Hengkangnya dua perusahaan efek asing dari pasar ekuitas Tanah Air dinilai sebagai peluang yang harus dimanfaatkan para broker lokal.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pergerakan indeks pada sesi pertama perdagangan terpantau melemah di Bursa Efek Indonesia di Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 21,65 poin atau 0,34 persen ke level 6.351,83 pada akhir perdagangan Senin (8/7). Sentimen melemahnya pelonggaran kebijakan keuangan di Amerika Serikat mendorong tergelincirnya bursa saham Asia pada awal perdagangan pekan ini.
JAKARTA, KOMPAS — Dua perusahaan sekuritas global yang beroperasi di Indonesia, PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia dan PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia, telah menghentikan bisnis layanan perantara perdagangan efek mereka dalam dua pekan terakhir. Restrukturisasi internal turut menyebabkan Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia berhenti beroperasi.
Hengkangnya dua perusahaan efek asing dari pasar ekuitas Tanah Air dinilai sebagai peluang yang harus dimanfaatkan para broker lokal. Langkah PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia untuk menghentikan bisnis pialang sekaligus mengundurkan diri dari anggota bursa (AB) kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan seiring dengan langkah restrukturisasi besar-besaran dari Deutsche Bank Group.
Tidak lama berselang, PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (ML) juga dikabarkan mengikuti langkah entitas anak perbankan asal Jerman tadi. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo di Jakarta, Kamis (18/7/2019), mengatakan, Merrill Lynch Indonesia sudah memulai proses audit keluar untuk memastikan tak ada lagi kewajiban sebagai AB yang belum dipenuhi kepada bursa.
”Rencana pengunduran diri sebagai AB telah disampaikan kepada bursa. Terkait kapan Merrill Lynch Sekuritas resmi tak lagi menyandang status AB, nanti akan ada pengumuman lebih lanjut,” ujarnya di Jakarta, Kamis.
Data perdagangan BEI mencatat, perusahaan sekuritas yang dimiliki oleh Merrill Lynch International Inc ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu. Saat ini, kepemilikan Merrill Lynch Sejuritas Indonesia dipegang Merrill Lynch International Inc sebesar 80 persen dan PT Persada Kian Pastilestari sebesar 20 persen.
KOMPAS/DIMAS WARADITYA NUGRAHA
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono Widito Widodo
Laksono mengakui telah menerima rencana pengunduran diri Deutsche Sekuritas Indonesia. Berdasarkan pengakuan direksi Deutsche Sekuritas kepada otoritas bursa, perusahaan holding yang berbasis di Jerman itu memang tengah melakukan restrukturisasi sehingga bisnis mereka di Indonesia ikut terpengaruh.
”Mereka beri tahu ke bursa minggu ini, hari Senin langsung disampaikan. Tapi, kapan secara resmi mereka keluar dari keanggotaan bursa kami belum tahu,” kata Laksono.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Octavianus Budiyanto menilai, hengkangnya dua perusahaan efek asing dari bisnis perdagangan efek di Indonesia harus dapat dimanfaatkan oleh broker lokal.
Kesempatan lokal
Menurut Octavianus, yang juga menjabat Direktur Utama PT Kresna Sekuritas, keluarnya dua perusahaan efek global dari Indonesia merupakan hal yang wajar. Saat induk perusahaan merasa bisnis mereka kurang efisien, pilihan untuk menutup salah satu lini bisnisnya tak dapat terhindarkan.
”Justru ini menjadi kesempatan broker lokal, kita manfaatkan. Pemain lokal saat ini harus pintar-pintar memberikan insentif lebih supaya dana asing bisa mereka kelola,” ujarnya.
Namun, Octavianus pun menyadari, dengan perkembangan teknologi sangat memungkinkan bagi broker internasional untuk tidak lagi memiliki kantor operasional di suatu negara. Penggunaan algoritma dalam sistem perdagangan efek kini bisa membuka pintu bagi investor asing untuk melakukan transaksi di BEI.