MPW Shafira Devi Herfesa menjadi harapan baru masa depan catur Indonesia. Secara mengejutkan, ia mampu menahan remis CM Aditya Bagus Arfan pada babak pertama turnamen Perang Bintang Muda U-14 di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/7/2019).
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — MPW Shafira Devi Herfesa menjadi harapan baru masa depan catur Indonesia. Secara mengejutkan, ia mampu menahan remis CM Aditya Bagus Arfan pada babak pertama turnamen Perang Bintang Muda U-14 di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (11/7/2019).
Shafira, pecatur putri asal Yogyakarta bermain dengan penuh semangat dan percaya diri, meskipun tidak didampingi kedua orangtuanya. Gadis 11 tahun tersebut tak gentar dengan pecatur putra Aditya yang memiliki rating di atasnya dan dilatih GM Andrei Kovalev asal Belarus. Aditya yang berumur 13 tahun merupakan pecatur yunior pria terbaik nasional pada usia 13 tahun dan memiliki rating 1.863. Sedangkan, Shafira memiliki rating 1.756.
Meskipun tertekan di awal pertandingan, Shafira mampu mengatasi kesulitannya dengan memanfaatkan kesalahan Aditya ketika meletakkan bidak di D5 pada langkah ke-7. Serangan Aditya pun terbatas karena terhambat bidaknya.
Shafira yang sejak awal mencari remis pun membuat Aditya sulit mengembangkan permainan. Dengan memegang buah catur putih, Shafira dapat mengontrol permainan dengan pembukaan pirc modern dan berakhir remis pada langkah ke-41. Sayangnya, pada babak kedua, Shafira kalah dari PM Claudio Lasama (rating 1.814) dari Jawa Barat.
Ketua Komisi Catur Sekolah Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) dan Direktur Turnamen Perang Bintang Muda U-14 dan Open Junior U-14 Hendry Jamals mengatakan, Shafira merupakan pecatur muda yang selalu ingin mencari kemenangan dan tidak pernah merasa takut dengan lawannya.
“Hasil remis melawan Aditya adalah hasil yang bagus karena umur dan ratingnya masih di bawah Aditya,” ujar Hendry.
Dalam dua tahun terakhir, prestasi Shafira sangat menonjol. Ketika tim yunior RI bertemu dengan Filipina pada tahun lalu, Shafira menjadi pengumpul nilai terbanyak.
Menurut Hendry, jika Shafira terus teruji dengan rutin mengikuti kompetisi, ia akan menjadi pecatur yang unggul pada 3 hingga 5 tahun ke depan. Namun, ia akan gagal jika menyerah ketika mengalami kekalahan pada satu kompetisi.
Persoalan mental menjadi masalah utama sebagian besar pecatur muda. Usia emas pecatur berada pada umur di bawah 11 tahun. Cobaan terbesar ketika mereka melewati umur tersebut. Pecatur yang tekun dan memiliki komitmen tinggi akan menjadi pecatur yang sukses.
Meskipun diimbangi Shafira, Hendry masih percaya dengan bakat yang dimiliki Aditya. Ia menjadi harapan baru masa depan catur Indonesia. Hendry menargetkan, dalam dua tahun ke depan Aditya harus memperoleh gelar Master Internasional.
Shafira merupakan pecatur belia yang mulai menyukai catur sejak dua tahun ketika diperkenalkan oleh ayahnya. Sejak saat itu, ia rutin berlatih dengan ayahnya. Sekretaris Umum Percasi Perwakilan DI Yogyakarta Suranto mengatakan, Shafira memiliki bakat yang besar.
Pada 2016, ia memulai perjalanannya dalam kejuaraan nasional dan langsung menjadi juara untuk kategori umur di bawah 9 tahun. Setahun kemudian, pada Kejuaraan Catur Antarpelajar Asia 2017 yang berlangsung di kota Panjin, provinsi Liaoning, China, Shafira memperoleh medali perunggu di kelompok umur 11 tahun putri.
“Di tingkat kejuaraan daerah maupun provinsi, ia selalu mendapat medali emas. Bahkan, Shafira sering menjuarai kompetisi tingkat senior,” ujar Suranto. Pecatur yang masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar tersebut diperkirakan akan terus berkembang karena ketekunannya.
Pencarian bibit
Hendry mengatakan, Turnamen Perang Bintang Muda U-14 dan Open Junior U-14 diselenggarakan untuk mencari bakat baru untuk menggantikan pemain senior yang sedang menuju gelar Grand Master (GM). Mereka berumur 7 hingga 13 tahun yang berasal dari DKI Jakarta, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
“Mereka akan kami didik untuk meraih gelar Internasional Master (IM) dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan dan dilanjutkan mengejar gelar GM,” tutur Hendry.
Turnamen Perang Bintang Muda U-14 dan Open Junior U-14 menggunakan sistem Swiss. Tiap pecatur akan bermain sebanyak 6 kali dengan lawan berdasarkan perolehan nilai. Mereka memiliki waktu bermain 60 menit dengan tambahan waktu 30 detik per langkah.
Turnamen ini menggunakan sistem promosi dan degradasi. Peringkat 12-16 Perang Bintang Muda U-14 akan degradasi. Mereka akan digantikan 4 pecatur terbaik dari turnamen Open Junior U-14. Turnamen Perang Bintang Muda U-14 diikuti oleh 16 peserta dan Open Junior U-14 diikuti 48 peserta.
“Sebagian besar pecatur terbaik Indonesia ditemukan dalam turnamen ini, salah satunya GM Susanto Megaranto,” ujar Hendry. Adapun Susanto memperoleh gelar GM pada usia 17 tahun 3 bulan.