Pemerintah Iran memaksimalkan jaringan kekuatan lobinya di Amerika Serikat untuk membendung langkah dan kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang terus-menerus menekan Teheran.
Iran saat ini menggunakan semua kekuatannya untuk melawan kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Setelah menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran pada Mei 2018, AS terus menjatuhkan aneka sanksi berat terhadap Iran. Salah satu kekuatan Iran yang kini sedang dimainkan secara maksimal melawan kebijakan Trump adalah lobi Iran di AS, yang dikenal dengan nama Dewan Nasional Iran-AS atau The National Iranian American Council (NIAC).
NIAC didirikan pada 2002 oleh trio cendekiawan Iran yang bermukim di AS, yaitu Trita Parsi, Babek Talebi, dan Farzin Illich. Organisasi itu membawa misi ingin mengenalkan lebih dekat dan lebih kuat suara Iran di AS agar pemerintah dan rakyat kedua negara tersebut semakin dekat dan bersahabat.
Pembentukan NIAC berangkat dari keprihatinan atas terus memburuknya hubungan Iran-AS pascarevolusi Iran tahun 1979. NIAC, misalnya, turut berperan melobi pemerintahan Presiden Barack Obama sehingga tercapai kesepakatan nuklir Iran (JCPOA), Juli 2015.
Sebagai lembaga nonprofit, NIAC mengklaim telah memiliki lebih dari 8.000 donatur di seantero AS untuk menggerakkan organisasi tersebut. Sudah menjadi rahasia umum pula bahwa NIAC mendapat kucuran dana besar secara rutin dari Pemerintah Iran.
Iran saat ini ditengarai mengucurkan dana besar-besaran kepada NIAC untuk biaya lobi dengan sejumlah perusahaan kehumasan dan sindikat pengacara di AS untuk membangun opini yang mendukung Iran melawan Trump.
NIAC juga berperan melakukan pendekatan terhadap media terkemuka di AS, seperti The Washington Post dan The New York Times, agar media AS itu lebih banyak menurunkan tulisan opini atau berita yang mendukung Iran melawan sanksi AS saat ini.
Misi utama NIAC saat ini adalah membangun opini di AS tentang citra positif rezim para mullah di Teheran dan negeri Iran yang sedang menjadi korban provokasi dan terancam perang dengan AS. Dalam menjalankan misi itu, NIAC juga mulai turut campur dalam pemilu sela AS pada Juni 2018 dengan mengucurkan dana untuk mendukung kandidat-kandidat keturunan Iran di AS agar mereka mencapai posisi politik yang tinggi sehingga bisa membantu Iran melalui kebijakan mereka.
Bantuan dana
Tercatat, NIAC pada 11 Juni 2019 sukses besar membantu mengantarkan warga AS keturunan Iran, Parisa Dehghani- Tafti, menduduki jabatan jaksa penuntut umum dalam pemilihan di Distrik Arlington, dekat ibu kota Washington DC. NIAC diberitakan membantu dana cukup besar kepada tim sukses Parisa Dehghani.
Kini NIAC disinyalir telah menyiapkan dana besar untuk mendukung kandidat presiden dari Partai Demokrat melawan Trump pada pemilu presiden AS tahun 2020. Disinyalir pula, ada peran NIAC yang memaksa AS menunda sanksi pada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Padahal, Zarif sudah masuk daftar pejabat tinggi Iran bersama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mendapat sanksi AS.
Seperti diketahui, AS pada 24 Juni lalu menjatuhkan sanksi kepada Khamenei
dan beberapa perwira tinggi pasukan elite Garda Revolusi Iran.
NIAC pula yang mengatur temu pers Menlu Zarif, yang kini sedang menghadiri acara sidang PBB di New York City, dengan sejumlah media terkemuka AS dan internasional untuk membela posisi Iran menghadapi AS saat ini. Zarif di New York telah menggelar wawancara khusus dengan jaringan stasiun televisi NBC News, BBC, dan koran The New York Times.
NIAC memanfaatkan keberadaan Zarif di New York untuk menggelar temu pers dan wawancara khusus dengan sebanyak mungkin media AS dan internasional untuk menjelaskan posisi Iran dalam konflik dengan AS.