Peta persaingan di ajang Piala Afrika 2019 terus berubah. Tim-tim favorit sudah lebih dulu tumbang dan kini dua tim yang haus gelar juara, yaitu Senegal dan Aljazair, bakal bertemu di laga final.
KAIRO MINGGU - Lolosnya Senegal dan Aljazair ke final Piala Afrika 2019 menunjukkan kekuatan sepak bola Afrika yang semakin merata. Mereka merupakan representasi tim-tim di Benua Afrika yang selama ini dipandang sebelah mata tetapi perlahan mampu bangkit dengan melahirkan talenta-talenta yang membawa perbedaan.
Senegal lolos ke final setelah menaklukkan Tunisia 1-0 pada laga semifinal di Stadion 30 Juni, Kairo, Senin (15/7/2019) dini hari WIB. Selang beberapa jam kemudian, Aljazair mengalahkan Nigeria 2-1 di Stadion Internasional Kairo. Senegal dan Aljazair akan bertemu di laga final yang berlangsung Sabtu (20/7/2019) dini hari WIB.
Di final nanti, Senegal maupun Aljazair akan bertarung untuk mewujudkan mimpi mereka untuk menjadi yang terkuat di Afrika. Senegal belum pernah merasakan gelar juara Piala Afrika sedangkan Aljazair juga baru satu kali menjadi juara, yaitu pada tahun 1990. Adapun turnamen yang berlangsung sejak tahun 1957 ini dikuasai oleh tim-tim seperti Mesir (7 trofi), Kamerun (5 trofi), Ghana (4 trofi), dan Nigeria (3 trofi).
Namun, tim-tim elite Afrika itu telah rontok satu per satu selama fase gugur. Mesir yang menjadi tuan rumah, Kamerun, dan Ghana sudah tumbang pada babak 16 besar. Sementara tim yang jarang diperhitungkan seperti Benin maupun Madagaskar justru bisa melaju hingga babak perempat final.
“Saya sudah mengatakan berulang-ulang bahwa sejak empat tahun terakhir sudah tidak ada lagi tim kecil di Benua Afrika,” ujar pelatih Senegal Aliou Cisse. Pada 17 tahun lalu, Cisse merupakan kapten tim Senegal yang mampu mengantar timnya ke final Piala Afrika untuk pertama kalinya tetapi kemudian ditaklukkan Kamerun dalam babak adu penalti.
Tim “Singa Teranga”, julukan Senegal, tidak diragukan lagi bisa mencatat sejarah besar di final nanti jika melihat komposisi timnya. Sadio Mane, misalnya, merupakan bintang utama Senegal yang ikut mengantar Liverpool menjuarai Liga Champions musim lalu. “Mimpi terbesar saya adalah menjuarai Piala Afrika bersama Senegal. Pencapaian itu bakal melebihi apa yang sudah saya dapatkan bersama Liverpool,” kata Mane seperti dikutip The National.
Pemain berusia 27 tahun itu bermimpi bisa mengarak trofi Piala Afrika di jalanan Kota Dakar. Pesta tersebut diyakini bakal semakin memotivasi Senegal untuk bisa memperbaiki penampilan di level yang lebih tinggi, yaitu piala dunia. Mereka pernah menembus perempat final Piala Dunia 2002 dan langsung tersingkir pada fase penyisihan grup pada tahun lalu.
Selain Mane, Senegal memiliki bek tangguh seperti Kalidou Koulibaly yang juga menjadi kunci pertahanan Napoli di Liga Italia. Namun, Koulibaly bakal absen pada laga final karena mendapat sanksi akumulasi kartu kuning. “Sangat disayangkan Koulibaly tidak akan bermain. Dia sangat vital di tim ini,” ujar gelandang Senegal Pape Alioune Ndiaye.
Padahal, pertahanan Senegal ketika diperkuat Koulibaly mampu membuat Tunisia frustrasi pada laga semifinal kemarin. Kemenangan Senegal pun terjadi berkat gol bunuh diri bek Tunisia Dylan Bronn pada menit ke-100.
Kepahlawanan Mahrez
Sedikit berbeda dengan Senegal, Aljazair hanya memiliki satu pemain dengan nama besar, yaitu Riyad Mahrez yang juga punya peran penting di Manchester City. Setahun setelah Aljazair menjuarai Piala Afrika pada 1990, Mahrez lahir. Kini, ia tinggal selangkah lagi membangkitkan memori yang terjadi 29 tahun lalu.
Saat melawan Nigeria, Mahrez tampil sebagai pahlawan dengan mencetak gol kemenangan 2-1 melalui tendangan bebas pada menit ke-90+5. “Ini merupakan laga yang sangat berat dan kami sangat senang karena tampil di final merupakan hal yang sulit dipercaya,” katanya.
Pada final nanti, Mahrez akan bertemu Mane. Setelah terlibat dalam rivalitas City dan Liverpool di Liga Inggris pada musim lalu, mereka berdua akan kembali bersaing. Siapa pun yang akan menjadi juara, ajang Piala Afrika ini setidaknya telah memberikan pesan kepada dunia bahwa ancaman dari Afrika semakin besar. (AFP/REUTERS)