Nigeria mampu bangkit setelah gagal menorehkan prestasi dalam empat tahun terakhir. Mereka berhasil meraih peringkat ketiga Piala Afrika setelah mengalahkan Tunisia dengan skor 1-0 di Stadion Al Salam, Kairo, Mesir, Kamis (18/7/2019).
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
KAIRO, KAMIS — Nigeria mampu bangkit setelah gagal menorehkan prestasi dalam empat tahun terakhir. Mereka berhasil meraih peringkat ketiga Piala Afrika setelah mengalahkan Tunisia dengan skor 1-0 di Stadion Al Salam, Kairo, Mesir, Kamis (18/7/2019).
Kedua tim, yang mengalami kekecewaan setelah kalah secara dramatis pada babak semifinal, tampil menyerang dan terbuka. Mereka sama-sama ingin mencari kemenangan demi mengobati luka yang dialami di semifinal.
Tunisia mengutamakan kerja sama tim, sedangkan Nigeria lebih mengandalkan kemampuan dan kecepatan individu. Akan tetapi, kekompakan Tunisia, terutama di lini belakang, masih menjadi masalah. Sama seperti pada babak semifinal, kesalahan yang dilakukan kiper dan pemain belakang berakibat petaka.
Pertandingan baru berjalan tiga menit, Tunisia sudah kebobolan akibat kesalahan komunikasi kiper Moez Ben Cherifia dan bek Yassine Meriah. Keduanya salah mengantisipasi umpan silang yang dilepaskan Jamilu Collins sehingga bola bergulir liar di depan gawang. Odion Ighalo yang berdiri bebas di depan gawang tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Gol tersebut melecut para pemain Tunisia untuk mengatasi ketertinggalan. Mereka diuntungkan oleh para pemainnya yang sebagian besar bermain di liga lokal sehingga lebih padu dalam menyusun serangan. Sementara Nigeria yang sebagian besar pemainnya berlaga di Liga Inggris mempertontonkan permainan terbuka dan cepat.
Tunisia yang berada di peringkat ke-25 dunia sepertinya tidak mencerminkan posisi tersebut dalam pertandingan ini. Serangan Tunisia selalu kandas di pertahanan Nigeria sehingga hanya ada satu tendangan yang mengarah ke gawang dari 11 kali percobaan.
Sementara Nigeria yang berada di peringkat ke-45 dunia tampil lebih efektif. Meskipun hanya menguasai bola sebanyak 42 persen, mereka mampu empat kali menendang bola ke arah gawang dari 10 kali percobaan.
Bagi Nigeria, prestasi pada turnamen ini menjadi penanda kebangkitan mereka setelah melalui empat musim yang buruk. Sebelumnya, mereka gagal lolos ke Piala Afrika pada 2015 dan 2017. Di Piala Dunia 2018, mereka hanya mencapai babak penyisihan grup.
Pelatih Nigeria asal Jerman, Gernot Rohr, meyakini, ”Elang Super” (julukan Nigeria) memiliki masa depan yang cerah. Ia memuji ketangguhan yang ditunjukkan timnya sepanjang turnamen. Setelah kalah secara mengejutkan dari Madagaskar, timnya dapat menumbangkan juara bertahan Kamerun dan tim kuat Afrika Selatan.
”Tim kami mengalami kemajuan baik setelah Piala Dunia. Kami sudah mulai bekerja dengan tim yang diremajakan. Tim ini memiliki masa depan,” kata Rohr sebelum pertandingan melawan Tunisia.
Pada pertandingan melawan Tunisia, 10 pemain inti Nigeria berumur di bawah 30 tahun. Hanya Ighalo yang berusia 30 tahun. Pemain muda mereka pun tengah berlaga di klub liga terbaik Eropa, seperti Ahmed Musa, Alex Iwobi, Samuel Chukwueze, dan Wilfred Ndidi. Selain Musa yang sudah berumur 26 tahun, mereka dapat menjadi tumpuan tim untuk lima hingga delapan tahun tahun ke depan.
Rohr yang tinggal menyisakan kontrak satu tahun sepertinya tidak akan terlalu khawatir meskipun banyak yang menuntutnya agar dipecat setelah kalah 1-2 dari Aljazair di semifinal. Presiden Federasi Sepak Bola Nigeria (NFF) Amaju Pinnick masih memercayai Rohr yang sudah melatih Nigeria sejak 9 Agustus 2016.
”Dia (Rohr) akan tetap di pekerjaan itu. Saya memiliki keyakinan penuh padanya,” kata Pinnick di Mesir. Gernot dianggap Pinnick telah mencapai target yang telah ditetapkan untuknya, yakni membawa Nigeria ke semifinal.
Setelah Piala Afrika, Rohr akan menjalani pelatihan dengan Bayern Muenchen. NFF telah memiliki rencana jangka panjang dengan Rohr karena telah melakukan pekerjaan baik selama menangani Elang Super. (AFP/REUTERS)