JAKARTA, KOMPAS – Bukan sekadar kemampuan teknik yang menjadi faktor penentu kesuksesan sebuah tim yang tampil di Piala Gothia. Hal lain yang tak kalah penting adalah kebugaran fisik pemain. Apalagi di babak sistem gugur, tim bisa berlaga tiga-empat pertandingan per hari.
”Anak-anak kita sudah punya skill bagus. Tapi, fisik harus benar-benar dijaga. Anak-anak harus bisa mengoptimalkan waktu istirahat. Saat harus tidur, tidurlah segera, jangan main-main lagi,” pesan Iskandar, pelatih LKG-SKF Indonesia yang mengantar tim asuhannya ke peringkat ketiga Boys 15 Piala Gothia 2018, saat sesi motivasi pada acara pelepasan tim di Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Hadir pada upacara pelepasan itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy, Duta Besar Swedia untuk RI Marina Berg, Presiden Direktur SKF Industrial Indonesia Ola Jernberg, dan Brand Manager Kacang Garuda Reza Taufik Hidayat.
Di Swedia, ujar Iskandar, matahari muncul lebih lama ketimbang di Indonesia. Di sana matahari baru terbenam sekitar pukul 00.00 dan terbit lagi pukul 03.00. Sehingga, petang hingga tengah malam, mirip sore di Indonesia.
Akibatnya, para pemain sulit tidur di malam hari dan mengisinya dengan bermain-main. Tak pelak, mereka kekurangan waktu istirahat, dan berdampak menurunnya stamina. ”Saat fase gugur, bisa tiga-empat laga per hari. Kalau kurang tidur, kurang bagus untuk stamina,” ujarnya.
Jaga kekompakan
Selain menjaga kebugaran, pemain diminta kompak. Imam Nahrawi menyampaikan, sepak bola olahraga tim. Tanpa kerja sama, sulit meraih hasil optimal. Untuk itu, ia meminta para pemain kompak, demi prestasi lebih baik. ”Lepaskan ego. Berjuang sebagai satu tim,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Ninuk. ”Kalian berjuang bukan sekadar membela nama LKG-SKF Indonesia, tetapi mewakili bangsa dan negara. Jadi, jaga nama baik Indonesia, salah satunya lewat prestasi yang baik,” ujarnya.
Ola Jernberg mengungkapkan, Piala Gothia adalah kejuaraan sepak bola usia muda terbesar di dunia. Sedikitnya, 1.700-an tim dari 80-an negara berpartisipasi. Ia berharap tim LKG-SKF Indonesia bisa mengkampanyekan nilai-nilai poisitif, yakni sikap saling menghargai, displin, dan fair play. ”Kalian adalah anak-anak terpilih. Sekarang, jadikan Piala Gothia sebagai kesempatan menguji hasil latihan kalian yang sesungguhnya,” ujar Ola.
Marina Berg mengingatkan, jangan lupa menikmati keindahan Swedia, khususnya kota Gothenburg, di musim panas. ”Musim seperti ini adalah musim terbaik berkunjung ke Swedia,” katanya.
Tim LKG-SKF Indonesia memiliki catatan positif dalam 10 kali keikutsertaan di Piala Gothia. Tim yang diisi para pemain terbaik dari Liga Kompas Gramedia U-14 itu pernah menjadi runner up pada 2013 dan dua kali mencapai peringkat ketiga, yakni pada 2012 dan 2018. Selebihnya, mereka selalu lolos dari babak penyisihan dan minimal sampai babak 64 besar.