JAKARTA, KOMPAS – Jumlah korban akibat gempa bumi bermagnitudo 7,2 yang melanda Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara pada Minggu (14/7/2019) bertambah. Saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB fokus menerjunkan tim bantuan dan menyalurkan logistik.
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menyampaikan, jumlah korban meninggal akibat gempa di Halmahera bertambah 2 orang. Total, jumlah korban meninggal sebanyak 4 orang. Adapun untuk korban luka-luka saat ini berjumlah 51 orang.
“Jumlah pengungsi kemarin hanya berjumlah sekitar 2.000 orang, saat ini bertambah menjadi 3.104 orang,” ujarnya saat Konferensi Pers di Kantor BNPB Pusat Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Korban meninggal terbanyak terdapat di Kecamatan Gane Timur Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan sebanyak 3 orang. Adapun, satu korban lainnya ditemukan di Kecamatan Gane Barat Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan.
Selain 971 rumah, sebanyak 3 jembatan, 7 fasilitas pendidikan, 3 fasilitas peribadatan dan 1 fasilitas kesehatan dilaporkan mengalami kerusakan berat. Hingga Selasa pukul 06.00, setidaknya tercatat ada 93 gempa susulan. Sebanyak 30 diantaranya dirasakan oleh masyarakat.
Agus menambahkan, saat ini BNBP telah mendirikan dua posko darurat. Satu posko didirikan di Pulau Bacan, tepatnya di Kota Labuha. Satu lainnya didirikan di Desa Saketa, Kabupaten Halmahera Selatan. BNPB juga mengirimkan tiga tim reaksi cepat ke lokasi.
“Pemerintah melalui BNPB juga memberikan biaya siap pakai sebesar Rp 500 juta untuk keperluan operasi penyelamatan,” katanya.
BNPB juga telah mengirimkan logistik untuk para pengungsi melalui kapal pada Selasa ini. Diperkirakan dalam waktu dua hari, logistik tersebut bisa tiba di lokasi. Untuk mempercepat distribusi logistik di lokasi yang sulit dijangkau, tim akan menggunakan helikopter.
“Kebutuhan mendesak bagi para pengungsi yakni beras, air mineral, makanan siap saji, mie instan, tikar, selimut dan lainnya,” ujar Agus.
Gempa Bali
Sementara itu, gempa bumi bermagnitudo 5,8 juga mengguncang Provinsi Bali dan sekitarnya pada Selasa pagi. Dampaknya, satu orang mengalami luka-luka dan sebanyak 38 bangunan rusak. Sebanyak 38 bangunan tersebut terdiri dari 6 rumah, 5 sarana peribadatan, 11 sarana pendidikan dan 7 gedung pemerintahan.
“Selain di Bali, dampaknya dirasakan di Lombok dan Jawa Timur bagian timur seperti Jember dan Banyuwangi,” kata Agus.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak terpengaruh dengan isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu, masyarakat diminta menjauhi bangunan-bangunan yang sudah retak dan selalu mengecek ketahanan bangunan tempat tinggal.
“Ditakutkan ada gempa susulan, karena tidak bisa diprediksi lebih kecil atau lebih besar,” ujarnya.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono dalam keterangan tertulisnya menerangkan, setidaknya ada 11 kali gempa susulan yang terjadi hingga pukul 12.00. Magnitudo terbesar tercatat sebesar M=3,5 dan terkecilnya M=2,4.
Menurutnya gempa bumi tersebut berdasarkan kedalaman hiposenternya merupakan gempa berkedalaman menengah. Gempa diakibatkan oleh subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia.
“Hasil analisis mekanisme gempa menunjukkan, gempa dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis naik mendatar,” ungkap Rahmat.