JAKARTA, KOMPAS – Komponen konsumsi masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019. Kencangnya laju konsumsi ini disebabkan tingginya belanja masyarakat sejalan dengan perhelatan pemilihan umum pada April, periode bulan Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri 2019.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam, Selasa (9/7/2019) di Jakarta, mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019 masih akan menunjukkan peningkatan lantaran periode bulan puasa, masa pemilu yang sudah usai, dan kenaikan gaji yang akan mendorong pertumbuhan konsumsi.
“Pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2019 masih ditopang oleh konsumsi dan investasi. Sementara indikator konsumsi di triwulan II-2019 masih menunjukkan peningkatan,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019 landai berkisar di angka 5,07-5,1 persen. Angka itu diperoleh dari hasil survei yang dilakukan bank sentral terhadap data ekspor-impor, investasi, dan survei konsumen.
“Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Selain momentum pemilihan umum (pemilu), periode bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri juga menjadi salah satu faktor penting yang mendorong konsumsi rumah tangga,” ujarnya.
Peningkatan konsumsi dapat sekaligus menjadi pengganti sumbangan kinerja ekspor yang masih lesu. Perry menambahkan, sumber pertumbuhan konsumsi terutama berasal dari konsumsi rumah tangga yang cukup kuat. Adapun sumber pertumbuhan ekonomi lain berasal dari investasi bangunan.
“Peningkatan investasi bangunan berkaitan dengan melanjutnya proyek infrastruktur sumber pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2019,” ujar Perry.
Terkait kinerja neraca dagang, Perry menilai, perang dagang memang memberi dampak pada sejumlah komoditas dan manufaktur. Salah satu strategi yang disiapkan pemerintah untuk meningkatkan kinerja ekspor adalah dengan masuk ke destinasi baru yang sebelumnya mengandalkan produk China.
Perry mengusulkan agar Pemerintah Indonesia dan AS meningkatkan hubungan dagang secara bilateral. Hubungan dagang bilateral dari AS bisa secara khusus dengan menjual barang ekspor dan Indonesia membeli dan mengimpor dari AS sejumlah barang yang biasanya dibeli dari negara lain.
“Seperti kedelai dan bisa kita impor dari Amerika Serikat supaya kita bisa ekspor juga ke Amerika Serikat khususnya untuk garmen, furnitur, bahan makanan mentah, dan sejumlah mesin dari peralatan tertentu,” ujarnya.
Penjualan meningkat
Data Indeks Penjualan Riil (IPR) BI pada Mei 2019 menunjukkan penjualan eceran di bulan tersebut tumbuh 7,7 persen, didorong oleh faktor musiman. Posisi ini lebih tinggi dari April 2019 sebesar 6,7 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam sebuah keterangan resminya mengatakan, peningkatan terutama didorong oleh penjualan sub-kelompok sandang, kelompok suku cadang dan kelompok makanan minuman.
“Peningkatan ini terjadi seiring dengan permintaan yang meningkat selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri,” ujar Onny.
Penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh positif pada Juni 2019, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kembali normalnya permintaan pasca-bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri.