Kabupaten Malang Tetap Targetkan Surplus 80.000 Ton
Kabupaten Malang, Jawa Timur, berusaha mempertahankan target surplus beras tahun ini tetap pada angka 80.000 ton, meningkat dari tahun 2018 yang mencapai 78.000 ton.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kabupaten Malang, Jawa Timur, berusaha mempertahankan target surplus beras tahun ini tetap pada angka 80.000 ton, meningkat dari tahun 2018 yang mencapai 78.000 ton. Angka itu bisa dicapai jika tidak ada faktor yang menyebabkan petani urung menanam padi, misalnya kondisi cuaca yang tidak kondusif.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang Nasri Abdul W, Rabu (10/7/2019), mengatakan, sejak Januari hingga Mei 2019, produksi beras di Kabupaten Malang mencapai 255.602 ton. Angka ini lebih besar dari kebutuhan selama satu tahun yang mencapai 234.167 ton.
”Sekarang kami sudah surplus 71.361 ton. Namun, biasanya, selama bulan April-September, cuaca kering sehingga hal ini akan mengurangi surplus. Jumlah konsumsi masyarakat tetap, tetapi panen berkurang,” kata Nasri.
Penurunan produksi selama kemarau, menurut Nasri, akan ditutup oleh panen padi yang ditanam pada Oktober-Maret. Pihaknya optimistis pada akhir tahun nanti surplus beras secara kumulatif bisa mencapai angka 80.000 ton.
”Kami sudah mendapat hasil prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Ancang-ancang ada panas. Tapi, kalau masih ada hujan, biasanya ada petani yang mencoba peruntungan. Mereka masih menanam dengan harapan masih ada air. Namun, kami juga sudah bersiap jika tidak ada hujan yang bisa berakibat pada puso,” kata Nasri.
Saat musim kemarau, petani di Malang hanya mengandalkan sawah irigasi teknis seluas 32.000 hektar untuk menanam padi. Luasan tanam akan bertambah saat musim basah. Ada 13.000 hektar lahan tadah hujan yang biasa ditanami padi saat musim hujan sehingga total tanaman padi saat musim hujan mencapai 46.000 hektar.
Secara terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Budiar Anwar mengatakan, sejauh ini air dari irigasi teknis masih mengalir ke persawahan sehingga kemarau belum berdampak di wilayahnya. Budiar memperkirakan dampak kemarau baru terasa pada Agustus.
”Dampak kemarau diperkirakan terasa pada Agustus kalau benar-benar tidak ada hujan. Saat ini persediaan air masih ada, air masih mengalir lancar. Irigasi teknis di Kabupaten Malang memang cukup baik,” ujarnya.
Pada saat puncak kemarau, menurut Budiar, hanya sawah tadah hujan yang tidak ditanami padi. Adapun sawah irigasi masih tetap ditanami.
Berdasarkan pantauan di lapangan, tanaman padi muda masih menghijau, salah satunya terlihat di wilayah Kecamatan Pakis dan Kepanjen. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kepanjen Sunaryo membenarkan bahwa petani di wilayahnya masih menanam padi seperti biasanya.
Hal ini terjadi karena sebagian besar wilayah Kepanjen mendapatkan pengairan dari irigasi teknis. ”Mungkin yang tidak dapat air dari irigasi mengubah jenis tanaman menjadi palawija,” kata Sunaryo.