Khawatir Pengaruh Politik China, Australia Tinjau Ulang Kerja Sama Lembaga China
Pemerintah Negara Bagian New South Wales, Australia, meninjau kembali kerja samanya dengan Institut Konfusius terkait kekhawatiran akan pengaruh politik China dalam pelajaran Bahasa China yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Pemerintah Negara Bagian New South Wales, Australia, meninjau kembali kerja samanya dengan Institut Konfusius terkait kekhawatiran akan pengaruh politik China dalam pelajaran Bahasa China yang diajarkan di sekolah-sekolah.
Departemen Pendidikan New South Wales, yang akan mengumumkan laporannya Agustus mendatang, menemukan bahwa asisten guru dalam pelajaran Bahasa dan Budaya China di sekolah dan universitas di seluruh Australia direkrut oleh Hanban, sebuah badan milik Pemerintah China.
Dalam seleksi perekrutan tersebut, demikian dilaporkan Australian Broadcasting Corporation (ABC), Rabu (17/7/2019), para asisten guru tersebut harus memenuhi persyaratan ”kualitas politik yang baik” dan ”cinta tanah air”.
Kriteria perekrutan tersebut pertama kali dikeluarkan pada 2016 oleh Kantor Pusat Institut Konfusius yang berkedudukan di Beijing. Para pelamar yang lolos dikirim untuk mengajar di Institut Konfusius dan kelas-kelas Konfusius di seluruh dunia sejak 2017.
Institut Konfusius merupakan bentuk kerja sama antara universitas di China dan universitas di luar negeri yang kemudian bisa membuat program-program di sekolah yang disebut kelas-kelas Konfusius. Dewan Kantor Pusat Institut Konfusius diketuai oleh Sun Chunlan, salah seorang wakil perdana menteri yang juga mantan pemimpin United Front Work Department, ujung tombak Partai Komunis China di luar negeri dalam upaya melebarkan pengaruh.
Banyak yang tidak sadar bahwa Institut Konfusius merupakan bagian dari agenda yang lebih besar Partai Komunis China.
Ahli China dari Universitas Swinburne, John Fitzgerald, kepada ABC, mengatakan, memiliki ”kualitas politik yang baik” berarti ”menerima politik Partai Komunis China sepenuhnya dan tidak memberikan pendapat politik pribadi”. ”Politik merupakan milik eksklusif partai. Apa yang dilakukan partai, tentu saja segala sesuatu yang dilakukan partai bersifat politik, termasuk pendidikan dan budaya.”
Chen Yonglin, mantan diplomat China yang lari ke Australia pada 2005, mengatakan, ”kualitas politik yang baik” berarti ”selalu loyal sepenuhnya kepada Partai Komunis China.”
Dengan 14 institut dan 67 kelas Konfusius, Australia berada di urutan ketiga di dunia dalam hal jumlah terbanyak Institut Konfusius setelah Amerika Serikat dan Inggris. Menurut ABC, New South Wales merupakan badan pemerintah pertama di dunia yang menjalin kerja sama dengan Institut Konfusius di jajaran departemen pendidikannya sejak 2011.
Sophie Richardson, Direktur Urusan China Human Rights Watch, menyatakan kekhawatirannya akan pengaruh program Institut Konfusius. ”Pelajaran Bahasa China bagus diberikan di sekolah dan perlu. Namun, pembiaran bahwa hal itu sampai dilakukan oleh Pemerintah China, di situ letak masalahnya,” katanya, seperti dikutip ABC.
”Banyak yang tidak sadar bahwa Institut Konfusius merupakan bagian dari agenda yang lebih besar Partai Komunis China,” lanjut Richardson.
Selain asisten guru bahasa, universitas dan sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan Institut Konfusius mendapat dana, bahan pelajaran, kesempatan melakukan pertukaran pelajar, dan mendapat pelayanan konsultasi budaya dari Pemerintah China.
Akademisi Jeffrety Gill dari Universitas Flinders yang mendalami masalah ini mengatakan, Institut Konfusius melakukan pendekatan pengajaran yang bernuansa selektif dibandingkan dengan propaganda. ”Program-program mereka menitikberatkan pada aspek-aspek positif China dan mencoba memberikan gambaran yang positif,” ujarnya.
”Hal itu dilakukan dengan cara memfokuskan aktivitas dan program mereka terutama pada budaya tradisional China seraya mengesampingkan isu-isu sensitif, seperti pembantaian di Tiananmen, soal Taiwan dan Tibet. Mereka berikhtiar untuk lebih selektif daripada melakukan propaganda.”
Penelaahan kembali semua kerja sama dengan lembaga asing, termasuk dengan Institut Konfusius, diperintahkan oleh Menteri Pendidikan New South Wales ketika itu, Rob Stokes, Mei tahun lalu. Dibutuhkan waktu 14 bulan sampai Agustus mendatang untuk menyelesaikannya.