Perampok Emas Belajar dari Youtube dan Andalkan Teknologi
Sejumlah fakta tentang kawanan perampok Toko Emas Permata di Balaraja, Tangerang, Banten, terkuak setelah penangkapan kedua tersangka, yakni MNF (26) dan MNI (24). Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda.
Oleh
PINGKAN ELITA DUNDU
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Sejumlah fakta tentang kawanan perampok Toko Emas Permata di Balaraja, Tangerang, Banten, terkuak setelah penangkapan kedua tersangka, yakni MNF (26) dan MNI (24). Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda.
MNI diketahui merupakan residivis kasus perampokan di Malaysia. Pelaku pernah ditahan Polis Diraja Malaysia karena kasus perampokan toko emas di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia baru selesai menjalani hukuman penjara dan bebas pada Senin (3/6/2019).
Sementara tersangka MNF baru pertama kali melakukan aksi kriminal. MNF berasal dari keluarga dengan ekonomi berkecukupan. Akan tetapi, ia memiliki keinginan untuk memiliki uang dari hasil kerja atau keringatnya sendiri dengan bekerja di Jepang.
MNF telah mendapat restu dari kedua orangtuanya untuk bekerja ke Jepang. Bahkan, orangtua MNF memberi uang 10.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 30 juta. Berdasarkan pengakuan MNF, uang pemberian orangtuanya tidak cukup untuk bekal bekerja di Jepang. Makanya, ia ingin memperoleh uang lebih banyak sebelum ke Jepang.
Saat itulah, ia merencanakan perampokan toko emas. Untuk memuluskan niatnya, pelaku MNF mempelajari seluk-beluk perampokan toko emas melalui video di kanal Youtube. Berbagai video ia saksikan untuk mempelajari strategi dan cara melarikan diri seusai merampok toko emas. Namun, ia sadar, dirinya tidak memiliki kemampuan merampok toko emas.
Rencana itu diceritakan kepada temannya, MS. MS mengenalkan MNF dengan MNI yang baru bebas dari penjara.
MNF dan MNI berdiskusi dan berencana merampok toko emas di Indonesia. MNI menyanggupi tawaran itu asalkan MNF menanggung segala biaya perjalanan.
”Dari pengakuan tersangka, mereka memilih Indonesia sebagai tempat tujuan merampok karena di Indonesia banyak kasus perampokan toko emas,” kata Sabilul.
MNF yang memiliki hobi travelling pernah jalan-jalan ke Indonesia, seperti di Jakarta, Bandung, dan Bali, pada tahun 2015. Saat itu, ia datang ke Indonesia untuk berlibur seusai bekerja di Selandia Baru. Sementara MNI baru pertama kali ke Indonesia.
Andalkan teknologi
Saat berada di Indonesia, kedua tersangka mengaku tidak memiliki pemandu. Mereka hanya mengandalkan aplikasi Waze dan Google Street View. Dari kedua aplikasi tersebut, para pelaku mengaku dapat memonitor lokasi strategis, termasuk menentukan target perampokan.
MNF memiliki kemampuan lebih di bidang teknologi informasi sehingga dengan berbekal aplikasi perangkat lunak, ia dapat menentukan target dan mempelajari lokasi. Dengan teknologi pula, kawanan ini bisa menemukan penjual pelat kendaraan untuk membuat pelat nomor palsu.
Perampokan Toko Emas Permata terjadi pada 15 Juni 2019. Sehari sebelumnya, 14 Juni, keduanya merampok uang di SPBU di Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Menurut pengakuan para tersangka kepada polisi, emas yang dirampok dari Balaraja sebanyak 1,8 kilogram, bukan 6 kilogram seperti yang diklaim pemilik toko emas tersebut.
Emas yang mereka rampok tersebut adalah perhiasan dengan rata-rata berkadar emas di bawah 20 persen. Karena kadar emas yang rendah itu pula, kedua tersangka mengatakan, emas yang mereka rampok tidak laku dijual di Malaysia.
Sejauh ini, kata Sabilul, emas perhiasan hasil kejahatan di Indonesia belum ditemukan. Para pelaku masih menutupi keberadaan hasil curian mereka. Investigasi pengembangan atau pencarian barang bukti emas juga terbatasi aturan negara setempat.
”Kami masih terus menyelidiki keterangan ini dan kami upayakan untuk terus melakukan pencarian keberadaan emas tersebut,” kata Kepala Satuan Reskrim Polresta Tangerang Ajun Komisaris Gogo Galesung seusai jumpa pers.