Ribuan Penyelam Bakal Pecahkan Rekor Bawah Laut di Manado
Lebih dari 1.000 penyelam mendaftarkan diri untuk ikut memecahkan rekor dunia di Teluk Manado, Sulawesi Utara, bersama Wanita Selam Indonesia pada Agustus mendatang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Perjalanan dari Teluk Manado ke Bunaken dengan perahu sekitar 45 menit, seperti pada Kamis (26/1/2019).
MANADO, KOMPAS — Lebih dari 1.000 penyelam mendaftarkan diri untuk ikut memecahkan rekor dunia di Teluk Manado, Sulawesi Utara, bersama Wanita Selam Indonesia pada Agustus mendatang. Rekor dunia yang akan dipecahkan terbagi dalam tiga bidang, yaitu penyelaman massal terbanyak, rantai manusia terpanjang di bawah permukaan laut, serta pembentangan bendera terbesar di bawah air.
Pemecahan Guinness World Records (GWR) ini diselenggarakan Wanita Selam Indonesia (Wasi), Kepolisian Daerah Sulut, dan beberapa organisasi selam di Sulut. Wasi diketuai Tri Suswati, istri Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulut Komisaris Besar Ibrahim Tompo mengatakan, pemecahan rekor ini akan menjadi simbol eksistensi bangsa di mata dunia. ”Selain itu, Manado sebagai ikon pariwisata dunia akan semakin dilirik oleh wisatawan mancanegara,” katanya, Jumat (12/7/2019), di Manado.
Total 1.040 penyelam laki-laki dan perempuan mendaftarkan diri pada Kamis (11/7/2019). Para penyelam datang dari berbagai kalangan, mulai dari anggota Polri, TNI, pegawai negeri sipil, karyawan swasta, hingga mahasiswa. Ibrahim mengatakan, mayoritas peserta berasal dari Manado serta sejumlah kota/kabupaten lain di Sulut.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Kepala Bagian Humas Polda Sulut Komisaris Besar Ibrahim Tompo
Kapolda Sulut Inspektur Jenderal Sigid Tri Hardjanto mengatakan, pendaftaran ini menunjukkan kematangan persiapan pemecahan rekor. Ia berharap para peserta bisa menyiapkan diri sebaik-baiknya. ”Persiapan fisik, mental, dan perlengkapan untuk keselamatan tidak boleh dilupakan,” katanya.
Akan tetapi, jumlah 1.040 orang masih sepertiga dari jumlah peserta yang dibutuhkan untuk memecahkan rekor, yaitu 3.000 orang. Sigid yakin, peserta masih bisa bertambah di sisa waktu sebelum hari pelaksanaan pemecahan rekor.
Pemecahan rekor akan dilaksanakan dua hari, yaitu pada 1 dan 3 Agustus di Teluk Manado, tepatnya di tepi kawasan bisnis Megamas, Sario, Manado. Kepala Divisi Penyelaman Frans Rattu mengatakan, rekor yang akan dipecahkan pada hari pertama adalah rangkaian penyelam terpanjang di bawah air yang terdiri atas 570 orang. Rekor sebelumnya dipecahkan 176 penyelam di laut Kepulauan Elba, Bologna, Italia, pada 2016.
”Di hari kedua (3 Agustus) ada dua sesi, yaitu penyelaman massal terbanyak yang melibatkan 3.000 penyelam pria dan wanita. Kemudian dilanjutkan pembentangan bendera Merah Putih. Bendera ini termasuk bendera Indonesia terbesar dengan ukuran 26 meter x 39 meter (1.014 meter persegi),” kata Frans yang juga instruktur selam.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Ketua Perkumpulan Pekerja Wisata Selam Sulawesi Utara Frans Rattu saat ditemui di Manado, Jumat (14/6/2019).
Sebelumnya, rekor penyelaman massal juga dipecahkan di Teluk Manado sebagai bagian dari acara Sail Bunaken 2009. Saat itu, 2.500 penyelam (scuba divers) terlibat. Adapun rekor pembentangan bendera terbesar sebelumnya dipecahkan di Sydney pada 2017 oleh Roger Barton dari Inggris bersama John Wood dan Scott Hart dari Australia. Bendera yang dibentangkan saat itu adalah bendera Argentina sebesar 166,62 m persegi.
Sementara itu, Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Provinsi Sulut Edison Humiang mengatakan, Pemprov mengapresiasi dan mendukung pemecahan rekor ini. ”Kegiatan tersebut diharapkan bisa mempromosikan potensi pariwisata yang ada di wilayah Sulut, terutama wisata alam,” kata Edison.
HUMAS POLDA SULUT
Sekitar 1.040 penyelam yang mendaftarkan diri untuk mengikuti pemecahan rekor penyelaman di Teluk Manado, Sulawesi Utara, mendengarkan arahan dari penyelenggara, Kamis (11/7/2019), di Manado.
Manado Fiesta
Penyelenggaraan pemecahan rekor ini bersamaan dengan perhelatan Manado Fiesta 2019 mulai 27 Juli sampai 4 Agustus. Meski begitu, Ibrahim Tompo mengatakan, kegiatan ini khusus untuk pemecahan rekor dunia. ”Bukan bagian dari Manado Fiesta,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Manado Lenda Pelealu mengatakan, pemisahan kedua acara dikarenakan alasan administratif. Ia tidak mengetahui sumber anggaran acara yang diprakarsai Wasi dan Polda Sulut. Adapun Manado Fiesta 2019 didanai APBD dan Sponsor.
”Karena mekanisme pembiayaannya berbeda, kami harus hati-hati dalam menyusun SPJ (surat pertanggungjawaban). Takutnya akan ada tumpang tindih dan berisiko terjadi kesalahan. Tetapi, kami saling mendukung karena keduanya sama-sama untuk mengembangkan pariwisata Manado,” kata Lenda.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manado Lenda Pelealu saat ditemui di Manado, Sulut, Jumat (14/6/2019).
Lenda mengatakan, rangkaian kegiatan Manado Fiesta dan pemecahan rekor bawah air berbeda, begitu pula segmen pasar yang ditarget. Manado Fiesta mengangkat kekayaan budaya bahari di Manado dan Sulut yang dituangkan dalam bentuk karnaval. Ini berbeda dengan pemecahan rekor yang sepenuhnya di bawah permukaan air Teluk Manado.
”Semua kegiatan Manado Fiesta pun dilaksanakan di darat, sama sekali tidak ada yang underwater (bawah air). Tetapi, berbagai macam ikan dan terumbu karang akan dilihat dalam karnaval. Segmen masyarakat yang ditarget luas dari berbagai komunitas, seperti kesenian dan fotografi landskap,” kata Lenda.
Manado Fiesta mengangkat kekayaan budaya bahari di Manado dan Sulut yang dituangkan dalam bentuk karnaval.