Piala Gothia 2019 bukan hanya ajang berkompetisi, melainkan juga wadah untuk pesepak bola menjalin pertemanan, bahkan persaudaraan, dengan orang-orang dari belahan dunia berbeda. Semangat itu terus didengungkan oleh pihak penyelenggara.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·3 menit baca
GOTHENBURG, KOMPAS — Piala Gothia 2019 bukan hanya ajang berkompetisi, melainkan juga wadah untuk pesepak bola menjalin pertemanan, bahkan persaudaraan, dengan orang-orang dari belahan dunia berbeda. Semangat itu terus didengungkan oleh pihak penyelenggara, termasuk SKF sebagai salah satu sponsor utama kejuaraan yang sering disebut Piala Dunia remaja tersebut.
”Piala Gothia adalah kejuaraan sepak bola usia muda terbesar di dunia. Kami ingin ambil bagian membawa pesepak bola dari belahan dunia lain ke sini. Bukan hanya untuk berkompetisi, tetapi juga ingin mengajak mereka mencari teman baru dan saling memahami budaya dari tempat berbeda. Pertemanan dan persaudaraan itu amat penting,” ujar CEO SFK Alrik Danielson seusai Pertemuan Tim SKF Sedunia untuk Piala Gothia 2019 di Gothenburg, Swedia, Minggu (14/7/2019).
Acara pertemuan itu dihadiri oleh 15 dari 22 tim di bawah naungan SKF. Sebanyak 15 tim dari 15 negara itu membaur menjadi satu. Mereka bernyanyi, menari, dan unjuk kebolehan juggling bola bersama. Tidak lupa, mereka berfoto bersama, berkenalan, hingga saling bertukar alamat media sosial. Perbedaan bahasa dan budaya tidak menjadi penghalang. Bahkan, tidak sedikit yang berkomunikasi hanya dengan gerakan tangan.
”Acaranya seru banget. Saya bisa kenalan dengan orang-orang dari negara lain. Tadi, saya sudah berfoto bersama dengar hampir 10 orang dari negara yang berbeda-beda,” tutur penyerang tim LKG-SKF Indonesia U-15, Muhammad Faiz Maulana (15).
Manajer Tim SKF Belgia U-15 Sameem Bhatti (24) mengatakan, timnya memang datang untuk mengejar prestasi. Namun, mereka tidak melupakan untuk menjalin pertemanan dan persaudaraan dengan teman-teman dari negara lain. ”Salah satu tujuan olahraga, terutama sepak bola, adalah untuk menjalin persaudaraan,” ujar pria keturunan Pakistan itu.
Belajar teknik baru
Piala Gothia adalah kejuaraan sepak bola usia muda yang sudah digelar sejak 1975. Tahun ini ada 1.686 tim dari 75 negara yang berpartisipasi di sejumlah kategori putra ataupun putri. Total ada 4.341 laga yang dipertandingkan. Kejuaraan yang juga disebut sebagai Piala Dunia remaja itu digelar di Gothenburg, kota terbesar kedua di Swedia, pada 14-20 Juli.
Pelatih LKG-SKF Indonesia Jumhari Saleh menuturkan, timnya memang bukan hanya untuk berkompetisi. Baik pelatih maupun para pemain asal Indonesia bisa belajar banyak mengenai taktik dan teknik baru dari negara-negara lain. Apalagi, banyak negara dengan budaya sepak bola kuat yang hadir di kejuaraan itu, mulai dari negara-negara Amerika Latin hingga Eropa.
Bahkan, seusai latihan di Lapangan Heden, Gothenburg, Minggu (14/7/2019) pagi, Jumhari dan para anak buahnya menyempatkan diri menyaksikan laga persahabatan antara tim Jepang U-18 dan Perancis U-18. Dalam laga itu, Jepang bisa mendominasi jalannya pertandingan.
”Kita bisa belajar banyak dari sini. Kita saksikan Jepang. Secara postur, tubuhnya tidak jauh beda dengan kita, tetapi mereka mampu main dengan pressure tinggi dan cepat. Karena kemampuan itu, pemain-pemain Perancis yang punya tubuh jauh lebih besar justru tidak sanggup meladeni permainan seperti itu. Cara bermain seperti ini harusnya bisa juga diterapkan oleh pesepak bola Indonesia,” kata Jumhari sambil memberikan motivasi kepada para pemainnya.