Sky Energi Bidik 11 Miliar Dollar AS dari Penjualan Panel Surya Atap
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi pasar bisnis pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap di Indonesia dinilai cukup besar. PT Sky Energy Indonesia Tbk atau JSKY pun makin serius menggarap bisnis ini, dengan memproduksi dan menjual PLTS atap langsung kepada konsumen.
Berdasarkan riset pasar yang dihimpun JSKY, jumlah rumah yang berpotensi memasang PLTS atap atau panel surya sebanyak 55 juta unit. ”Kami menyasar 10 persen dari 55 juta rumah tersebut. Nilainya berkisar 11 miliar dollar AS,” kata Presiden Direktur PT Sky Energy Indonesia Tbk Jackson Tandiono dalam acara rebranding korporasi, di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Oleh sebab itu, JSKY mendiversifikasi bisnisnya mulai tahun ini dengan menyasar langsung ke konsumen (business to consumer). Sebelumnya, JSKY fokus dengan skema bisnis ke bisnis.
Dengan adanya diversifikasi skema bisnis, JSKY akan mendirikan empat pusat layanan untuk kebutuhan konsumen pada 2020. Pusat-pusat layanan ini berlokasi di Jakarta.
Mulai September 2019, JSKY akan memproduksi panel surya khusus untuk dijual kepada konsumen dan dipasang di atap rumah. Panel surya ini juga disertai dengan aplikasi ponsel sehingga pengguna dapat memonitor daya yang dihasilkan.
Jackson mengatakan, produknya akan dijual dengan harga 2.000 dollar AS untuk satu paket panel surya berdaya total kira-kira 1.000 kilowatt. Adapun satu unit panel surya mampu menghasilkan daya sekitar 240 kilowatt. Ketahanan produk panel surya tersebut berkisar 20-25 tahun.
Tak hanya menyasar pasar domestik, panel surya untuk atap rumah ini juga akan diekspor. ”AS dan Kanada sudah tertarik. Proporsi antara pasar domestik dan luar negeri akan berimbang, masing-masing sekitar 50 persen,” ujar Jackson.
Menurut Direktur Marketing PT Sky Energy Indonesia Tbk Ronald Sibarani, langkah korporasi merambah skema bisnis langsung ke konsumen dan menggarap pasar PLTS atap merupakan pijakan untuk membangun ekosistem perdagangan energi dalam lima tahun ke depan. Secara jangka panjang, perusahaan akan menggarap produksi baterai.
JSKY akan mendirikan empat pusat layanan untuk kebutuhan konsumen pada 2020. Pusat-pusat layanan ini berlokasi di Jakarta.
Pada 2019, JSKY menargetkan pertumbuhan omzet sebesar 30 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan keuangan korporasi yang tercantum dalam situs Bursa Efek Indonesia, JSKY membukukan penjualan bersih sebesar Rp 424,7 miliar.
Di sisi lain, pemerintah tengah menggodok PLTS atap untuk gedung perkantoran sejak Juni 2019. Program penerapan PLTS atap ini akan menyasar gedung milik pemerintah (baik tingkat pusat maupun daerah), badan usaha milik negara (BUMN), dan badan usaha milik daerah (BUMD).
PT Lembaga Elektronika Nasional (LEN) menjadi perusahaan pimpinan dalam program penerapan PLTS atap di gedung perkantoran tersebut. Berdasarkan perhitungan, program ini membutuhkan investasi sekitar Rp 17,4 triliun dengan total kapasitas terpasang 1.252 megawatt.
Menurut Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Hariyanto, PLTS atap bermanfaat untuk membuka peran serta masyarakat dalam pemanfaatan energi baru terbarukan, mengurangi penggunaan energi fosil, serta meningkatkan bauran pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Adapun dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), target EBT sebesar 23 persen dari bauran energi nasional pada 2025.