Turnamen pramusim seperti International Champions Cup menjadi kesempatan yang bagus untuk menguji kekuatan tim yang baru. Berbagai kejutan bisa terjadi.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
ILLINOIS, RABU - Sebanyak 12 klub ternama Eropa dan Amerika Tengah mulai menjalani pemanasan dengan mengikuti ajang International Champions Cup yang mulai digelar, Rabu (17/7/2019). Melalui turnamen pramusim ini, publik bisa mengintip wajah persaingan pada musim baru.
Turnamen pramusim tahunan yang digelar sejak 2013 ini minimal bisa menampilkan bentuk permainan klub yang memiliki pelatih dan pemain baru. Keseriusan para pemain lama yang sedang digoyang isu transfer juga akan terlihat. Elemen baru yang dimiliki masing-masing klub kemudian berpotensi membawa perubahan ketika musim baru sudah berjalan.
Apalagi ICC 2019 masih diikuti pemain utama yang mewakili Liga Italia (Juventus, Inter Milan, AC Milan, dan Fiorentina), Liga Spanyol (Real Madrid dan Atletico Madrid), Liga Inggris (Arsenal, Manchester United, dan Tottenham Hotspur), Liga Jerman (Bayern Muenchen), Liga Portugal (Benfica), dan Liga Meksiko (Guadalajara). Mereka menjadi sampel untuk melihat persaingan musim baru.
Juventus, misalnya, adalah klub yang menjuarai Liga Italia delapan musim beruntun. Namun, mereka masih kesulitan meraih target terbesar, yaitu juara Liga Champions, meski sudah memiliki Cristiano Ronaldo dan sejumlah pemain papan atas lainnya.
Taktik Juventus yang kurang atraktif di bawah pelatih Massimiliano Allegri musim lalu disebut sebagai penyebab kegagalan mereka di Eropa. Allegri kemudian mundur dan kini Juventus ditangani pelatih baru yang suka menyajikan permainan cantik, yaitu Maurizio Sarri. ICC pun menjadi ajang pertama untuk bisa melihat racikan taktik Sarri.
Adapun aksi Inter Milan sangat dinantikan karena mereka akan tampil di dengan pelatih baru, Antonio Conte. Tugas Conte cukup berat karena ia diharapkan mengubah Inter menjadi tim yang lebih agresif dan konsisten. Inter tidak akan diperkuat sang bomber Mauro Icardi dan Conte harus bisa membuat lini serangnya tajam.
Transformasi tim
Selain para tim juara, ICC akan diikuti tim dengan nama besar tetapi sempat terpuruk musim lalu seperti Real dan MU. Melalui ICC, kedua tim ini punya kesempatan untuk menunjukkan, mereka sudah belajar dari kesalahan dan siap untuk ditakuti.
Pelatih Real, Zinedine Zidane, kembali menyusun ulang kekuatan tim yang hancur ditinggal Ronaldo. Ia sudah memiliki bintang baru seperti Eden Hazard dan Luka Jovic, dan tinggal menguji taktik yang dimodifikasi untuk bintang barunya tersebut.
Salah satu laga besar di ICC adalah saat Real bertemu Atletico di Stadion MetLife, New Jersey, AS, Sabtu (27/7/2019) pagi waktu Indonesia. Dalam derby Madrid ini, Real ingin menyampaikan pesan kepada tetangganya itu bahwa mereka sudah kembali. Pada musim lalu, Atletico puas karena finis di posisi kedua Liga Spanyol, sedangkan Real posisi ketiga.
Sama seperti Real, MU di bawah asuhan pelatih Ole Gunnar Solskjaer juga berusaha bangkit. Musim lalu menjadi musim buruk bagi ”Setan Merah” karena finis di peringkat keenam dan gagal melaju ke Liga Champions.
Solskjaer juga ingin membuktikan ucapannya tentang Paul Pogba, gelandang MU yang diisukan pindah ke klub lain. Ia ingin mempertahankan Pogba dan menyebut peran gelandang asal Perancis itu sangat vital. ”Jika Pogba ada di skuad anda, anda harus membangun tim untuk dia,” ujarnya.
Tidak semua tim di ICC adalah tim papan atas liga domestik. Fiorentina, misalnya, mewakili Italia meski musim lalu finis di peringkat ke-16. Mereka menggantikan AS Roma yang memilih fokus pada kualifikasi Liga Europa.
Namun, Fiorentina justru menjadi tim pertama yang menang setelah mengalahkan Guadalajara 2-1 di Stadion SeatGeek, Illinois, AS, Selasa (16/7) malam atau Rabu pagi WIB. Gol Fiorentina dicetak Giovanni Simeone dan Riccardo Sottil. Pemilik baru Fiorentina, Rocco Commisso terlihat puas. “Tim bermain bagus, tadinya saya kira akan kalah,” ujarnya seperti dikutip Football-Italia. (REUTERS)