semangat, mengasah kemampuan, dan memupuk sikap profesional, karier terang gemilang akan menyertai Raka dan rekan-rekannya.