Dampak gempa bumi dengan Magnitudo 5,8 di bagian selatan Pulau Bali, hingga Rabu (17/7/2019) terus bertambah. Sebanyak 9 orang terluka dan 48 bangunan di Bali rusak. Adapun kerugian materi ditaksir sekitar Rp 727 juta.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Dampak gempa bumi dengan Magnitudo 5,8 di bagian selatan Pulau Bali, hingga Rabu (17/7/2019) terus bertambah. Sebanyak 9 orang terluka dan 48 bangunan di Bali rusak. Adapun kerugian materi ditaksir sekitar Rp 727 juta.
Gempa bermagnitudo 5,8 pada Selasa (16/7) pagi bersumber 80 kilometer arah selatan Kabupaten Jembrana. Sebelumnya, korban luka tercatat sebanyak 5 orang, sedangkan sebanyak 20 bangunan juga rusak.
Selain memvalidasi kerugian dan kerusakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali juga memprioritaskan dampak psikologis pada anak-anak, terutama murid-murid sekolah dasar yang bangunannya rusak terdampak gempa.
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin mengamati siswa-siswi sekolah dasar sempat panik akibat gempa yang merusak bangunan sekolah dan melukai teman serta gurunya. “Beberapa petugas BPBD Bali berupaya memulihkan trauma mereka secepatnya tiga hari ke depan,” kata dia, di Denpasar.
Beberapa petugas BPBD Bali berupaya memulihkan trauma mereka secepatnya tiga hari ke depan,” kata Rentin.
Menurut Rentin, anak-anak rentan terhadap dampak bencana alam. Pada Rabu ini, BPBD Bali memfokuskan pada siswa-siswi SD 1 Ungasan, Kabupaten Badung.
Ni Luh Ardani (37), warga Kabupaten Badung mengaku sedih karena anaknya yang berusia 2 tahun masih trauma dengan gempa Selasa lalu. “Ya, anak saya menjadi ketakutan ketika sendirian. Ia takut semua bergoyang. Maka saya berusaha membuatnya tenang dan agar tak trauma lagi,” tutur dia.
Ketika gempa, Ardani tengah bersama anaknya di rumah. Ia menggendong langsung anaknya keluar rumah. Menurut dia, upaya paksa dengan menggendongnya langsung membuat anaknya trauma.
Hingga Rabu pukul 17.00 Wita, hasil validasi BPBD Bali, 48 bangunan rusak tersebar di enam kabupaten/kota di Bali, kecuali Klungkung, Bangli, dan Karangasem. Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Indra menyebarkan siaran pers menanggapi dampak gempa di Bali.
Dalam siaran persnya, ia mengimbau masyarakat tidak panik dan dapat kembali beraktivitas normal. Begitu pula pelaku pariwisata serta wisatawan yang berada dan akan berkunjung ke Bali tidak perlu khawatir untuk berlibur. Alasannya, Bandara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung, aman dari dampak gempa dan beraktivitas normal kembali usai gempa.
Seperti diberitakan sebelumnya, BMKG merilis wilayah Samudera Hindia Selatan Bali-Nusa Tenggara diguncang gempa bumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa bumi ini berkekuatan M 6,0 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M 5,8. Episenter gempa terletak pada koordinat 9,08 LS dan 114,55 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 80 kilometer arah selatan Negara, Kabupaten Jembrana, pada kedalaman 104 km.
Gempa berpusat di selatan Jawa-Bali-Nusa Tenggara ini, berdasarkan kedalaman hiposenternya, merupakan gempa bumi berkedalaman menengah diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempang Eurasia. Hasil analisis mekanisme gempa menunjukkan, gempa bumi ini dibangkitkan deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis naik mendatar (oblique thrust fault).
Gempa bumi ini dibangkitkan deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis naik mendatar (oblique thrust fault).
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar Ikhsan mengatakan durasi gempa terekam sekitar 30 detik-40 detik. Ia menjelaskan, gempa kemarin terjadi dengan perbedaan kekuatan di seluruh daerah di Bali. Hal ini dampak dari getaran yang menjalar ke semua arah permukaan bumi. Hal itu menyebabkan dampaknya berbeda-beda tergantung kondisi batuan di masing-masing daerah.
Ia memisalkan daerah Kuta yang berada di wilayah selatan Bali, jenis batuannya aluvium. Akibatnya, efek getaran dapat dirasakan lebih kuat dibandingkan daerah lainnya. Terlebih, lokasinya juga sama-sama berada di wilayah selatan.