Gempa Merusak 20 Bangunan di Banyuwangi, Dua Orang Terluka
Gempa berkekuatan magnitudo 5,8 di selatan Selat Bali terasa kuat di Banyuwangi, Jawa Timur. Gempa menyebabkan 20 bangunan rusak dan dua orang terluka.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Gempa berkekuatan magnitudo 5,8 di selatan Selat Bali terasa kuat di Banyuwangi, Jawa Timur. Gempa menyebabkan 20 bangunan rusak dan dua orang terluka.
Bangunan yang rusak termasuk dua masjid, dua bangunan sekolah, serta 16 rumah dan fasilitas umum lainnya. Tidak ada warga mengungsi akibat gempa tersebut. “Selain karena guncangan gempa, sebagian bangunan yang rusak karena konstruksi kurang kokoh. Hal itu tampak karena bangunan lain di kanan kirinya tidak mengalami kerusakan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi Fajar Swasana di Banyuwangi, Selasa (16/7/2019).
Kerusakan paling banyak adalah genteng rontok. Kerusakan terparah dialami keluarga Painem di Desa Wonosobo, Kecamatan Srono. Atap rumah permanen tersebut roboh dari bagian tengah ke belakang. Selain itu, sebagian tembok bagian belakang juga roboh.
Menurut Fajar, gempa Selasa pagi tersebut merupakan gempa dengan dampak terparah dalam dua tahun terakhir. Dua tahun terakhir, beberapa kali gempa di sejumlah titik juga dirasakan di Banyuwangi.
Beberapa gempa yang juga dirasakan hingga Banyuwangi, antara lain gempa Sumenep pada Oktober 2018 yang berkekuatan M6,4; gempa Bali pada November 2018 berkekuatan M5,3; dan gempa Lumajang pada Februari 2019 berkekuatan M5,6. Gempa-gempa tersebut tidak mengakibatkan kerusakan bangunan di Banyuwangi.
“Gempa Selasa pagi memang yang paling berdampak parah, hingga 20 bangunan rusak. Ini bisa dimaklumi karena dibanding gempa-gempa sebelumnya, gempa Selasa pagi pusat gempanya paling dekat dengan Banyuwangi,” ungkapnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis, pusat gempa berada pada koordinat 9,08 Lintang Selatan dan 114,55 Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 80 kilometer arah selatan Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali. Adapun pusat gempa terjadi pada kedalaman 104 km.
Salah satu korban luka akibat gempa tersebut ialah Painem (60) warga Desa Wonosobo, yang tertimpa reruntuhan tembok dan genting ketika tanah berguncang. Saat itu, ia sedang mencuci di rumahnya seorang diri.
“Anak dan cucu sudah berangkat kerja dan sekolah. Saya tidak merasakan saat ada gempa pertama. Gempa kedua guncangannya lebih keras. Saya berusaha lari tetapi terlanjur tertimpa tembok dan genteng,” tuturnya.
Painem sempat tertimbun reruntuhan selama 15 menit hingga seorang tetangga yang mendengar teriakan minta tolong akhirnya mengevakusi Painem dari timbunan reruntuhan. Painem yang sempat dirawat di Puskesmas Srono harus mendapat 12 jahitan di keningnya.
Di Banyuwangi, gempa terasa cukup kuat dan lama. ”Guncangannya seperti getaran telepon seluler. Trreeett… trreettt…. Sangat terasa dan cukup lama, sekitar 10 detik,” ujar Suprianto, warga Perumahan Permata Banyuwangi.
Gempa tersebut membuat sejumlah warga yang tengah bersiap beraktivitas berhamburan ke luar rumah. Sejumlah warga memastikan bahwa warga lain juga merasakan guncangan gempa.