Norbertus Arya Dwiangga dari Dubai, Uni Emirat Arab
·3 menit baca
DUBAI, KOMPAS — Layanan terintegrasi menjadi kunci untuk menarik pelaku global berinvestasi. Layanan ini mencakup kemudahan regulasi, insentif perpajakan, dan akses bagi pelaku pasar di setiap sektor. Strategi itu digunakan Otoritas Kawasan Perdagangan Bebas Bandara Dubai atau Dubai Airport Freezone Authority (Dafza) dalam menarik pelaku pasar global untuk datang dan berinvestasi di Dafza. Pada 2018, perdagangan internasional Dafza berkontribusi 11 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Dubai atau sebesar 146 miliar dirham. Kontribusi ini tumbuh dari 2017 yang sebesar 7 persen.
Marketing Executive dari Dubai Airport Freezone Naveed Noor Ahmed mengatakan, untuk menarik investor, mereka tidak hanya menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan, tetapi juga kemudahan perizinan dan pembebasan pajak. Di kawasan tersebut, investor juga dapat memiliki perusahaan sepenuhnya atau 100 persen kepemilikan tanpa perlu mencari rekan perusahaan lokal.
”Selama berada di kawasan ini tidak ada pajak. Yang berbeda juga, kami memberikan layanan satu pintu. Investor atau perusahaan cukup berhubungan dengan kami untuk mendapatkan semua layanan, seperti pasokan listrik,” kata Ahmed dalam wawancara dengan Kompas, Rabu (17/7/2019), di Dubai, Uni Emirat Arab.
Saat ini, Dafza melayani lebih dari 1.600 perusahaan multinasional dari berbagai sektor, seperti penerbangan, telekomunikasi dan teknologi informasi, logistik, farmasi, makanan dan minuman, serta kosmetik. Selain perusahaan multinasional (35 persen), ada juga perusahaan kecil dan menengah (65 persen), termasuk usaha rintisan.
Menurut Ahmed, pada umumnya investor atau pelaku usaha ingin layanan yang cepat sehingga bisnis dapat segera dijalankan. Kini Dafza sedang menyiapkan platform pasar zona bebas, yakni layanan yang memungkinkan perusahaan di Dafza mengakses pendanaan di bursa saham.
Setelah Dafza yang berdiri sejak 1996, kini tengah dikembangkan Dubai Commercity atau kawasan perdagangan bebas yang menyasar perdagangan elektronik atau e-dagang.
Marketing Consultant Dubai Airport Freezone Johnny Victor Malek mengatakan, e-dagang menjadi sektor yang berpotensi tumbuh besar. Pada saat penjualan di luar jaringan atau luring tumbuh 3,5 persen secara tahunan pada 2018, perdagangan daring tumbuh 13 persen.
”Alih-alih berbicara soal harga, yang kami tawarkan adalah solusi untuk mengembangkan bisnis investor. Prinsipnya e-dagang memerlukan aliran barang yang lancar, bukan gudang yang besar dengan stok barang besar. Maka, solusinya gudang bersama dan itu lebih terjangkau,” kata Malek.
Berdasarkan pemetaan, potensi pasar e-dagang yang belum banyak digarap adalah Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara itu, Manager Halal Trade and Marketing Centre (HTMC) Thomas Guerrero menyampaikan, dengan kondisi industri syariah yang terus tumbuh, semakin banyak pelaku pasar konvensional yang ingin masuk ke sektor tersebut. Global Islamic Report 2018 mencatat, ekonomi syariah diperkirakan senilai 2,1 triliun dollar AS.
Nilai itu diproyeksikan tumbuh menjadi 3 triliun dollar AS pada 2023 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 7 persen. Industri makanan dan minuman halal menduduki peringkat pertama dengan nilai 1,3 triliun dollar AS, disusul industri busana muslim dengan nilai 270 juta dollar AS.
Saat ini, lima negara pengekspor makanan halal terbesar adalah Brasil, India, Argentina, Rusia, dan Perancis. Sementara, lima negara pengimpor terbesar adalah Arab Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab, Indonesia, dan Mesir.
Menurut Guerrero, yang dibutuhkan pelaku pasar adalah pengetahuan mengenai prasyarat dan standardisasi mengenai produk halal untuk mendapatkan sertifikasi halal. Saat ini, sertifikasi halal yang sangat detail masih membingungkan pelaku usaha konvensional.
”Lima tahun lalu, tantangannya adalah cara untuk mendapatkan sertifikasi halal. Sementara, tantangan saat ini adalah mencari pasar untuk menjual produk halal. Di sini kami menghubungkan antara produsen dengan importir dan distributor di seluruh dunia,” kata Guerrero.
Terkait Indonesia, HTMC telah bekerja sama dengan Indonesia Halal Lifestyle Center. Melalui kerja sama tersebut, HTMC akan menghubungkan pelaku industri halal ke pasar Indonesia atau sebaliknya.